BATU (SurabayaPost.id ) – Tradisi tahunan yang dikemas lewat Festival Kampung Tani di Kelurahan Temas, Kecamatan Batu,Kota Batu, diyakini bakal menjadi ikon Kota Wisata Batu. Sebab, festival yang sudah berlangsung enam kali itu mampu menyedot perhatian wisatawan dari manca negara.
Maklum, dalam Festival Kampung Tani itu digelar beragam seni dan budaya. Selain itu diwarnai dengan bazar Tempo Doeloe. Bazar tersebut bisa diisi produk-produk unggulan UMKM warga kelurahan setempat.
Makanya wajar jika festival tahunan itu diminati para wisatawan. Mereka tak hanya dari dalam negeri namun juga dari mancanegara.
Untuk itu, Lurah Temas Tantra Soma Pandega yakin Festival Kampung Tani tersebut bakal menjadi salah satu ikon Kota Wisata Batu. Sebab masing-masing RW sangat antusias menunjukkan kebolehan potensinya.
Potensinya tak hanya seni dan budaya. Namun, juga potensi alam dan kreatifitas warga. “Makanya banyak bule (wisatawan asing) tertarik medayoh. Itu merupakan suatu kebanggaan bagi kami dan warga,” papar dia.
Apalagi terang dia, para bule tersebut tak hanya menikmati Festival Kampung Tani. Mereka juga ikut kegiatan yang merupakan budaya dan tradisi dari hasil kearifan lokal.
Menurut dia, para wisatawan mancanegara itu pada prosesi di hari kedua, ikut melukis gembor atau alat siram tanaman dan caping. Aelain itu membatik ecoprint dengan menanam padi.
“Kemudian dilanjut dengan jagong sedulur tani dari Gapoktan. Mereka ikut menampilkan sendratari kolosal dan ludruk yang diisi oleh putra putri remaja Temas,” paparnya.
Menurut dia festival itu semakin semarak dengan adanya karnaval dan arak-arakan sedekah serta rantang lurik bumi. “Warga biasanya berebut sedekah bumi,” jelas dia.
Setelah itu ada rantang lurik berisi makanan yang dimakan bersama-sama warga usai arak-arakan. Sehingga festival bertema Tani Tinemu –sebagai cara untuk melestarikan budaya dan eksplore potensi yang ada di Kelurahan Temas– benar-benar semarak.
Belum lagi, kata Lurah yang akrab disapa Ega ini, dalam acara tersebut, diawali dengan arak tumpeng gunungan. Lalu dirangkai dengan doa bersama sebagai wujud rasa syukur.
“Selepas doa dilanjutkan murak tumpeng oleh warga. Maem sego rantang khas kesawah menjadi sebuah momen unik yang saat ini mulai jarang ada. Makanan yang dinikmati bersama berupa sajian khas sego empok rantangan. Jadi benar-benar meriah,” ungkapnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pariwisata Pemkot Batu Imam Suryono sangat mengapresiasi budaya Kelurahan Temas tersebut. Apalagi hal itu digelar sebagai agenda tahunan.
“Mereka berani tampil beda. Itu menunjukkan kreasi warga setempat sangat luar biasa. Sajian bazar kuliner jajanan lawas, dengan harga yang relatif murah. Hal itulah yang menarik dan yang bakal dirindukan para wisatawan yang berkunjung ke Kota Wisata Batu,” timpalnya.
Makanya Imam Suryono, mengaku tidak heran bila event tersebut digelar setiap tahun. Dia pun yakin jika event tersebut bakal menjadi rujukan para wisatawan.
“Hebatnya lagi, semua itu merupakan gagasan dan pikiran serta kreatifitas warga kelurahan setempat. Mereka bisa menyatu dan sejalan, sesuai dengan Visi dan Misi Wali Kota Batu, Ibu Dewanti Rumpoko, Desa Berdaya Kota Bejaya,” pungkasnya. (Gus)
Leave a Reply