BATU (SurabayaPost.id) – Praktisi Pariwisata yang juga merupakan anggota DPRD Kota Batu Sujono Djonet,menyebut antara pariwisata dan pertanian di Kota Batu harus seimbang.
Selain itu,Djonet mewanti – wanti Batu Love Garden lebih tepatnya disebut BALOGA harus berhati – hati jangan sampai keluar dari impian masyarakat Kota Batu.
Itu,disampaikan Djonet ketika diminta pendapat terkait Baloga selain merupakan wisata bunga,juga mengusung konsep edukasi tentang tanaman,Mingu (11/6/2023).
“Bicara soal pariwisata terutama kota wisata batu,mengingat historinya bahwa segala potensi yang ada di batu,potensi sumber daya alam,itu tidak lepas dari yang dulu pernah disepakati bersama,”kata Djonet.
Bahwa kota wisata batu,menurutnya dibentuk atau disepakati sebagai kota wisata edukasi,dan kota wisata edukasi bukan hanya selogan belaka.
“Bagaimana membangun kota wisata batu ini harus melihat kawasannya. Tempat wisata jangan diartikan wisata artifisial saja,atau dibentuk dan dibuat wisata buatan,tapi seluruh tempat destinasi wisata yang ada di batu, harus berkonsep edukasi,” ujarnya.
Ini,ujar dia,katakanlah desa wisata, itu belum membangun Kota Batu sebagai kota wisata dengan konsep edukasi.
“Yang saat ini tercermin hanya pelaku pelaku wisata swasta,misal di Jatim Park Group,ada wisata edukasi seni budaya di jTP satu,terkait edukasi satwa di jTp 2,dan ada wisata edukasi pertanian di Baloga Desa Bumiaji,ini sesuai dengan potensi kawasan ,” ungkapnya.
Maka ungkap dia,hadirnya tempat Baloga ini,memang sudah sesuai dengan kebutuhan dasar yang ada
di Kota Batu.
“Karena mayoritas masyarakat batu petani,kalau ini dilakukan oleh setiap pelaku wisata,baik swasta maupun pemerintah,akan menjadi pembeda ketika kita bicara sebuah kota wisata. Misal,central wisata – wisata Indonesia,Jateng ada Jogja,Jatim ada batu misalnya,hal ini akan berbeda dan jangan terjadi sebuah keseragaman,”harapnya.
Dan ini,menurut Djonet kerap dikatakan jangan adalagi sebuah pemikiran membangun sebuah wisata akan tercipta sebuah keseragaman, melainkan keragaman.
“Ketika konsep ini diseriusi dan digarap dengan benar,maka desa – desa wisata kita juga akan melakukan hal yang sama,sehingga bisa memberi kontribusi kepada dareh,dan bisa mengedukasi bagaimana mengenalkan tanaman apel, jeruk,sayur, dan macam – macam,” ujarnya.
Lantas,pihaknya berujar sebelum menanam,dan sebagainya kalau dikemas akan menjadi sarana pendidikan yang menarik.Sisi lain pihaknya menyebut tentang visi misi daerah.
“Bicara tentang visi misi daerah pemerintah batu,eksekutif, dan legislatif akan mensupport kearah sana.Kebetulan kita juga masih menjabat di Legislatif,regulasi – regulasi terkait itu akan disupport, terpenting bagaimana sekarang eksekutif dan legislatif memahami akan arti sebuah nama Kota Batu,
kota wisata batu,ini kota wisata seperti apa,” tanya dia.
Untuk itu,pihaknya berjanji akan mensupport pelaku – pelaku wisata, baik swasta maupun kelompok yang tergabung dimasyarakat.Olehkarena itu,praktisi pariwisata ini mengingatkan Baloga.
“Hati – hati, jangan sampai keluar dari impian masyarakat Kota Batu.Terutama masyarakat petani, bahwa hadirnya Baloga disini akan menjadi sebuah daya rangsang agar petani petani tradisional kita akan mengenal ilmu pertanian modern,” terangnya.
Ini,terang dia,dengan kemampuan yang dimiliki oleh jTP group, menurutnya Baloga punya kemampuan untuk menggandeng perguruan tinggi,dan para ahli sehingga akan ditarik kerjasama yang punya nilai – nilai ekonomi.
“Inilah yang sebenarnya kemampuan – kemampuan yang dimiliki oleh para pelaku wisata swasta akan bersinergi dengan masyarakat,dan pemerintah untuk bagaimana membangun dan memikirkan dunia pertanian khususnya yang sekarang jadi kegelisahan petani,”ucapnya.
“Di Kota Batu sekarang tidak melihat generasi kita,ada atau tidak ada? Walaupun ada,mungin sedikit dan ada sekian persen saja,dan kecil sekali,” tambahnya.
“Ini,adalah kegelisahan kita bersama sebenarnya,dan ini masalah serius, masalah ini,harus didukung kekuatan bersama yakni,masyarakat, eksekutif dan legislatif.Tadi kita sampaikan bahwa Baloga ini harus hati – hati jangan keluar dari konsep edukasi pertanian,”pesan dia.
Dengan kemampuan yang ada, yang dimiliki Baloga, sebagian dari jTP group,pihaknya berharap Baloga mampu mengadakan event – event.
“Misalkan ekspo pertanian pameran -pameran pertanian, dan hasil-hasil pertanian yang jadi rangsangan masyarakat petani batu agar mengetahui bagaimana perkembangan pertanian,dan ini menarik sehingga bisa menghadirkan banyak pihak yang berkaitan dengan pertanian,” katanya.
Sehingga,kata dia kebutuhan masyarakat petani dengan kejenuhan ini mungkin segera bisa sedikit banyak membantu pencerahan.
“Berikutnya Baloga ada kontribusi sosial kepada masyarakat petani, khususnya masyarakat petani Kota Batu.Mungin dengan adanya lab pertanian,itu kontribusi Baloga terhadap petani, kemudian tentang pertanian dimaksimalkan, salahsatunya bersinergi dengan masyarakat petani,dan pemkot Batu.Inilah yang akan menghasilkan energi positif,dan bermanfaat kepada masyarakat petani batu,”ungkapnya.
Kembali pada Keseimbangan, Djonet menyebut,keseimbangan antara pariwisata dan pertanian merupakan hal yang tak terpisahkan.(Gus)
Leave a Reply