BATU ( Surabayapost.id ) – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu,dalam rangka mendukung tingkat ketahanan pangan masyarakat di masa pandemi covid-19, telah melaksanakan beberapa kegiatan.
Kegiatan tersebut , disampaikan Kepala Dinas Pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono, Kamis
( 4/3/2022) sebagai berikut.
“Kegiatan intensifikasi pekarangan organik (IPO), kegiatan pekarangan pangan lestari (P2L).Pekarangan ini digunakan sebagai sarana pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga,” kata Sugeng.
Kemudian, lanjut dia, dikelola dengan tujuan memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga secara lestari, meningkatkan kemampuan keluarga dalam budidaya,dan diversifikasi pangan, serta mengembangkan sumber bibit untuk keberlanjutan pemanfaatan lahan pekarangan.
” Kegiatan intensifikasi pekarangan organik (IPO) dilaksanakan pada tahun 2021 dengan sasaran 24 KWT se Kota Batu. Kegiatan berupa penyuluhan dan pelatihan budidaya sayuran organik.Pemberian kegiatan pelatihan aplikasi penggunaan pupuk organik cair, pestisida nabati, dan teknis budidaya sayuran organik di lahan pekarangan milik pengurus KWT,” paparnya.
Itu, papar dia, bantuan saprodi yang diberikan kepada 24 Kelompok Wanita Tani (KWT)/Gapoktan sebagai berikut.
“Benih andewi sebanyak 120 sachet, benih bayam hijau sebanyak 120 sachet, benih cabe rawit sebanyak 120 sachet, benih kangkung sebanyak 120 sachet, danb benih sawi manis sebanyak 240 sachet.
” Kemudian, benih sawi daging sebanyak 144 sachet , benih terong sebanyak 120 sachet, benih tomat sebanyak 72 sachet, polybag sebanyak 120 kg ( 1kg = ± 25 sd 27 pcs, dan tanah humus sebanyak 24 Pick up , serta pupuk organik padat sebanyak 18.000 Kg,” ungkapnya.
Lantas, ungkap dia, untuk kegiatan pekarangan pangan lestari (P2L) di Kota Batu dimulai tahun 2021 dengan sasaran 7 KWT yang tersebar di beberapapa desa.
” Desa Tulungrejo,Sumberbrantas, Pandanrejp, Bulukerto, Tlekung, Dadaprejo dan Pesanggrahan.
Pada tahun 2022 berlokasi di Kelurahan Sisir, Temas, Desa Tlekung dan Giripurno.Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan, lahan tidur dan lahan kosong yang tidak produktif, dan/atau lahan yang ada di sekitar rumah/bangunan tempat tinggal/fasilitas publik, serta lingkungan lainnya dengan batas kepemilikan,” jelasnya.
Yang jelas, tambah dia, seperti asrama, pondok pesantren, rusun, rumah ibadah dan lainnya.Tujuan dan sasaran kegiatan P2L, menurut Sugeng, ada dua.
” Pertama untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.Yang kedua untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang berorientasi pasar,” tegasnya.
Ini, tegas dia, dalam rangka mencapai tujuan tersebut kegiatan P2L dilakukan melalui pendekatan pengembangan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), pemanfaatan sumberdaya lokal (local wisdom), pemberdayaan masyarakat (community engagement), dan berorientasi pemasaran (go to market).
“Adapun bantuan untuk kegiatan ini berupa sarana pembibitan, pengembangan demplot , saprodi budidaya dan penanganan pasca panen.Dengan kedua kegiatan ini diharapkan menjadi merupakan solusi jitu yaitu solusi yang sangat tepat untuk menghadapi situasi Pandemi Covid-19,” ujarnya. (gus)
Leave a Reply