DKJT Terbitkan Buku Antalogi Seni Budaya

SURABAYA  ( SurabayaPost.id ) – Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), Kamis ( 23/12/2021) menerbitkan Buku Antalogi Seni Budaya DK – Jatim, bertajuk Estetika Makna dan Media, di Ruang Rapat Dewan Kesenian Jawa Timur.

Itu, dibenarkan perwakilan Presedium DKJT, Eko Suwargono, Jumat, 24/12/2021.

” DKJT , adalah lembaga publik kesenian yang membantu Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan merupakan representasi dari persoalan, kepentingan, partisipasi, dan kontribusi kesenian dan seniman serta budayawan dalam pembangunan Provinsi Jatim,” kata Eko.

Ini, kata dia, sebagai lembaga publik DKJT, menurutnya punya tanggung jawab dalam menggali dan memadukan segenap potensi seni dan budaya dengan mempertimbangkan karakteristik dengan cara memberikan kontribusi gagasan dan usulan pembangunan di berbagai sektor.

” Melalui pendekatan wilayah budaya, etnik atau sub-etnik yang berada di tengah-tengah masyarakat Jawa Timur,” paparnya.

Lantas, kata dia, dalam rangka memenuhi tanggung jawab tersebut pada tahun 2021 ini DKJT menerbitkan Buku Antologi Seni Budaya DK-Jatim; Estetika, Makna dan Media.  

” Latar belakang diterbitkannya buku ini, buku sederhana yang diterbitkan DKJT, ini sengaja diberi tajuk Estetika, Makna, dan Media karena subtansi dari buku ini berbicara tentang tiga hal tersebut,” ujarnya.

Tentu saja, ujar dia, tidak secara eksplisit namun mengajak pembaca untuk dapat menangkap pesan subtantif dan esensial dari beberapa tulisan kritis yang disuguhkan.

“Bangunan karya seni sebagai pengejawantahan filosofi nilai dan keindahan akan melibatkan media untuk kebutuhan berekspresi dan apresiasi agar dapat terus berdaya, berkembang secara adaptif dan kontekstual berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,” tegasnya.

Selain itu, tegas dia, kualitas resepsi dan kreatifitas sang seniman yang terpantul dalam karyanya penting untuk dikaji secara komprehensif. 

” Hasilnya dapat digunakan sebagai refrensi pengembangan karya. Antologi ini berisi kritik dari tiga penulis dari latar belakang yang berbeda, dan tentunya punya wawasan yang luas dan kedalaman berpikir terhadap bidang yang digelutinya,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Bidang Program Nasar Albatati  menyampaikan, Buku Antologi Seni dan Budaya ini merupakan tulisan kritik dari tiga penulis yang memang punya wawasan yang luas terkait seni dan budaya.

“Tiga penulis ini memberikan dimensi berbeda pada fenomena budaya  yang dituliskannya.Pertama, Ikhwan Setiawan yang dalam tulisannya melakukan kritik terhadap neo-eksostisisme yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi,” paparnya.

Karena papar dia, dalam mengakomodasi dan mentransformasi kesenian sebagai salah satu penopang utama industri pariwisata.

” Kemudian, Mashuri yang tulisannya berusaha menelusuri posisi budaya dalam prosa dan mengulik strategi para pengarang dalam prosa karangannya.Dalam tulisannya Mashuri berusaha menjelaskan penelusuran yang dilakukan mulai dari beberapa pengarang dunia,” ungkapnya.

Pasalnya, ungkap dia, terlebih kawasan Anglo-Saxon, dan pengarang dunia, dan secara khusus Jawa Timur.

” Yang terakhir, Syarifuddin yang mencoba menjelaskan bahwa seni rupa hari ini berbeda dengan Seni Rupa di masa-masa yang lalu dimana saat ini kedatangan platform digital memperkaya pandangan tentang seni rupa,” katanya.

Itu sendiri , kata dia, terutama soal media dan teknis yang di masa sebelumnya teknis dan medium ini sudah dianggap selesai.

Sekadar dikatahui, Ikhwan setiawan sebagai salah satu penulis dari buku ini memberikan pandangan ketika menulis buku.

Dalam tulisannya di buku ini ingin memperluas pembahasan terkait neo-eksotisisme sebagai formula yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mengkomodifikasi dan mentransformasi kesenian etnis di Banyuwangi sebagai salah satu penopang utama industri pariwisata.

Tak hanya itu, Dosen Sastra Inggris di Universitas Jember ini, secara spesifik dalam tulisannya  ingin mendiskusikan lebih detil lagi konsep-konsep yang ditawarkan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi terkait pemberdayaan kesenian lokal yang disesuaikan dengan trend industri, pariwisata di level global ( Gus) 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.