BATU (SurabayaPost.id) – Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko melaunching program pemberdayaan petani Sawah Rojo Art Farming. Program itu dilaunching di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu, Kota Batu, Minggu ( 8/11/2020).
Pada saat launching sawah rojo art farming dan diskusi interaktif dengan mengusung tema menggagas inovasi & kreativitas pertanian masa kini tersebut, Dewanti Rumpoko memuji konsepnya sangat keren.
“Yang jelas ketika Mas Herman memberi videonya dan saya unggah di Fb. Itu yang merespon orang-orang jauh dari Singapura,” katanya.
Mereka, kata dia, mengaku konsepnya keren sekali. Dengan begitu, Dewanti mengaku tinggal seberapa yang bisa dijalankan.
Alasannya, karena orang itu ketika ada hasilnya baru merespon dengan cepat. “Kalau tidak, mereka mikir. Tapi kalau saya tidak, dan saya lihat sangat keren banget dan saya langsung mendukungnya. Ini konsep yang sangat luar biasa,” puji Dewanti.
Dari sisi lain, salah satunya ,menurut dia, di belang Among Tani. Dia mengatakan selama dirinya masih menjabat, agar tidak di bangun yang tinggi-tinggi.
“Khawatir kalau Dinas Pertanian tidak bisa melihat yang bagus-bagus. Selain itu, sebetulnya bisa dijadikan program oleh Kepala Dinas Pendidikan untuk pembelajaran,” harapnya.
Itu, harap dia, semua itu bisa terjaga pertanian dengan baik. Melaluhi Kepala Dinas Pertanian,menurutnya supaya mengkomunikasikan dengan para Kepala Dinas.
“Pak Sugeng Kepala Dinas Pertanian agar mengkomunikasikan dengan dinas – dinas dan harus segera dilakukan dan bisa menjadi sebuah konsep baru pertanian di Kota Batu,”pesannya.
Sementara itu, Manajemen Sawah Rojo Art Farming ,Herman Aga ,mengaku memasuki era news normal sudah mulai teredukasi di kalangan masyarakat telah melahirkan perubahan perilaku untuk lebih sehat dan produktif.
“Perlu suasana yang menyuguhkan sejuknya alam pedesaan sebagai alternatif destinasi wisata. Kini telah hadir Sawah Rojo Art Farming sebuah ikon pertanian yang memadukan teknologi dan seni sebagai destinasi baru yang terletak di Desa Pesanggrahan, Kota Batu, tepatnya di belakang Gedung Among Tani Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur,” ujarnya.
Itu, ujar dia, berupa hamparan lahan hijau dengan sudut pandang melingkar 360 derajat. Menurutnya hal itu sungguh – sungguh menakjubkan.
Sawah Rojo Art Farming menurutnya sebagai manajemen pengelola lahan petani. “Yang menawarkan kepada masyarakat luas dan wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu untuk mengikuti kegiatan edukasi dan pengalaman bercocok tanam (Farming Education & Experiences). Itu seperti menanam bibit, merawat lahan hingga memanen hasil pertanian pada lahan hamparan seluas 4000 meter tersebut,” tegasnya.
Dan itu, tegas dia, manajemen menerapkan sistem membership. Yakni sewa kelola lahan. Dan itu, lanjut dia, dengan berbagai paket ukuran lahan.
“Dengan luas 50 Meter Persegi dengan harga sewa Rp 3.000.000 dan Luas 100 Meter Persegi dengan harga sewa Rp 5.000.000 itu dengan masa sewa selama tiga bulan. Selama masa sewa sudah dihasilkan sayuran dan buah-buahan siap panen dan sepenuhnya adalah hak para member,” terangnya.
Degan harga paket sewa kelola lahan tersebut, terang dia, para member, menurutnya sudah mendapatkan fasilitas perawatan lahan selama tiga bulan. Itu, menurutnya, tersedia 27 lebih varian tanaman.
“Seperti varian tomat, varian cabe, varian wortel, varian jagung, paprika, kacang panjang, terong ungu, okra, padi merah, kubis, pacoi, kailan, andewi, selada krop dan masih banyak lagi dan tentunya sangat menyehatkan tubuh bila dikonsumsi, dan khusus para member berhak mendapatkan Free Lunch ala desa setiap bulannya,” katanya.
Kemudian, kata dia, konsep sewa kelola lahan tersebut, kata dia sebagai alternatif solusi bagi permasalahan petani yang terjadi saat ini. Dimana saat panen raya tiba, menurutnya tengah diyakini harga hasil pertaniannya turun.
“Melalui program sawah rojo ini, diharapkan ada kepastian bayar di muka dari para member yang menjadikan aktivitas berkebun sebagai rekreasi keluarga,” katanya.
Lantas, kata dia,tidak adanya akses pasar langsung ke konsumen, alias banyak tengkulak yang menurutnya, tengah mempermainkan harga yang menjadi problem petani ketika menjual hasil panennya. Sehingga, kata dia, petani tidak mempunyai posisi tawar yang baik.
“Tapi, dengan para member Sawah Rojo Art Farming ini, bersedia membayar paket sewa kelola lahan di depan menjadikan petani sedikit bisa bernafas lega. Para member yang hadir tentunya akan membawa jejaring baru bagi petani,” terang dia.
Yang sangat dimungkinkan, kata dia, adanya peluang kerjasama lebih jauh lagi dengan petani. Seperti terbukanya akses pasar langsung hingga kerjasama strategis lainnya yang bersifat Business To Business (B2).
Dan itu, beber dia, transfer knowledge akan terjadi secara alamiah. Saling tukar pengalaman dan keilmuan bakal terjadi antara para member dengan petani. Baik itu dalam dalam hal alih teknologi pertanian hingga kisah-kisah kehidupan lainnya.
“Dengan adanya konsep yang konkrit ini petani tidak akan lagi menjual lahannya untuk dijadikan perumahan. Praktis alih fungsi lahan tidak akan terjadi,” jelas dia.
Banyak petani, kata dia, yang mengaku untuk mengerjakan lahan seluas 1.000 meter persegi dengan cara konvensional. Hasilnya sangatlah tidak mencukupi. “Namun melalui program sawah rojo penghasilan petani saya yakini bisa tumbuh signifikan,” Timpalnya. (Gus/Adv)
Leave a Reply