
MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Malang ditengarai meningkat. DPRD Kota Malang mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang untuk memitigasi penyebaran infeksi DBD di Kota Malang.
Dinkes Kota Malang mencatat, kasus DBD Kota Malang pada 2023 ada sebanyak 462 kasus dengan 4 kematian. Lalu di 2024, kasusnya melonjak 777 kasus dengan 4 kematian. Kini, hingga Mei 202025, kasusnya sudah mencapai 389 kasus dengan 3 kematian.
Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Eko Herdiyanto menyoroti tren potensi kenaikan pada angka tingkat kematian akibat virus DBD di tahun 2025 itu. Dia mengatakan, Dinkes Kota Malang harus segera bertindak untuk memitigasi penyebaran DBD.
Salah satunya dengan sosialisasi peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya DBD, termasuk cara pencegahan dan wawasan gejala DBD. Hal ini penting untuk menekan angka kematian akibat infeksi DBD.
“Jadi kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri lebih dini ke dokter penting dilakukan sebelum infeksi semakin parah,” ujarnya.
“Kadang masyarakat kalau kurang paham soal gejala satu penyakit, termasuk DBD, itu meremehkan. Ternyata saat fisik sudah drop, terkonfirmasi DBD. Ini yang bahaya,” imbuhnya.
Keterlambatan penanganan pada pasien DBD yang sudah parah dapat menyebabkan resiko kematian yang lebih tinggi. Artinya, pemeriksaan lebih dini sebelum infeksi DBD parah perlu dilakukan agar segera mendapat penanganan medis.
Eko juga mendorong Dinkes Kota Malang untuk gencar kampanye pemberantasan jentik nyamuk dan menutup peluang kembang biak nyamuk aedes aegypti.
Selain itu, fogging juga perlu dilakukan. Terutama pada wilayah yang warganya terkonfirmasi terjangkit infeksi virus DBD. Mengingat, saat ini juga sedang musim penghujan.
“Misal ada 10 warga di satu RT terindikasi DBD, segera fogging. Perangkat RT/RW juga perlu dilibatkan untuk memantau warganya jika ada DBD,” pungkasnya. (**).