MALANG (SurabayaPost.id) – IKIP Budi Utomo (IBU) merupakan pioner dalam proses pembelajaran penerimaan mahasiswa baru 2020. Sebab, perguruan tinggi yang berhome base di Malang, Jawa Timur ini sudah mengawali proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19 ini.
Proses pembelajaran tersebut diawali dengan kegiatan sambut mahasiswa baru (Samba) di kampus C, Jalan Citandui, Kota Malang, Kamis (16/7/2020). Giat Samba 2020 tersebut berlangsung meriah.
Para mahasiswa baru yang mengikuti Samba 2020 episode perdana itu tak hanya disuguhi pengenalan kampus secara seremonial. Namun juga acara-acara yang menghibur.
Misalnya, tari Samba yang ditampilkan Tim Tari Nusantara Utama IBU. Empat penari menampilkan tarian yang mencerminkan profil perguruan tinggi swasta yang sangat menghormati keberagaman (pluralisme) itu.
Bahkan, para penarinya pun tak hanya berasal dari berbagai daerah. Namun juga dari berbagai jurusan atau program studi di perguruan tinggi yang memiliki dua kampus tersebut.
Di antara mereka adalah Ari Yanto Yagi dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2017, Cahyaning Bimbi Hapsari (Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan tahun 2017).
Selain itu, Veronika Eniwati, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan tahun 2018, dan Hendrika Afra Jaina (Prodi Pendidikan Sejarah dan Sosiologi angkatan tahun 2018).
Mereka didampingi dan dibina dosen Anita Kurnia Rachman, M.Pd., dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Hermina Dewi Lestari, M.Pd., Pendidikan Bahasa Inggris). Disamping itu Enis Fitriani, M.Pd dari Pendidikan Bahasa Inggris dan Adi Cita, S.Pd Staf Pusat Studi Kawasan Indonesia Timur untuk Pendidikan dan Kebudayaan (PUSKITDIKDAYA) IBU Malang.
Sekitar 50 Maba –dari total 1.700 pendaftar– yang ikut Samba 2020 IBU untuk episode pertama ini terlihat gembira dan bangga. Sehingga mereka yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara itu mengikuti prosesi penerimaan Maba tersebut dengan santai dan khikmat.
Rektor IBU Malang, Dr H Nurcholis Sunuyeko M.Si beserta Civitas Akademika IBU pun menyambut para Maba itu dengan antusias. Mereka juga bangga karena bisa mengawali perkuliahan lebih awal dibandingkan perguruan tinggi lain pada masa pandemi Covid-19 ini.
Menurut Rektor Nurcholis Sunuyeko, Samba 2020 ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Alasannya, dari 1.782 pendaftar Maba tidak langsung mengikuti pengenalan dan perkuliahan secara serentak dan bersama-sama dalam waktu bersamaan.
Itu karena, kata Rektor IBU yang akrab disapa Yai ini, kondisi dan situasinya sangat tidak memungkinkan. Wabah Covid-19 yang melanda Indonesia, menuntut untuk mematuhi protokol kesehatan.
“Sementara, para calon mahasiswa itu butuh kepastian untuk kuliah. Makanya, IBU mengawali pengenalan kampus dan perkuliahan ini pada pertengahan Bulan Juli 2020,” tutur Yai Nur ini.
Padahal, lanjut dia, awal perkuliahan itu biasanya dimulai bulan Agustus atau September. “Nah, kami di IBU berkreasi dengan membuka perkuliahan lebih awal,” jelas dia.
Itu karena, terang dia, ada 1.782 pendaftar yang harus dilayani IBU. Sehingga, selama masa Covid-19 ini pengenalan kampus dan awal perkuliahan dibagi dengan beberapa episode.
Setiap episode, kata Yai, ada 50 Maba. Itu mulai episode pertama hingga 1.782 mahasiswa itu nanti selesai mengikuti Samba 2020 ini semua.
Dijelaskan dia, dalam setiap episode mahasiswa disurvei oleh para dosennya. “Mereka bisa memilih ikut Samba 2020 dan perkuliahan langsung di kampus atau secara daring,” jelas Yai Nur.
Itu mengingat, tegas dia, IBU melaksanakan model perkuliahan dua-duanya. “Jadi bisa daring juga bisa kuliah langsung di kampus IBU. Sebab, kalau langsung merasakan kuliah di kampus feel-nya beda. Mereka akan merasakan suasana yang benar-benar kuliah di perguruan tinggi,” pungkasnya. (Lil)
Leave a Reply