Oleh : Prof. Daniel Mohammad Rosyid
Setelah 20 tahun lebih hidup dengan konstitusi palsu, kehidupan menjauh dari cita2 reformasi. Saat mantra demokrasi bergaung keras, hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan hilang, terjadilah deformasi kehidupan bernegara. MPR digusur musyawarah para taipan, dan Pemilu hanya merekrut para dealers, not leaders yang membawa kepiluan berkepanjangan.
Partai politik makin memonopoli polity as public goods, sehingga warga negara praktis menjadi jongos politik dan ekonomi, dan Presiden hanya petugas partai. Setiap Pilpres adalah false flag operation : baik Anies, Ganjar, Prabowo atau siapapun akan sulit untuk mengambil peran lain selain peran bandit dan badut politik yang bekerja bagi kepentingan bandar politik.
Sementara maladministrasi publik, korupsi, abuse of power dan riba dibiarkan terus merajalela, maka kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan, keadilan dan kemakmuran akan tetap menjadi janji2 tanpa bukti#.
Leave a Reply