MALANG (SurabayaPost.id) – Perum Jasa Tirta (PJT) I mulai menjajaki kerjasama usaha non Sumber Daya Air (SDA). Hal itu sebagai usaha pengembangan PJT I untuk mengembangkan bisnis non SDA sebagai bentuk optimasi pengelolaan aset. Salah satunya melalui kolaborasi bersama PT Danareksa (Persero) dan PJT II.
Kerjasama dibahas secara intensif oleh direksi ketiga BUMN tersebut di Taman Wisata Selorejo yang dikelola PJT I. Pembahasan intensif terkait bisnis pengembangan sektor Non SDA itu dihadiri Plt. Direktur Utama PJT I, Milfan Rantawi didampingi Direktur Keuangan Pengelolaan Sumber Daya dan Manajemen Risiko PJT I, Mukhamad Taufiq. Dari PT Danareksa (Persero) dihadiri Direktur Utama, Yadi Jaya Ruchandi serta dari PJT II yakni Direktur Pengembangan Usaha, Dikdik Permadi Yoffana.
Direktur Utama Danareksa membuka acara menyampaikan bahwa Danareksa menyambut baik koordinasi yang dilakukan oleh PJT I dan PJT II. Apresiasi diberikan dan diharapkan pertemuan dapat menghasilkan kebijakan yang akan memberikan nilai positif untuk seluruh pihak.
Yadi menyampaikan, diskusi kerjasama harus dapat memberikan langkah yang jelas untuk semua pihak dengan timeline yang jelas apakah kebijakan dimaksud nantinya dapat diimplementasikan atau tidak. “Diskusi ini menjadi langkah awal bagi kita untuk dapat membuat action plan yang jelas,” ujarnya, Kamis (01/06/2023).
Milfan Rantawi menyampaikan, mengenai sejumlah pengembangan bisnis non SDA yang dilakukan PJT I. Mulai unit bisnis pariwisata, laboratorium lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek ASA, serta sektor bisnis yang dijalankan anak perusahaan PT Jasa Tirta Energi (JTE) di bidang Energi Terbarukan (EBT).
Disampaikan lebih jauh bahwa PJT I kedepannya sedang berproses untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di waduk yang dikelola, Carbon Offset, Biomass, dan Smart Water Management System (SWMS). Waduk Sutami, Wonogiri, dan Waduk Kedungombo menjadi 3 lokasi rencana pengembangan untuk PLTS pada waduk yang dikelola PJT I.
Untuk prospek bisnis carbon offset Milfan menjelaskan bahwa telah dibuatkan laporan pendahuluan serta ada NDA dengan PT Danareksa Capital dan PT ARTEKH untuk pengurusan izin. Adapun untuk biomass, kata Milfan, untuk pengembangan bisnis sekarang dalam tahapan komunikasi dengan Jepang untuk pemasaran produk serta opsi pendanaannya. Potensi yang digarap untuk sekarang dari SWMS adalah momenitze teknologi yang dimiliki PJT I dan hal dimaksud sekarang dalam tahap pengurusan paten.
Dikdik menambahkan penjelasan tentang bisnis non SDA yang dikembangkan oleh PJT II. Mulai dari bisnis sektor pariwisata, AMDK, Sewa Lahan, PT Jasa Tirta Luhur. Di anak perusahaan yaitu PT Jasa Tirta Luhur pengembangan tidak hanya bekerjasama dengan induk perusahaan yaitu PJT II namun juga bekerja sama dengan instansi pemerintahan dan BUMN lainnya seperti PT KIMA dan PT KIM. Untuk pengembangan EBT juga menjadi salah satu fokus utama pengembangan perusahaan pada waduk-waduk yang dikelola.
Milfan Rantawi menegaskan bahwa koordinasi akan terus dilakukan dalam upaya optimasi potensi pengembangan bisnis non SDA. Hal ini juga disadari oleh Milfan mengingat potensi yang dimiliki oleh PJT I dan PJT II cukup besar dengan adanya infrastruktur SDA yang dikelola. “Peran Danareksa nantinya sebagai pengarah dan tidak menutup kemungkinan sebagai partner strategis sebagai penyokong dana atas proyek yang dijalankan oleh kedua perusahaan,” pungkasnya. (*)
Leave a Reply