MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Sebanyak 6.660 siswa Paud (Pendidikan Anak Usia Dini) dan Taman Kanak – Kanak (TK) menyemarakkan gebyar Senam Kreasi Anak Indonesia dan Tari Kreasi Profil Pelajar Pancasila di Stadion Gajayana, Kota Malang pada Sabtu (29/10/2022).
Kegiatan yang diinisiasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang itu juga sebagai bagian dari peringatan Hari Anak Nasional dan Hari Sumpah Pemuda.
Ribuan siswa itu tampak antusias mengikuti senam dan tari kreasi itu dengan tertib. Orang tua siswa juga memadati tribun Stadion Gajayana, mendampingi anak anak mereka.
Dalam kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Wali Kota Malang, Drs H Sutiaji dan Bunda Paud Kota Malang, Widayati Sutiaji beserta seluruh insan pendidikan se-Kota Malang.
Wali Kota Malang, Drs H Sutiaji mengatakan bahwa gebyar senam dan tari kreasi itu juga sebagai langkah pemerintah dalam mendorong siswa agar memiliki karakter bangsa.
“Karena sekarang arus budaya luar kan luar biasa dan anak sekarang sudah bisa melihat budaya luar melalui ponsel. Jadi ini mitigasi supaya anak anak tidak mudah terpengaruh,” kata Sutiaji.
Menurutnya, penanaman pendidikan karakter dan budaya sejak dini sangat penting. Terlebih, siswa Paud dan TK merupakan usia emas dalam tumbuh kembang anak. Mereka memiliki kemampuan daya ingat yang baik baik dan ideal.
“Saya juga tekankan tak ada bullying. Karena karakter bangsa Indonesia tidak ada bullying,” ucapnya.
Dia juga mengaku, saat ini keterbukaan dunia tidak bisa dibendung. Namun bagaimana pun filterisasi terhadap budaya-budaya yang merusak sebisa mungkin untuk diminalisir. Hal ini tentu sebagai langkah untuk mencegah rusaknya generasi penerus bangsa.
“Anak-anak itu kan saat ini sudah bisa melihat budaya-budaya luar. Budaya yang bukan milik kita, itu harus dimitigasi. Agar anak-anak kita tidak terpengaruh budaya yang merusak,” terangnya.
Pasalnya, sistem psikomotorik anak usia dini terbilang sangat kuat dan melekat dalam proses pembentukan karakter. Sehingga penguatan literasi budaya lokal perlu dikuatkan melalui Merdeka Belajar.
“Tadi ada profil Pancasila, ini menjadi bagian dari mengajar tentang Merdeka Belajar. Bahwa anak itu harus menerima pendidikan secara nyaman, aman dan tidak ada indoktrinasi. Walaupun materinya itu harus dikuatkan, tetapi metodologinya harus mampu positif thinking kepada anak,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana, SE, MM, mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi antusias siswa, pengajar dan orang tua siswa dalam kegiatan yang berlangsung sukses dan tertib itu.
“Ada 6.660 anak yang terlibat, tentu ini luar biasa. Ini sebagai tonggak bahwa anak adalah generasi emas. Mereka dikenalkan dengan anak lain, masyarakat, saling bantu, mengalah, ngantre hingga pengetahuan budaya di sini,” tuturnya.
Suwarjana juga mengatakan bahwa pendidikan karakter bangsa juga telah disisipkan di sejumlah mata pelajaran sekolah di Kota Malang. Hal ini dilakukan untuk menanamkan jiwa nasionalis anak tanpa buli.
“Pendidikan karakter kami selipkan di materi pelajaran bukan hanya PKN, tapi juga di olahraga, agama, matematika, IPA hingga IPS. Kami juga selalu tekankan anti buli di sekolah sekolah yang bahkan kami buatkan satgas anti buli mulai TK, SD hingga SMP,” tandasnya.
Dia pun berterimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam mensukseskan acara tersebut. Tidak kalah pentingnya terhadap apresiasi masyarakat yang telah mempercayakan kepada guru pendamping masing-masing sekolah untuk menitipkan anaknya.
Dirinya berharap, melalui kegiatan tersebut dapat juga menjadi upaya terhadap mitigasi kekerasan terhadap anak. Sebagai bentuk keseriusan dalam hal tersebut, Disdikbud Kota Malang juga telah menyediakan Satgas Anti Bullying di berbagai satuan pendidikan yang ada di Kota Malang. (Lil)
Leave a Reply