Tim PPM Dosen UWP Ajak Pengusaha Jamur Tiram Naik Kelas

SURABAYA – Bisnis budidaya jamur tiram bisa menjadi pilihan menarik karena banyak peminatnya. Terlebih, jamur tiram diolah lagi menjadi berbagai macam makanan dan cemilan yang enak.

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dijual di pasaran. Jamur yang bisa tumbuh optimal pada pemanfaatan limbah kayu (serbuk gergaji) ini mengandung banyak zat yang penting bagi tubuh, di antaranya serat, beta glucan, vitamin B, mineral, kalium, dan beberapa jenis karbohidrat. Jamur ini baik dikonsumsi karena bebas lemak, rendah kalori, dan bebas kolesterol.

Peluang bisnis jamur tiram ini dimanfaatkan oleh Ashrori. Berbekal pengetahuannya membudidayakan jamur tiram yang dipelajari secara otodidak, Ashrori mendirikan Omah Jamur yang terletak di Kelurahan Kendung, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

Ashrori bercerita, dia mendirikan Omah Jamur sejak tahun 2020. Saat itu, pandemic covid-19 melanda Indonesia bahkan dunia. Di tengah terpuruknya ekonomi yang melanda berbagai sektor, Ashrori mencari peluang usaha yang bisa dikerjakan di rumahnya. Karena pada saat itu, ruang gerak masyarakat dibatasi oleh Pemerintah melalui kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).

Dari perenungan, ide muncuk di benak Ashrori, yaitu budidaya jamur. Kemudian Ashrori mencatat berbagai kebutuhan budidaya jamur termasuk kebutuhan lahan. Setelah itu, dengan keterbatasan lahan miliknya, dia mulai membuat kamar pembibitan dengan kapasitas 10.000 kantong bibit jamur.

Ashrori tidak menyangka, hasil budidaya jamur tersebut mendapat animo masyarakat. Terbukti, hasil panen kala itu langsung ludes dibeli tetangga dan beberapa orang. Karena permintaan meningkat, Ashrori menambah kapasitas budidayanya dari 1000 kantor menjadi 3000 kantong (baglog).

Dari pembibitan hingga panen, butuh waktu kurang lebih 40 hari. Setiap panen, Ashrori mengatakan, jamur yang dihasilkan sebanyak 5 sampai 7 kg. Setiap hari, Ashrori dapat memanen 5 kg jamur yang dijual seharga Rp 20.000 hingga 28.000 per kilogram.

“Budidaya jamur tiram ini membawa berkah di tengah pandemi Covid-19, karena memberikan peluang kerja disaat banyak orang harus dirumahkan. Saya budidaya jamur tiram ini melibatkan masyarakat sekitar yang ikut menjadi reseller jamur tiram dengan mempromosikannya melalui media sosial dengan sistem COD (Cash Delivery Order). Hasilnya cukup menggembirakan sih walaupun memang belum berkembang pesat karena beberapa masalah yang muncul. Tapi kalau ditelateni, ya Insha Allah akan maju,” ujar Ashrori.

Selama budidaya jamur, bukan tidak ada kendala. Diakui Ashrori, beberapa kendala yang kerap ditemui ialah hama yang menyerang jamur. Kendala lain ialah kurangnya pengairan dan pemasaran yang terbatas.

Untuk mendukung usaha budidaya jamur tiram yang dilakoni oleh Ashrori, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) Dosen Universitas Wijaya Putra (UWP) melalui program pengabdian masyarakat mengajak pengusaha jamur tiram milenial ini untuk naik kelas dan mencari solusi terhadap masalah yang dialami oleh Ashrori. Program pengabdian dilaksanakan dari 1 Oktober sampai 30 November 2023.

Pelaksaan program tersebut salah satunya, Tim PPM Dosen Universitas Wijaya Putra mendatangkan pakar pertanian untuk memantau lebih lanjut dan menemukan cara membasmi hama tanaman, sehingga hasil panen dapat meningkat dengan kualitas yang lebi bagus.

Sedangkan untuk menaikkan kelas budidaya agar jamur tiram yang biasanya dijual fresh tanpa diolah menjadi lebih bernilai tinggi, maka Tim PPM Dosen Universitas Wijaya Putra memberikan saran untuk melakukan terobosan berupa diversifikasi produk jamur tiram.

Tim PPM Dosen Universitas Wijaya Putra memberikan pelatihan dan pendampingan inovasi produk olahan Jamur Tiram untuk memberikan nilai tambah hasil produksi jamur tiram dan menjadi usaha tambahan diluar budidaya jamur tiram.

Contohnya seperti stik jamur, nugget jamur, donat jamur dan brownies jamur. Untuk merk dan desain kemasan produk, Tim PPM Dosen Universitas Wijaya Putra membantu membuatkan merk dan desain produk kemasan, baik untuk jamur tiram maupun olahan jamur tiram sesuai dengan keinginan pemilik yang dimodifikasi dengan era kekinian.

“Hasil dari kegiatan pemberdayaan ini adalah mitra menemukan solusi untuk mengatasi hama yang menyerang pertumbuhan jamur. Kemudian muncul diversifikasi produk seperti olahan jamur kekinian, yaitu stik jamur, nugget jamur, dan brownies jamur. Untuk manajemen desain, kemasan, keuangan, dan pemasaran, juga ada peningkatan kualitas.

Harapan kedepannya, mas Ashrori sebagai perwakilan pengusaha jamur tiram milenial karena usianya yang masih muda ini dapat menjadi contoh dan inspirasi bahwa pemuda milenial mampu menaikkan kelas usaha lewat budidaya jamur tiram,” ungkap Yuli Ermawati, Tim PPM Dosen Universitas Wijaya Putra. (*)