MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menginginkan, lulusan Fakultas Ekonomi menjadi unggulan dan mampu menjawab tantangan zaman.
Hal itu disampaikan saat memberi kuliah tamu di Sidang Pleno XX AFEBI, Quick Wins Transformasi Ekonomi, Manifestasi Visi Ekonomi Indonesia Emas di Salah satu hotel di Kota Malang, Kamis (06/07/2023)
“Fakultas ekonomi selalu menjadi yang terbesar dalam setiap Universitas. Karenanya, perlu adanya persiapan khusus. Untuk mencetak lulusan unggulan yang mampu mendukung perkembangan perekonomian Indonesia,” terang Emil Dardak.
Sementara itu, ia memberikan solusi. Salah satunya, dengan pencanangan merdeka belajar dan merdeka berbisnis. Selain memiliki bekal kompetensi, perlu adanya kesempatan untuk mengimplementasikan ilmu yang dimiliki.
“Sekarang ada merdeka belajar dan merdeka berbisnis. Untuk meriorientasi jurusan ekonomi. Apalagi, sekarang kecerdasan buatan, mulai bisa menggantikan pekerjaan orang. Bisa mencerna dokumen. Harus dimanfaatkan. Jangan terkungkung dengan ilmu yang didapatkan,” lanjutnya.
Ditempat yang sama, Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional (DPN) AFEBI, Abd Rahman Kadir menerangkan, persaingan ekonomi semakin ketat. Perlu lulusan dengan kompetensi mumpuni menjawab persoalan.
“Kami berkomitmen dalam mencetak lulusan yang cakap. Terus berevolusi pada kegiatan belajar mengajar mempu menghasilkan output mencetak lulusan lulusan terbaik di Indonesia,” tuturnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (UB) Abdul Ghofar, menjelaskan bahwa Fakultas Ekonomi cikal bakal perekomian Indonesia. Dengan kompetensi yang baik, niscaya mampu menjawab tantangan zaman.
“Mahasiswa sekarang, tidak bisa hanya berbekal ijazah untuk memasuki dunia kerja. Perlu juga sertifikasi untuk lulusan perguruan tinggi. Ditambah dengan redefinisi kurikulum. Sehingga kompetensi yang kita berikan meningkat,” katanya.
Menurutnya, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia masih berkisar di angka 5 ribu dolar. Padahal saat ini tantangannya sudah harus diatas 23 ribu dolar agar sejahtera.
“Hal ini agar supaya Indonesia tidak masuk dalam kategori Middle Trap Income,” ungkap Abdul Ghofar.
Dekan FEB UB lantas menerangkan mengenai Middle Trap Income. Yakni negara yang berpenghasilan menengah terus menerus, ia pun mengambil contoh seperti negara Brasil. Maka pertumbuhan ekonomi Indonesia harus diatas 7 % per tahunnya.
Dengan AFEBI ini diharapkan forum para Dekan memiliki konsep yang dapat dijadikan sumbangsih kepada negara. Utamanya kepada Bapenas. Forum ini beranggota 82 FEB dari seluruh Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia.
Ikhtiar forum ini dengan berupaya mengikis pemikiran tradisonal dengan cukup hanya mendidik mahasiswa selama empat tahun. Kemudian lulus mendapat gelar.
Padahal tantangan kedepan begitu luar biasa, maka dengan sertifikasi kompetensi tambahan menjadi sebuah kebutuhan yang utama terhadap tenaga kerja di Indonesia.
Langkah dari AFEBI yaitu dengan relevansi pendidikan terutama FEB tetap terjaga, maka langkah tepat untuk meredefinisi kurikulum.
Hingga mahasiswa tidak terperangkap dengan ijazahnya. Seperti mahasiswa lulusan Akuntansi harus bekerja di bidang Akuntasi.
Pasalnya batas antar ilmu saat ini sangat tipis sekali. Jadi multidisiplin harus dimiliki oleh lulusan Perguruan Tinggi saat ini.
Pertemuan AFEBI sendiri di gelar rutin dua kali setahun. Nantinya setelah pertemuan ini akan digelar lagi November di Jogja.
Sidang Pleno kali ini merupakan pertemuan yang ke 20. Dengan mengangkat tema “Quick Wins Transformasi Ekonomi : Manivestasi Visi Indonesia Emas,” pungkasnya. (*)
Leave a Reply