Mereka Berpusat di Yerusalem
Oleh Anwar Hudijono
Yakjuj dan Makjuj keluar dari tembok Zulkarnain tidak serentak seperti massa peserta lomba lari maraton. Melainkan secara bergelombang, berkelompok-kelompok layaknya puak burung kuntul bermigrasi. Mereka bergerak sangat cepat seperti air bah yang turun dari gunung.
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Yakjuj dan Makjuj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (QS Al Anbiya 96).
Tempat yang tinggi itu biasanya merujuk pada gunung. Untuk itulah para ahli yang menggunakan metode dhohiri atau pemahaman secara tekstual menunjuk Pegunungan Kaukasus sebagai tempat mereka.
Adapun dalam pemahaman kontekstual Yakjuj dan Makjuj sebagai sistem menyebarkan ideologinya, misinya menggunakan media atau alat yang berada di tempat yang tinggi yaitu satelit komunikasi yang berbuah internet. Mereka menyebarkan misinya secara cepat dan luas dengan internet itu.
Komunitas manusia Yakjuj dan Makjuj itu kemudian menyelinap, menyebar berbaur dengan puak manusia lain. “Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Yakjuj dan Makjuj) berbaur antara satu dengan yang lain. (QS Kahfi 99).
Mereka menyebarkan misi sistem ideologi fasad (merusak). Ideologi fasad adalah bawaan hakiki manusia. “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih dan memuji-Mu. Dia berfirman, ‘Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”(QS Albaqarah 30).
Jadi Yakjuk dan Makjuj itu seperti cerita film zombie. Orang yang terjangkit virus, akan menggigit yang lain. Yang tergigit akan menggigit yang lain dan seterusnya sehinggga jumlah orang yang suspek terus bertambah dan semakin cepat pertambahannya. Hadits riwayat Bukhari secara simbolik menggambarkan bahwa perbandingan manusia yang beriman dengan Yakjuj dan Makjuj itu 1: 1.000.
Silih berganti
Jangan dibayangkan bahwa personil manusia Yakjuj dan Makjuj itu hidup terus sejak zaman Zulkarnain sampai menjelang kiamat. Mereka mati juga karena qodratnya manusia itu memang mati. Mereka silih berganti. Mati satu tumbuh seribu. Berkembang secara generasional.
Gaya mereka sesuai dengan zamannya. Pada zaman generasi old pakai sistem komunikasi getok tular sekarang sudah pakai internet. Dulu mereka melakukan etinis cleaning dengan pedang, sekarang dengan narkoba atau virus dan senjata teknobiologi. Mereka dulu terkotak-kota pada nation state, subnation, pada zaman now mereka menjadi warga negara global.
Yang pasti, siapapun mereka, apapun etnis, ras dan agamanya. Apapun peradaban dan gaya hidupnya. Bagaimana sosial ekonominya. Begitu sudah positif suspek virus fasad, mereka secara ruhi atau hakikat sudah menjadi Yakjuj dan Makjuj.
Ideologi fasad itu menghendaki kerusakan total. Rasulullah mengatakan, Yakjuj dan Makjuj akan merusak segala sesuatu yang ditemui. Melakukan pembunuhan. Tapi yang paling berbahaya dari misi mereka adalah melakukan perusakan akidah. Mereka menarik orang lain agar menjadi kafir. Inilah kerusakan sejati dan total.
Kerusakan sejati dan total itu muaranya pada azab Allah seperti yang ditegaskan di QS Surah Al Anbiya 97: Dan (apabila) janji yang benar (hari berbangkit) telah dekat, maka tiba-tiba mata orang-orang yang kafir terbelakak. “Alangkah celakanya kami. Kami benar-benar lengah tentang ini, bahkan kami benar-benar orang yang dzalim.”
Terdapat pula di Kahfi 100. “Dan Kami perlihatkan neraka jahanam dengan jelas pada hari itu kepada orang-orang kafir.”
Yerusalem dan Danau Tiberias
Yakjuk dan Makjuj hidup berkembang biak dan berbaur dengan manusia di seluruh dunia tanpa disebut batasan negara dan wilayah. Namun ada tempat khusus yang disebut oleh Hadits yaitu Danau Tiberias atau Galilea, Yerussalem, Syam dan Arab.
Dalam Shahih Muslim melalui riwayat An-Nuwas bin Sam’an r.a., bahwa Rasulullah bersabda, “….Allah mengutus Ya’juj dan Ma’juj. Mereka keluar dengan cepat dari setiap tempat yang tinggi. Rombongan pertama mereka melewati danau Thabariyah, sebuah danau besar di Palestina yang berair lezat, lalu mereka meminumnya. Kemudian rombongan terakhir mereka melewatinya dan berkata, ‘Di sini pernah ada air.”
Kalimat “Di sini pernah ada air” harus digarisbawahi. Bisa ditafsirkan bahwa Yakjuj dan Makjuj pernah di kawasan Tiberias yang sekarang terletak di Israel (dulu wilayah Palestina). Perjalanan mereka akan berakhir di Gunung Khumar yang masuk Yerusalem yang nama lainnya Al Quds atau Baitul Maqdis. (HR Muslim).
Hal ini semakin memperkuat tafsir bahwa Yakjuj dan Makjuj adalah keturunan Israel atau bangsa Yahudi. Mereka sedikitnya pernah diusir dari negaranya seperti zaman Kaisar Nebukadnezar tahun 597 SM. Mereka mengalami diaspora. Pada pertengahan abad ke-2 SM, penulis Yahudi yang mengarang buku ketiga Oracula Sibyllina, mengatakan, “Setiap daratan penuh dengan engkau, (Yahudi) demikian pula setiap lautan.”
Dan penghancuran oleh Kerajaan Romawi tahun 60-70 yang membuat mereka kembali tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Jejaknya di Indonesia seperti adanya sinagog (rumah ibadah Yahudi) di Jalan Kayun, Kota Surabaya, kuburan tentara Yahudi yang kerja di VOC di Aceh, sinagog di Manado.
Bangsa Yahudi memang terusir dari negaranya. Tetapi mereka tidak pernah surut obsesinya untuk kembali menguasai kembali negaranya yang mereka sebut Tanah Perjanjian. Dan sudah termaktub dalam nubuwat mereka, bahwa Yerusalem akan jadi pusat dunia di akhir zaman. Dan bangsa Yahudi selalu bermimpi menjadi pemimpin dunia. Mereka memiliki obsesi menghadirkan kembali Imperium Sulaiman.
Maka tanpa tedeng aling-aling pakar eskatologi Islam Sheikh Imran Hossein mengatakan, Yakjuj dan Makjuj adalah bangsa Yahudi ke-13 atau keturunan bangsa Kazzar. Mereka memiliki DNA Eropa yang berbeda dengan Yahudi DNA Timur Tengah atau keturunan Nabi Ya’kub.
Bisa juga memunculkan penafsiran bahwa Yakjuj dan Makjuj itu merupakan dua unsur utama Yahudi akhir zaman. Yaitu perpaduan bangsa Kazzar dan bangsa Yahudi (Bani Israel). Satu ber DNA Eropa dan yang satu ber DNA Timur Tengah. Mereka berideologi tunggal, memiliki obsesi yang satu. Mereka memeluk Yudaisme.
Istilah Jawanya loro2ning atunggil, dua tapi satu atau satu tapi dua. Eksistensi mereka bisa dilihat di bendera Israel di mana ada dua segitiga ditumpuk (dijadikan satu) yang mereka sebuat Bintang Daud. Allahu a’lam bis-shawab. (*)
Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo.
Leave a Reply