GRESIK (SurabayaPost.id)–Festival Bandar Grisse dan Pameran Temporer Museum Sunan Giri 2024 adalah bukti komitmen Pemerintah Kabupaten Gresik dalam memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Fesrival Bandar Grisse perpaduan konsep tradisional dan modern yang menjadi suguhan hiburan budaya bagi masyarakat Gresik yang setiap hari tanpa pernah luput dari interaksi hiruk pikuk industri
Festival Bandar Grisse melibatkan banyak komponen masyarakat dan anak muda yang memiliki talenta seni kreatif. “Di penghujung tahun ini kami sengaja menyuguhkan seni budaya sendiri. Nah, Bandar Grisse dan Sunan Giri tidak terpisahkan. Karenanya kota padukan dengan Pameran Temporer Museum Sunan Giri,” kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekrafbudpora) Kabupaten Gresik, drg
Saifudin Ghozali saat menjelaskan tentang Festival Bandar Grisse pada Jumat (20/12/24)
Diungkapkan Ghozali, Bandar Grisse merupakan jejak Perdagangan Nusantara. Pameran ini untuk menggali kembali sejarah kejayaan Gresik sebagai salah satu pelabuhan terpenting di pesisir utara Jawa pada abad ke-13 hingga ke-17 Masehi.
“Dengan tema ini, kami mengajak para pengunjung untuk menelusuri jejak perdagangan yang pernah menghubungkan Nusantara dengan dunia internasional. Melalui pameran ini, kami menyoroti peran pelabuhan-pelabuhan seperti Sidayu, Grisse, dan Jortan sebagai simpul perdagangan utama di wilayah pesisir utara Jawa,” ungkapnya.
Pelabuhan-pelabuhan ini kata Ghozali adalah pusat distribusi berbagai komoditas penting, seperti rempah-rempah, beras, kapas, dan kerajinan lokal yang diperdagangkan ke India, Arab, Tiongkok, hingga Eropa. Selain itu, Bandar Grisse juga menjadi saksi interaksi budaya, agama, dan teknologi yang memperkaya peradaban lokal dan menjadikan Gresik sebagai salah satu pusat maritim terbesar pada masanya.
“Kami berharap pameran ini dapat memberikan wawasan baru kepada pengunjung tentang pentingnya peran Bandar Grisse dalam jejak perdagangan Nusantara. Melalui pameran ini, kami juga ingin menumbuhkan kebanggaan akan warisan maritim Gresik serta mendorong generasi muda untuk lebih memahami dan melestarikan jejak sejarah ini. Selamat menikmati perjalanan sejarah di pameran ini,” tandasnya.
Menurut pria kelahiran Desa Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah ini, pameran temporer itu bukan sekadar untuk menceritakan jalur perdagangan, komoditas rempah-rempah, atau peran syahbandar. Lebih dari itu, pameran ini menyoroti perjalanan peradaban, dinamika budaya, dan kemampuan adaptasi masyarakat Nusantara dalam menghadapi berbagai perubahan zaman.
“Melalui kisah yang tersaji, pameran ini mengajak kita merenungi bagaimana Nusantara, dengan segala keberagaman dan kekayaannya, mampu bertahan dan berkembang di tengah tantangan. Bandar Grissee bukan sekadar saksi sejarah, tetapi juga bukti bahwa keterbukaan, keberagaman, dan daya adaptasi adalah warisan berharga yang terus relevan untuk masa depan,” pungkasnya.
Festival Bandar Gresik dan Pameran Museum Sunan Giri 2024 yang diselenggarakan di kawasan Bandar Gresik, Jl Basuki Rahmad Gresik. Salah satu pertunjukan yang mencuri perhatian adalah Tarian Chandra Giri yang dibawakan oleh Kelompok Seni Budaya Nyai Ageng Pinatih. Acara juga dimeriahkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Cak Yuk Gresik.
Puncak acara ditandai dengan pemberian penghargaan kepada para pemenang lomba teater dan film. Festival ini juga menampilkan dua sesi fashion show yang menampilkan koleksi batik dan tenun, serta busana tematik yang dipersembahkan oleh Cak & Yuk Gresik. Kesuksesan acara ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk terus mengembangkan potensi wisata budaya di Kabupaten Gresik, sekaligus memperkuat identitas Gresik sebagai kota yang kaya akan warisan sejarah dan budaya.