BAWEAN (SurabayaPost.id)–Satu bulan lebih pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Komando Distrik Militer (Kodim) 0817 Kabupaten Gresik, Jawa Timur menjelajahi Danau Kastoba. Pasukan yang dipimpin langsung oleh Letkol (Inf) Ahmad Saleh Rahanar itu tidak sedang menaklukkan musuh di medan perang, tetapi mereka sedang berjibaku menaklukan air luberan dari Danau Kastoba untuk pertanian di Pulau Bawean yang selama ini hanya bergantung pada tadah hujan
Khas kegigihan dan semangat tentara tertumpahkan demi ketahanan pangan Indonesia di hujung hiliran air Danau Kastoba yang banyak menyimpan cerita mistis dalam perjalananya. Banyak hal tidak masuk diakal menjadi santapan pasukan Kodim 0817 untuk menapaki dikemiringan bukit mencari titik konsentrasi air rembesan dari Danau Kastoba sambari membawa pipa naik turun tebing sekeliling Danau Kastoba.
Kapten (Inf) Imam Suudi menceritakan, hutan yang mengelilingi Danau Kastoba masih rimbun, hanya saja saat ini tutur dia sedang musim kemarau panjang sehingga banyak daun gugur. Rerimbunan ranting dan pepohonan menyulitkan pasukan TNI untuk menerobos dititik resapan air Danau Kastoba.
“Satu bulan lebih kita di Bawean. Dan masa paling sulit adalah mencari titik air yang sesuai dengan kebutuhan elevasi. Mulai dari kita membawa pipa naik turun tebing sambil menarik pipa sepanjang 3 kilo sembari meniti setapak berkelok. Tidak jarang kita terhuyung dalam posisi ditebing curam dan kadang terpelanting karena harus mengikuti lengkungan pipa. Tetapi tetap saja semangat tak jarang kita tertawa dengan anggota lain yang terguling-guling di tebing,” ujar Danramil Kecamatan Menganti Gresik itu saat menceritakan pengalamanya menembus sumber luberan air dari Danau Kastoba, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu (2/11/24)
Ketelatenan dan usaha yang cukup keras para prajurit yang diterjunkan di Bawean membuahkan banyak hasil. Mereka sukses mengkonsentrasikan luberan air yang sebelumnya hanya terbuang sia-sia. Masyarakat akhirnya turun gunung dan ikut membantu para TNI yang setelah berhari-hari bekerja tanpa mereka (warga).
“Setelah air bisa kita alirkan dan kita konsentrasikan menjadi satu titik dan mengalir ke dengan baik. Akhirnya warga ikut membantu dengan segala kemampuanya. Mereka sangat senang karena air mengalir deras dan mampu membasahi sawah yang sebekumnya kering kerontang. Apa saja yang warga punya untuk kepentingan mengalirkan air ke sawah dikeluarkan,” imbuh Kapten Sujadi yang ikut terjun langsung mengalirkan air dari luberan Danau Kastoba.
Imam Suudi menimpali sebagai prajurti tidak ada kata tidak. Semua perintan komandan wajin dilaksanakan. Apalagi ini asalah soal ketahanan dan kedaukatan pangan yang telah berulangkali disampaikan oleh presiden Pranowo.
“Kami hanya pasukan yang siap dipperintah atasan. Semua yang kita lakukan adalah arahan dari komandan (Dandim 0817 Letkol (Infanteri) Ahmad Saleh Rahanar). Dan alhamdulillah semuanya sesuai dengan arahan dan air mengalir memenuhi persawaha. Insya Allah setelah diresmikan oleh Kasad tinggal mereka (petani) bisa merawatnya,” imbuhnya.
Dalam perjalanan membubak alas di tetesan air Danau Kastoba, para prajurti menemui banyak kendala normatuf hingga kendala mistis. Muali air tiba-tiba menghilang hingga ditemeui ular di alas Danau Kastoba semua dialami. Untuk mengatasi hal tersebut tentu kata Sujadi dirinya dan anggota lainya berkonsultasi dengan warga dibawah Danau Kastoba.
“Air yang semula berhasil kita konsentrasikan di satu titik. Tiba-tiba air cepat hilang dan kami tidak tahu kemana larinya air tersebut. Dan ini tidak masuk akal tetapi ini kita alami. Dan setelah sejumlah ritual kita jalani sesuai arahan warga sesepuh akhirnya rintangan bisa kita lewati. Setiap malam selama kita gorongroyong dengan warga selalu berdiskusi untuk segera bisa menyelesaikan kendala dilapangan,” ungkap Sujadi
Beberapa kali kata Suudi dirinya dan anggota lainya juga ditemui ular hijau yang besarnya satu lengam tangan orang dewasa. Umumnya terang Suudi ular hijau berekor hitam paling besar satu jempol tangan orang dewasa.
“Ular ini warnanya hijau tetapi kok besar. Ujung ekornya warna hitam. Dan kami hanya menghindar saja. Kami hati-hati setelah air yang kami konsentrasikan tiba-tiba menghilang misterius. Dan selama 1 bulan penuh kami menyatu dengan warga sampai rokok-pun habis dan untuk mengambil uang di ATM ternyata ATM nya tidak ada uangnya. Terpaksa merokok sak onone (seadanya). Tetapi kami sangat puaa dan bangga bisa membantu masyarakat hingga KASAD hadir untuk meresmikan apa yang kita kerjakan selama satu bulan lebih ini,” pungkasnya.
Sejumlah sumber mengungkapkan, Danau Kastoba memiliki ketinggian 440 dari permukaan air dengan luas sekitar 725 meter persegi dan kedalaman yang cukup untuk menampung volume air besar, menjadikannya sumber air potensial bagi program pipanisasi.
Danau Kaatoba lebih dikenal sebagai objek wisata yang menawarkan natural alam yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, dengan suasana hijau hutan yang rindang. Kini, danau yang letaknya tepat ditengah tengah pulau Bawean itu bakal menjadi sentra pengairan sawah yang sebelumnya petani di Pulau Putri ini hanya mengandalkan air tadah hujan.