BATU (SurabayaPost id) – Pasar Induk Among Tani Batu hampir rampung, puluhan pedagang buah apel terancam tak dapat kios.
Lantaran dari sejumlah 60 pedagang buah yang aktif, hanya tersedia 30 sekian kios, terdiri 20 kios bangunan baru bersumber dari dana CSR, selebihnya bangunan sumber anggaran APBN.
Hal ini disampaikan Ilyas, Ketua Pedagang buah Apel di Zona 8 dan 9, saat dikonfirmasi kesiapan puluhan anggotanya ketika Pasar Induk Among Tani Batu sudah ditempati.
“Dari sejumlah 271 pedagang buah apel, yang aktif sekitar 60 orang. Sesuai dengan kesepakatan awal,
jumlah kios pedagang tidak ada pengurangan,”papar Ilyas, Kamis (1/6/2023) sore.
Meski begitu, papar dia, dari sejumlah 60 pedagang sekitar 30 sekian kios yang tersedia, disebutkan kekurangannya akan dibangunkan lagi oleh Diskoperindag sumber anggarannya dari PAK.
“Pak Eko Diskoperindag menyampaikan kekurangan kiosnya akan dibangun secara bertahap nunggu dana PAK .Untuk yang 20 kios kemarin dibangun dari anggaran CSR dari salahsatu pengusaha, itu disampaikan Pak Eko,” ujar Ilyas.
Untuk itu,Ilyas menyebut rekan – rekannya pedagang buah sepakat mengikuti kehendak Diskoperindag.
“Cuma jangan sampai waktunya terlalu lama karena kios tersebut sudah ada, jumlahnya sekitar 30 sekian, dari sejumlah 271 pedagang, 60 pedagang yang aktif, dan itu yang harus diprioritaskan,” mintanya.
Lanjutnya, pihaknya sudah menekan pada dinas agar prioritaskan yang saat ini aktif agar bisa menempati ketika sudah pindah.
“Mereka semua tetap dapat kios.
Pesan saya, nanti jangan sampai molor pembangunan kios tambahannya itu,” harap Ilyas.
Sisi lain,Ilyas menyebut pedagang apel sedang ada polemik di internal pedagang buah.
“Saat difasilitasi Diskoperindag, hendak melihat kios-kios pedagang pasar buah apel di Zona 8 dan 9. Kemudian muncul gagasan baru dari pedagang, ternyata tempat untuk jualan pedagang buah tersebut, tidak sesuai dengan dagangannya yang selama ini dijual,” lanjutnya.
“Karena pedagang apel,kalau tempatnya seperti yang dibangun saat ini, dengan kios tertutup, nanti dagangan buahnya cepat rusak,dan busuk.Karena lubang udara yang keluar masuk kurang, dan tempatnya tertutup.Disitu keluar masuknya udara kecil, kalau apelnya ditaruh kemudian ditutup , dua atau tiga hari buahnya akan rusak,” terangnya.
Selain itu, terang Ilyas, di Zona, 8 dan 9, menurutnya muncul gagasan para pedagang agar dijadikan satu pada
Zona 9.
“Kami sudah sepakat mengikuti kehendak dari dinas dengan kesepakatan dari pedagang, cuma nanti jangan sampai waktunya molor kasihan para pedagang kalau ada yang tidak bisa beraktifitas,” tegasnya.
Dikonfirmasi terpisah terkait hal tersebut, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Batu Eko Suhartono menyampaikan.
“Pada waktu itu, setelah saya koordinasi dengan pedagang apel saya sampaikan pada PPK , untuk sebenarnya tempat apel itu los semua, dan tak ada kios.Dulu Ibu Dewanti menyampaikan supaya pasar apel, yang notabene ikon Kota Batu agar tetap terjaga,” ujar Eko, Kamis (1/6/2023).
Bagi yang bertahan, ujar dia, ada beberapa saja, kurang lebihnya antara 50 sekian.
“Saat itu, Ibu Wali berharap agar memikirkan itu, supaya bagus dan sebagainya.Setelah saya sampaikan
ke PPK kan perlu perhatian penambahan,” jelas dia.
Saat ditanya penambahan 20 kios kemarin apakah sumber anggaranya BB berasal dari CSR, yang didapat dari salahsatu pengusaha?
“Gak gitu,gak gitu, saya klarifikasi dulu, saya sampaikan ke PPK, karena jumlah yang bertahan belum dapat perhatian, saya sampaikan ke PPK mohon ada penambahan untuk kekurangan yang ada. Kemudian PPK, kalau memungkinkan penambahan melalui alokasi dana Addendum, dan lain sebagainya,” kelit Eko.
Lanjutnya, menurut dia, telah dibangun 20 kios, dan kekurangannya nanti bakal disiapkan pada PAK.
“Sehingga pada proses pindah, bukan tidak bisa, karena dari 50 sekian pedagang itu, tiap hari tidak buka semuanya, dari kios sebelumya ada
12,dan kemudian ditambah yang dibangun kemarin 20 kios. Sehingga kekurangannya nunggu PAK,” janji dia.
Ketika disingung lagi kebenarannya terkait tambahan 20 kios apa sumber anggarannya dari CSR ?
“Kalau saat itu saya sampaikan ke PPK , PPK menyampaikan pada tim Provinsi Jatim, saya minta Addendum, kalau tidak dicarikan alokasi dana lain, dan sekarang sudah dibangun 20 kios. Kalau alokasi dana yang lain darimana, nanti saya konfir, dan kalau saya pikir ikut yang dipekerjakan yang awal, jadi bukan dari dana CSR,” dalih dia.
Ditanya terkait kekurangan kios tersebut apakah tidak karena salah perencanaan ?
“Bukan,sebenernya yang di apel itu los, dan yang 50 orang pedagang itu menjadi perhatian, jadi bukan 60 orang,” ungkapnya.
Ditanya bagaimana kalau ada pedagang yang punya lima, atau enam kios apa tetap mendapat kios sejumlah itu?
Kemudian terkait PAK jika dewan tidak menyetujui, lalu bagaimana solusinya ?
“Untuk pedagang yang punya kios lebih dari satu, kita menyesuaikan regulasinya, untuk PAK, kami sudah menyampaikan kepada “Tinggal dan Banggar” supaya jadi prioritas, kan tidak banyak alokasinya,” timpal dia.(Gus)
Leave a Reply