BATU (SurabayaPost.id) – Harga kedelai melonjak, sejumlah 260 pelaku pengelola tempe di Kampung Tempe , Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu menjerit, dan sejumlah 30 pengelola lainnya gulung tikar.Hal tersebut , disampaikan Kepala Desa ( Kades) Beji, Deny Cahyono alias Sabeny, Senin ( 4/1/2021).
Menurut Sabeny, kenaikan harga kedelai tersebut,yang menjadi pemicu sejumlah 260 pelaku UMKM pengelola tempe blingsatan.Sementara dari sejumlah 30 pelaku UMKM lainnya gulung tikar.
“Kenaikan kedelai tersebut, per kilo gramnya mencapai Rp 3.500. Dari harga sebelumnya hanya Rp 6.500, sekarang harganya mencapai Rp 10.000 per kilonya,” katanya.
Untuk itu,kata dia,pedagang tersebut mengalami penurunan produksi. Seperti halnya, pada sebelumnya telah memproduksi sekitar 1 kuintal per harinya. Sekarang menurun sekitar 40 persen.
“Penurunan produksi olahan tempe tersebut, selain harga bahan bakunya melonjak. Peminatnya juga menurun, karena harga tempe per alirnya dari harga sebelumnya seharga Rp 5.000, sekarang naik menjadi Rp 8.000,” ungkapnya.
Terkait penurunan produksi tersebut, menurutnya berdampak semuanya kepala pelalu UMKM pengelola tempe.
“Dari sejumlah ratusan pengelola tempe tersebut, dari sebelumnya telah menghabiskan bahan baku mencapai 6 ton kedelai, sekarang menurun hanya sekitar 4 ton saja produksinya,” terangnya.
Oleh karena itu, terang dia, terkait lonjakan harga tersebut, kalau tidak segera diantisipasi dan segera dicarikan jalan keluarnya, Sabenarny meyakini dari sejumlah ratusan pelaku UMKM tersebut akan gulung tikar secara berjamaah.
“Saya berharap terhadap pemerintah Kota Batu melalui dinas terkait, supaya segera turun tangan untuk mengantisipasi lonjakan bahan baku tempe tersebut bakal segera berakhir. Khawatirnya bakal memporak – porandakan perekonomian para pelaku UMKM di Kampung Tempe Beji,” serunya.
Terkait seruhan Sabeny, mendapat tanggapan dari Ketua Kamar Dagang dan Indutri (KADIN) Kota Batu, Endro Wahyu.
“Jeritan dan seruhan para pelaku UMKM tempe, sudahsekitar tiga pekan lamanya kenaikan harga bahan baku olahan tempe tersebut,belum ada perubahan.Seyogyanya para wakil rakyat Kota Batu segera bersikap,” harapnya.
Karena, kata dia, jangan sampai terkesan sang wakil rakyat Kota Batu blusukannya turun gunung, hanya pada saat mencari dukungan dan simpatisan kepada warga sekitar, itu terjadi pada saat jelang pesta demokrasi Pileg semata.
“Namun, pada saat seperti ini, dimasa ratusan warga sekitar dari para pelaku UMKM mulai gundah,untuk mempertahankan produksinya karena ancaman melonjaknya harga bahan baku.
Namun para wakil – wakil rakyat tersebut, terkesan diam dan tak mau mengerti,”sergahnya.
Maka dari itu, menurut Endro, sedianya mereka turun tangan supaya tidak menjadi spikulasi pertanyaan warga sekitar yang kurang baik.
“Mereka wakil rakyat, harus peka jika rakyatnya sedang terbelit persoalan.
Jangan diam, dan mau bergerak pada saat punya kepentingan politik.Kemudian warga sekitar yang dijadikan umpan untuk memuluskan keinginannya ingin menduduki kursi empuknya di DPRD Kota Batu semata,” sindirnya. (Gus)
Leave a Reply