Muhammadiyah Diserang Hoax, Anwar : Jangan Jadikan Medsos Sumber Berita

Wartawan senior Anwar Hudijono

SIDOARJO  (SurabayaPost.id) – Hoax menyerang Muhammadiyah Jember. Sebuah surat mengatasnamakan Pengurus Cabang Muhammadiyah Kabupaten Jember beredar luas di WhatsApp. Surat yang ditujukan kepada ‘Jamaah Yasin dan Tahlil di Tempat’ itu isinya mengajak dialog atau debat terbuka masalah-masalah khilafiyah seperti dzikir bersama, tahlil, tawassul, dan sebagainya. Debat dijadwalkan Senin (27/1/2020) malam yang tempatnya dipasrahkan kiai/ustadz.

Menanggapi kasus tersebut, wartawan senior, Anwar Hudijono mengatakan, media sosial memang berbahaya  bila dijadikan sumber berita atau informasi publik karena tingkat kebenarannya sangat rendah. Rawan sekali distorsi informasi. Sebaliknya saat ini dijubeli dengan hoax maupun fake news (berita palsu).

Produsen dan penyebar hoax dalam hukum positif bisa dipidana karena termasuk kejahatan. Dalam pandangan Islam dikategorikan fasik (dosa besar). “Allah sudah memperingatkan di Quran Surah Al Hujurat 6 bahwa hoax yang disebarkan bisa menyebabkan hancurnya suatu bangsa,” kata Cak Anwar, panggilan akrab mantan Pemimpin Redaksi Harian Surya ini.

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Jember H Kusno MPdI memastikan jika surat tersebut palsu. “Semua tidak cocok dengan prinsip dan norma persuratan Muhammadiyah. Semua janggal, termasuk stempelnya,” ujarnya pada PWMU.CO melalui pesan WhatsApp, Kamis (30/1/2020) siang.

Bahkan nama Dr Riza Amrullah SAg MPdI yang menandatangani surat tersebut juga tidak dikenal. “Tidak ada (nama itu),” kata dia.

Jika dicermati, pemakaian nama dalam kop surat juga tidak lazim di Muhammadiyah. Pada struktur tingkat kabupaten adalah Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Persyarikatan Muhammadiyah juga tidak memakai istilah ‘pengurus’. Sedangkan pada surat tersebut menggunakan Pengurus Cabang Muhammadiyah Kabuaten Jember. Kejanggalan lainnya, penggunaan cabang di Muhammadiyah itu merujuk pada struktur tingkat kecamatan, bukan kabupaten.

Kusno menegaskan, dari sisi administrasi saja surat itu sudah tak dapat dipercaya. Lebih-lebih dari sisi substansi yang bertolak belakang dengan prinsip dakwah Muhammadiyah.

Surat itu beredar luas di WhatsApp maupun dalam bentuk asli surat. Duta.co, portal terkemuka di kalangan umat NU, mendapat kiriman salinan surat itu.

Muhammad Kays, Pemimpin Redaksi Duta.co sudah menebak bahwa penyebar surat itu ingin terjadi perang Muhammadiyah dengan NU. Untuk itu, Duta.co menurunkan headline berjudul “Ada Orang Edan Ingin NU-Muhammdiyah ‘Gelut’ dengan Isu Tahlil.

“Awal pekan ini, di media sosial geger surat (palsu) berkop Muhammadiyah Jember. Isinya bikin semua jamaah (baik NU maupun Muhammadiyah) cekot-cekot,” tulis Duta.co.

“Nah! Ini orang edan. Orang edan yang ingin jamaah NU dan Muhammadiyah gelut. Mereka menggukan masalah khilafiyah, Yasin-Tahlil dan amalan-amalan lain yang dianggap bidah. Jaman gini kok masih pakai isu khilafiyah,” demikian jawaban yang muncul dari warganet di grup WA yang dikutip Duta.co.

Bukan iseng

Menurut Cak Anwar, berdasar analisis digital forensik, hoax di atas bukan produk orang iseng. Tapi benar-benar dirancang dengan misi tertentu. Misalnya untuk meprovokasi agar umat Muhammadiyah-NU tukaran. Untuk merusak reputasi Muhammadiyah seolah sebagai tukang tantang. Merusak ukhuwah bainal muslimin (merusak hubungan sesama muslim).

“Alhamdulillah.. konangan dan ada klarifikasi dari PD Muhammadiyah. Sehingga tidak sampai memicu dampak negatif secara luas. Tapi yang kita khawatirkan adalah mereka yang sudah terlanjur membaca, kemudian mempercayai hoax itu, tidak mengetahui ada klarifikasi. Maka hoax itu akan mengedap di hati dan membuat kotor dan gelap. Ingat hoax itu haram. Mempercayai hoax itu seperti makan barang haram. Implikasinya adalah membuat hati ini gelap bahkan buta. Menjadi keras seperti batu kali,”tegas mantan wartawan Kompas ini.

Ia berharap polisi secepatnya menangkap produsen dan penyebar hoax ini. Menurut dia, dengan cyber drone, mengungkap hoax itu tidak sulit. Polisi sudah membuktikan itu. Banyak penyebar hoax ditangkap, termasuk penyebar hoax yang membuat Papua rusuh.

“Kalau sampai tidak bisa mengungkap, ada kemungkinan hoax itu disebarkan oleh intelijen. Bisa intelijen negara bisa juga intelijen swasta. Atau dari pabrik hoax di luar negeri yang juga mempunyai alat menjebak cyber drone,” katanya.

Dikatakan, masyarakat memang harus waspda terhadap hoax di medsos. Sekarang setiap saat beredar ribuan hoax, berita palsu atau fake news. Ada hoax yg diproduksi karena iseng, kebodohan secara individual. Yg paling bahaya hoax yg diproduksi oleh pabrik hoax. Disebarkan oleh bot akun dan buzzer. Mereka beroperasi secara canggih. Sampai-sampai tidak kelihatan yang benar dengan yang hoax alias subhat (remang-remang).

The Guardian akhir Desember lalu melaporkan, ada pabrik hoax di Israel yg setiap minggu memproduksi 1000 hoax membangun fobia terhadap Islam, menyerang Islam dan tokoh-tokoh muslim.

Kebencian

Pada pilpres 2019 ada produksi hoax dari Israel utk menciptakan kebencian dan gelut sesama bangsa indonesia. Sebagian bangsa ini sudah terlanjur dijejali oleh hoax, khususnya berkaitan dengan Pilpres 2014 dan 2019. Sehingga menjadi fanatik. Keras. Sulit menerima kebenaran yang didasarkan fakta obyektif ilmiah. Kebenaran didasarkan pada perasaan dan manut ubyuk (ikut-ikutan) dan banter-banteran suara. Hatinya dipenuhi kebencian.

Maka, ujar Cak Anwar, siapapun yang aktif di medsos hendaknya tetap berpegangan pada Quran Surah Al Hujurat ayat 6 . Setiap mau membaca postingan kita minta perlindungan kepada Allah.

Kita harus bersikap skeptis lebih dulu dalam arti meragukan kebenarannya. Jangan langsung ditelan. Kita harus meneliti kebenarannya. Jika kita tidak bisa menelitinya, lebih baik buang saja. Gak usah dimasukkan hati atau dipikirkan. Jangan mendekati barang subhat.

“Jangan mudah nge-share. Biasanya karena emosi, tanpa pikir panjang kita share. Jika itu hoax, kita diancam oleh Allah dengan azab yang besar (QS An Nur 14),” tegasnya. (aii)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.