SURABAYA (SurabayaPost.id) – Ratusan massa yang tergabung dalam Gerakan Tangan-tangan Revolusioner (Gettar) melakukan aksi demo di depan kantor Kejaksaan Negeri (Kemari) Sampang. Para demonstran tersebut menuding Kejari mandul dalam menangani berbagai dugaan korupsi yang ditangani institusi hukum itu.
Sehingga gabungan 14 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang melakukan aksi longmach dari Pasar Srimangunan menuju Kantor Kejari, menuntut agar Kepala Kejari Sampang, i Setyo Utomo mundur dari jabatannya karena tidak becus dalam penanganan berbagai tindak pidana korupsi selama ini.
“Kami mempertanyakan dugaan korupsi program listrik desa (Lisdes) senilai Rp 12 miliar pada tahun 2007-2008, yang telah kami laporkan sampai ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) menguap begitu saja. Padahal beberapa waktu lalu Kajari menyampaikan dihadapan wartawan dan LSM dalam acara coffe morning, bahwa ada salah satu pejabat yang ingin menyuap dia sebesar Rp 500 juta, namun anehnya selang satu minggu kemudian menyatakan bahwa kasus Lisdes dianggap tidak cukup bukti, ada apa ini?, ” ungkap Anwar salah seorang korlap aksi, Rabu (21/11/2018).
Selain itu para aktivis tersebut mendesak kejelasan kasus Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berupa dana kapitasi yang telah memeriksa 21 bendahara Puskesmas maupun kasus hilangnya aset daerah senilai Rp 650 miliar. Serta kasus Prona Desa Bulang Kecamatan Torjun dan BUMD PT Sampang Mandiri Perkasa (SMP) mengendap begitu saja.
Aksi sempat memanas karena Setyo Utomo tidak segera menemui demonstran, sehingga massa terpaksa membakar keranda mayat sebagai simbol matinya penegakan hukum, serta membakar ban bekas. Bahkan nyaris terjadi aksi anarkis karena Kajari tak kunjung menemui massa diluar halaman Kantor Kajari.
Selang beberapa waktu massa yang mulai memanas dapat diredam, setelah pihak Kajari didampingi Humas Kejari, Joko Suharyanto bersedia menemui para demonstran. Namun sayangnya penjelasan Setyo Utomo terkait penanganan kasus korupsi tidak memuaskan para pengunjuk rasa, sehingga sempat terjadi adu mulut antar kedua belah pihak.
“Kasus dana kapitasi dari 21 Puskesmas hanya 11 Puskesmas yang kita tangani. Namun dari hasil penyelidikan ada 2 Puskesmas melakukan penyimpangan, itupun hanya kasus administrasi senilai Rp 20 juta, ” dalih Setyo.
Sementara kasus Lisdes yang menyedot perhatian publik karena desas desus isu suap Rp 500 juta kepada Kajari tapi malah hasil penyelidikannya tidak dilanjutkan dengan alasan tidak cukup bukti menimbulkan polemik dikalangan masyarakat. Sehingga jawaban Setyo yang terkesan berbelit-belit membuat massa merasa kecewa.
Massa yang tergabung dalam Gettar berasal dari 14 LSM, meliputi Jatim Coruption Watch (JCW), Lumbung Informasi Rakyat (Lira), Jaringan Kawal (Jaka) Jatim, Madya Development Wacth (MDW), Aliansi Rakyat Marginal Sampang (ALARM’S), Ikatan Mahasiswa Sampang (IKMAS), Al-Katras, Jatim Analysis, Barisan Madura Bangkit (BMB), GPRS, Gadjah Mada, Sekoci, Insan Muda Sampang, dan GPN. (rud)
Leave a Reply