MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Misi Walikota Malang, Drs. H. Sutiaji membawa Kota Malang menjadi smart city terus dilakukan. Orang nomor satu di Pemkot Malang itu meminta perangkat daerah untuk segera menguatkan sistem database (by name by address) serta validitas data resiko stunting dan kemiskinan di Kota Malang.
Hal itu disampaikan Walikota Sutiaji pada rakor Perangkat daerah di halaman depan kantor Kelurahan Oro-oro dowo pada Jum’at (16/06/2023) lalu. Secara teknis, Sutiaji berharap percepatan database berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sudah mampu menjangkau data stunting dan kemiskinan.
“Evaluasi kita berkaitan dengan stunting, penanganan sudah bagus, terstruktur, dan yang perlu diapresiasi yaitu partisipasi dan keterlibatan masyarakat, Tapi, sinergi bagus harus disertai dengan data yang akurat,” ujarnya.
“Kaitannya dengan smart city maka saya meminta penguatan, 2 hal ini (stunting dan kemiskinan) kita mulai dari database, artinya ini harus sudah berupa sistem TIK, penekanannnya disini. Karena itu saya minta Kominfo segera lakukan percepatan, dan ini (sistem database stunting dan kemiskinan) harus kita penuhi untuk mendukung smart city”, jelas Sutiaji.
“Sebelum dituangkan dalam sistem TIK, Intinya penanganannya kan cross cutting, artinya butuh kolaborasi antar perangkat daerah, nah untuk mendukung ini, dinsos sebagai penyedia data bertanggungjawab terhadap akurasi dan validitas, dinkes dalam hal ini sebagai pelaksana penanganan, Bappeda sebagai perencana, harus connect semuanya sampai menjadi sistem database yang akurat, “sambung Sutiaji.
Sutiaji juga berharap di tingkat wilayah, kecamatan dan kelurahan juga berperan sebagai garda terdepan dalam penanganan resiko stunting dan kemiskinan. Sutiaji menilai akses yang dimiliki kecamatan dan kelurahan memberikan keuntungan tersendiri.
“Tugas dan fungsi Kecamatan dan Kelurahan di wilayah, juga menjadi akses dan keuntungan. Kan sebagai garda depan, akses ke masyarakat lebih mudah ini yang juga perlu dioptimalkan, intinya dinamisasi data ini harus bisa diantisipasi semuanya” tegasnya.
Seperti diketahui, di era kepemimpinannya, Sutiaji menyasar 6 dimensi Smart City diantaranya, smart governance, smart economy, smart branding, smart living, smart environment, serta smart society. Dan, wajar apabila Sutiaji sangat ingin stunting dan kemiskinan menjadi core dalam dimensi smart living yang didalamnya salah satunya merupakan gambaran upaya pemberian kesehatan kepada masyarakat.
Sutiaji menilai, dengan smart city akan mudah bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan karena sudah didukung data yang akurat. Menurutnya, kondisi data stunting dan kemiskinan bergerak sangat dinamis, untuk itulah dirinya memacu perangkat daerah terkait agar stunting dan kemiskinan sudah tersedia dalam sistem database.
“Kondisi stunting dan kemiskinan ini kan dinamis, berubahnya sangat cepat sehingga ini rawan, jangan sampai akhirnya data ini menjadi salah. Karena itu, maka penting bagi kita punya sistem database, nantinya membantu kita, menentukan kebijakannya bagaimana, memonitor bagaimana perkembangan datanya, ini (smart city) bagus, perlu kita bangun terus karena ini bagian dari outcome atau kualitas” terang Sutiaji.
Terakhir, Sutiaji juga berharap konsep smart city ini terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan yang ada dan merupakan bagian dari upaya pembangunan yang berkelanjutan. Dirinya berharap kedepannya koneksivitas antar dimensi smart city mampu membawa manfaat bagi masyarakat Kota Malang. (Hms*)
Leave a Reply