Ketua KADIN: Jangan Sampai Ikon Kota Apel Batu Diambil-alih Kota Lain

Endro Wahyu

BATU (SurabayaPost.id) – Ketua Kamar Dagang dan Industri ( KADIN) Kota Batu, Endro Wahyu, Rabu (1/12/2021) malam, angkat bicara. Itu terkait petani apel di Kota Batu yang dikabarkan banyak alih fungsi ke tanaman jeruk.

Menurut Endro, apabila harga apel stabil atau cukup untuk perawatan, kemudian petani mendapat untung, alih fungsi dari apel ke jeruk tidak bakal terjadi. Oleh karena itu, menurut dia, peran serta pemerintah melalui dinas terkait sangat penting.

Artinya, tak cukup Dinas terkait hanya sebatas menggelontorkan anggaran kepada petani begitu saja.”Misalnya, keberadaan wisata petik apel yang ada di Kota Batu, cara menetik pengunjung suka – suka hatinya, itu bakal berdampak pada pohon apel,” kata Endro.

Dalam memanen apel, kata dia, punya cara dan teknik. Makanya perlu ada edukasi kepada para pengunjung sebelum masuk ke area wisata petik apel. Selain itu, dinas terkait harus memberi pelatihan khusus yang melibatkan ahlinya yang bisa memberi pemahaman soal itu.

Selain itu, saran dia, dinas bisa memberikan pelatihan kepada  petani untuk mengolah apel menjadi makanan turunan. “Misalnya sejenis jus apel dalam kemasan,bahannya murni memakai bahan dasar apel,” ungkapnya.

Karena, ungkap dia, ketika harga apel sudah merosot, Jus Apel dalam kemasan tersebut, bisa menjadi penyeimbang karena harganya lebih mahal. “Misalnya buah apel satu kilo seharga Rp 5 ribu, ketika diproduksi jadi jus dalam kemasan, satu kilonya bisa jadi 10 botol bahkan bisa lebih. Kalau satu botolnya seharga Rp 5 ribu, berarti satu kilo apel menjadi rupiah Rp 50 ribu,” terangnya.

Terlebih terang dia, Kota Batu sudah kesohor diberbagai daerah sebagai Kota Apel. Ketika petani apel benar – benar gulung tikar alih fungsi ke jeruk.

“Apakah mungkin, ikon Batu sebagai Kota Apel bakal digeser pada Kota Jeruk. Ini PR besar bagi dinas terkait,” ujarnya.

Meski begitu, ujar dia, juga memerlukan peran serta semua stakehollder di Batu. “Karena petani punya pilihan. Petani juga tak bisa dipaksa untuk bertahan bercocok tanam pada jenis buah tertentu jika tidak menguntungkan.Pemerintah juga tak cukup hanya sebatas menyalurkan anggaran tanpa memberi pendampingan dan punya konsep yang jelas,” tegasnya.

Lastas tegas dia, ketika petani apel 

sudah terancam bakal gulung tikar menentukan bercocok tanam pada  pilihannya. “Artinya ini sebuah kegagalan besar bersama. Lantaran apel batu akan hanya tinggal nama,” serunya. (Gus)  

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.