Investasi 10 Miliar, Gagak Sakti Gantangan Bermisi Pelestari Burung Kicau di Jawa Timur

GRESIK (SurabayaPost.id)—Membuat arena kicau burung atau biasa disebut gantangan burung oleh para kicau mania yang diminati oleh penggemar atau penghobi lomba burung bukan soal mudah. Modal investasi besar tidak cukup, tetapi komunikasi plus kepercayaan dan kwalitas lomba hingga penjurian yang jujur dan fair menjadi syarat mutlak.

Gantangan burung ‘Gagak Sakti’ di Desa Suci Kecamatan Manyar, Gresik yang telah melampau berbagai sayarat diatas. Gantangan milik Haji Moh Saidulhaq Thohir, SH ini kini diminati para kicau maniak di Jawa Timur hingga kelas gantangan Nasional. Gagak Sakti memiliki kreteria tersendiri untuk menentukan siapa yang layak dan pantas menjadi juri.

“Kita mengutamakan para juri yang ideal. Lomba burung adalah intertain sehingga salah satu syarat adalah calon juri wajib memiliki postur tubuh yang ideal, tes IQ serta psikologi dan wajib memiliki sertifikasi penjurian dari pelestari burung Indonesia,” kata pria yang akrab dipanggil Haji Said saat ditemui disela sela lomba burung, Minggu (24/12/23).

Said juga berharap juri bisa diakomodir dan diatur oleh BKSDA untuk bisa dibuatkan regulasinya. Harapanya ada keterlibatan pemerintah dari banyak sisi agar lomba burung ini bisa menjadi triger pelestarian burung-burung yang sekarang mulai terjadi penyusutan dan kelangkaan.

“Semangat kita bukan hanya lomba. Tetapi kita juga punya misi agar tidak terjadi kelangkaan terhadap burung-burung yang kita lombakan. Misalnya murai batu, cucak ijo dan sebagainya. Karena kalau punah anak cucu kita tidak akan tahu nantinya bahwa di Indonesia bayak waridam burung yang bisa digunakan untuk menggeliatkan ekonomi,” ujarnya.

Selain soal penjurian, syarat mengikuti kontestasi tidak sembarang bisa tampil. Peserta yang hendak membeli tiket dikelas apapun akan dilakukan screening apakah burungnya ber-ring atau tidak. Jika tidak, maka tidak bisa membeli tiket alias tidak bisa tampil dalam lomba.

“Wajib (burung tangkaran). Karena ini jadi persyaratan dari BKSDA. Burung harus dari hasil tangkaran,” ungkapnya.

Pantauan lomba di Gagak Sakti Minggu (24/12/23) pesertanya membludak digelar beberapa sesion. Pendaftaran mulai dari harga tiket Rp500 ribu hingga 2 juta rupiah dengan peserta dari Jawa Timur, Jawa Tengah hingga kicau mania asal Jawa Barat. Said mengungkap arena lomba miliknya menggandeng sejumlah komunitas burung. Yqkni Komunitas Seduluran Murai Mania (SMM) Jawa Timur dan Seduluran Kicau Nusantara (SKN) Surabaya.

Anak pengusaha asal Madura ini mengaku merintis wadah kicau di Gresik dilakukan sejak 2010. Tetapi baru 2012 dirinya melegalkan kepengurusan mulai dibentuk anggaran rumah tangga dan anggaran dasar organisasi lalu mengumpulkan para kicau mania di Gresik. “Sertifikasi sampai NPWP semua kita lengkapi. Investasinya kurang lebih mencapau Rp10 miliar,” ungkapnya.

Selama gantanganya ini beroperasi telah memberikan dampak kepada ekonomi yang cukup lumayan. Mulai dari pedagang kaki lima hingga digunakan transaksi burung kicau yang koncer sehingga laku dengan harga yang cukup fantastis. “Meningkatkan harga burung. Tahun 2014 pernah sampai transaksi 600 juta. Peserta lomba biasanya junlahnya mencapai 1200 dari banyak wilayah di Indonesia,” urainya.

Neiffa Indera Lesmana salah satu pengurus SMM Divisi Juri dan di SKN sebagai Sekjen ini mengungkapkan harga burung yang ikut lomba bisa diukur dari harga tiket. Misalnya saja, dengan harga tiket lomba senilai 1 juta rupiah bisa ditaksir harga burung berkisar 5 sampai 10 juta rupiah

“Ya kalau tiket 1 juta, burung bisa dipastikan harganya diatas 10 juta. Tidak mungkin tiket 1 juta burung harganya hanya 2 juta misalnya. Karena semuanya bernilai ekonomi meski lomba burung bukan sekedar mengejar hadiah, tetapi gengsi para kicau mania akan jaiv lebih tinggi,” ujar Neiffa yang juga salah satu peserta lomba di Gagak Sakti.