Efek Mengerikan Tembakau Gorilla, yang Disita dari Jerry Aurum

Jerry Aurum di Polres Metro Jakarta Barat, Selasa (25/6). (Detik)

 

JAKARTA (SurabayaPost.id)-Fotografer Jerry Aurum ditangkap polisi karena dugaan kepemilikan narkoba, salah satunya tembakau gorilla. Mantan suami penyanyi Denada ini ditangkap di kawasan Tangerang pada Rabu (19/6) lalu. Saat ini Jerry masih diperiksa di Polres Metro Jakarta Barat.

 

“Masih kami kembangkan,” kata Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat AKBP Erick Frendriz, dikutip detik.

 

Di Indonesia, nama tembakau gorilla mungkin masih jarang terdengar. Hal ini yang membuat penggunannya terjebak karena rasa penasaran saja. Padahal mereka belum sadar efek dari zat yang satu ini sangat menyeramkan.

 

“Hal baru sering bikin penasaran,” ujar dr Hari Nugroho peneliti dari Institute of Mental Health, Addiction and Neurosience (IMAN) mengomentari soal tembakau gorilla.

 

Menurut dokter yang akrab disapa dr Hari ini, kebanyakan pemakai narkoba jenis ini adalah remaja, dewasa muda, dan mereka yang punya riwayat penggunaan ganja. Harganya pun terbilang murah, tapi jangan coba-coba sekalipun sedikit saja karena bisa nyawa taruhannya.

 

“Iya, bikin stroke, gangguan jiwa, serangan jantung, gangguan ginjal kalau overdosis. Jumlah dikit aja bikin nggak enak,” jelasnya.

 

Kematian mendadak pun bukan tak mungkin terjadi, loh. Jadi guys, jangan sekali-kali coba. Nggak ada enak-enaknya.

 

Apa itu Tembakau Gorilla?

Apa itu tembakau gorilla? dr Hari menjelaskan isi tembakau gorilla sebenarnya adalah sintetik dan masuk dalam jenis ‘New Psychoactive Substances’ atau NPS. Isi dari tembakau gorilla misalnya AB CHMINACA. Namun, seringkali isinya bukan cuma satu jenis ganja sintetik saja melainkan bisa dua atau tiga jenis tambahan.

 

“Kenapa synthetic cannabinoid lebih kuat efeknya dari pada ganja alami? Karena ganja sintetik ini lebih poten, dia berikatan dengan endocannabinoid alami diotak lebih kuat, sehingga efeknya bisa lebih kuat 10 sampai ratusan kali,”

 

“Dia akan berikatan khususnya dengan reseptor CB1 di dalam otak. Meskipun ada juga yg punya efek kedua reseptor CB1 dan CB2,” lanjutnya.

 

Reseptor cannabinoid terletak di seluruh tubuh dan bagian dari sistem endocannabinoid, yang terlibat dalam berbagai proses fisiologis termasuk nafsu makan, sensasi nyeri, suasana hati, dan memori. Reseptor CB1 berada di otak, paru-paru, hati dan ginjal. Sementara reseptor CB2 berada dalam sistem kekebalan tubuh dan sel hematopoietik.

 

“Proses fisiologis cb1 terutama mengatur pengeluaran GABA,” tambah dr Hari.

 

GABA alias gamma-aminobutyric acid sendiri adalah neurotransmiter dan hormon otak yang berfungsi mengurangi rasa grogi. Jika terjadi peningkatan aktivitas GABA pada otak maka akan mengurangi kecemasan dan stres. *

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.