Oleh : Nadiyah Malya Khansa
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga
Abdul Halim atau yang lebih di kenal dengan sebutan Pak Inggih oleh warga Desa Sekapuk ini, adalah seorang mantan nahkoda yang tengah menjabat sebagai kepala desa di Desa Sekapuk. Terlahir dari keluarga yang kurang mampu, membuat dia mengalami kesulitan untuk melajutkan pedidikannya ketika SMP. Ketika anak-anak seusianya pergi sekolah, Abdul Halim kesepian tidak mempunyai teman untuk bermain, sehingga dia memutuskan untuk pergi ke Pondok Pesantren Al Muawanah atau yang lebih dikenal dengan Pondok Pesantren Sunan Drajat untuk belajar mengaji. Namun, tidak ada yang mengira bahwa selang dari beberapa hari disana dia ditawari untuk mengikuti salah satu program dari pondok pesantren yaitu “Muallimin”. Muallimin sendiri adalah program pendidikan yang jika lulus akan setara dengan SMP/MTS sederajat.
Setelah mendapatkan ijazah Mts dia lagi-lagi mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah pelayaran dan berhasil mendapatkan Ijazah kelulusan persamaan SMK. Setelah lulus dia mengikuti Program Laut dan berlayar selama satu tahun serta membuat laporan untuk mendapatkan Ijazah ANT I sebagai Nahkoda. Disela dia menyelesaikan pendidikannya di sekolah pelayaran, dia juga tengah menjalani kuliah hukum. Namun, sangat disayangkan ketika semester 5 dia memutuskan untuk cuti dan memilih untuk berlayar setelah mendapat Ijazah ANT I sebagai Nahkoda. Ketika pertama kali berlayar dia tidak langsung menjadi Nahkoda, tetapi menjabat sebagai perwira yang memiliki wewenang dalam mengatur awak kapal selama dua tahun. Meninggalkan pendidikan hukum untuk belayar ketika masih muda, kini membuat laki-laki yang disebut Pak Inggih itu berkeinginan untuk melanjutkan kembali sarjana hukumnya sebagai sarjana hukum umum. Hal ini juga didukung dengan prinsip “Tidak ada kata berhenti untuk belajar kecuali ajal menjemput”. Menurut dia belajar tidak harus melalui pendidikan formal, karena belajar bisa dilakukan dimana saja asal ilmu yang didapat bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Menjadi orang yang bermanfaat merupakan salah satu alasan utama Abdul Halim mencalonkan diri menjadi kepala desa. Dimana hal tersebut juga dia dapat ketika belajar di pesantren bahwa “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi banyak orang”. Bagi Abdul Halim menjadi seorang nahkoda yang memiliki jabatan dan juga wewenang yang tinggi, masih belum bisa bermanfaat bagi banyak orang. Karena ketika dia berada di lautan, dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika keluaraga, teman, ataupun saudara meminta pertolongan.
Walaupun sama-sama menjadi Nahkoda, dia mengatakan bahwa menjadi Nahkoda kapal lebih mudah. Karena ketika menahkoda kapal beliau hanya bertanggungjawab 28 orang awak kapal. Namun ketika menjadi Nahkoda desa, dia harus bertanggungjawab akan potensi dan kesahteraan banyak jiwa yang ada di Desa Sekapuk. Selain tanggungjawab, dia juga mengalami kesenjangan ekonomi yang cukup tinggi dimana gaji ketika dia menjadi seorang Nahkoda adalah 24 juta/bulan. Sedangkan ketika dia resmi menjabat sebagai kepala desa gajinya adalah 3,5 juta/bulan. Hal ini membuat Abdul Halim, memutar otak bagaimana cara dia dan jajarannya mendapatkan gaji yang lebih dan warganya sejahtera dengan memanfaatkan potensi yang ada di Desa Sekapuk.
Mendapatkan kepercayaan warga untuk menjabat sebagai kepala desa, merupakan salah satu jalan untuk mewujudkan tujuan Abdul Halim untuk menjadi orang yang bermanfaat dengan cara mengabdikan dirinya di desa yang akan beliau tempati untuk menikmati masa tua. Adanya Wisata Setigi di Desa Sekapuk, merupakan salah satu bentuk nyata dari visi misi Abdul Halim ketika mencalonkan diri sebagai kepala desa. Dia mengatakan alasan memilih wisata sebagai salah satu visi misinya adalah karena efek dari wisata begitu luar biasa, karena dapat mengubah mindset, perekonomian, serta menciptakan lapangan pekerjaan. Kini Desa Sekapuk tidak hanya dikenal dengan wisata Setigi yang merupakan bekas tambang batu kapur yang disulap menjadi wisata edukasi yang indah, tetapi kini Sekapuk juga dikenal dengan agrowisatanya yaitu wisata Kebun Pak Inggih (KPI). Adanya KPI merupakan bentuk motivasi dan apresiasi bahwa petani adalah pejuang kekuatan panggan, serta sebagai sarana edukasi para petani ketika bertani dilahan yang luas atau sempit, dan cara melakukan budidaya tanaman produktif yang akan langka maupun sudah langka.
Kini dengan adanya wisata Setigi dan KPI di Desa Sekapuk, menujukkan bahwa visi misi Abdul Halim yang kini dikenal dengan “Pancasona” telah hampir terealisasikan semuanya. Di dalam “Pancasona” terdapat lima misi yang beberapa telah terealisasikan, yang pertama pembangunan kepariwisataan desa, pembangunan menara masjid, penyedian lapangan kerja/produk unggulan, pembangunan gedung serbaguna, dan target net profit BUMDes 1,2 M/ tahun. Selain salah satu visi misi Abdul Halim, adanya wisata di Desa Sekapuk merupakan keinginan masyarakat, dan adanya stagnasi BUMDes lah yang pada akhirnya membuat Abdul Halim memberanikan diri untuk mengajukan Desa Sekapuk sebagai desa wisata kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Gresik. Kini dengan adanya wisata, BUMDes Sekapuk terus mengalami kenaikan, dari yang awalnya hanya 525 juta kini sudah menembus 4,1 milliar / tahun.
Saat ini Desa Sekapuk telah menjadi desa studi banding, dimana desa di berbagai daerah bisa menjadikan Desa Sekapuk sebagai contoh untuk mengelola potensi yang ada. Namun, pada awalnya Abdul Halim kesulitan dalam mengajak warga usia produktif untuk bekerja di Setigi, dikarenakan mereka memilih bekerja di pabrik dengan gaji yang sudah UMR. Walaupun begitu, Abdul Halim tidak menyerah, beliau menegaskan bahwa “Hidup ini bukan hanya tentang gaji, karena seberapa banyak gajimu kamu tidak akan pernah merasa cukup karena yang bisa mencukupi adalah Rezeki yang didapat”. Hal ini lah, yang membuat mereka luluh dan membantu Abdul Halim dalam melakukan pengelolaan wisata yang ada di desa. Kini Abdul Halim berencana untuk menuntaskan Setigi yang baru 60% dan KPI 50%, serta membangun SDM dan melakukan pengawalan ekonomi agar masyarakat sejahtera. Selain itu, dia juga berencana untuk bisa menaikan tunjangan warga usia non produktif yang didapat dari pengelolaan wisata yang ada dan bantuan program beasiswa tidak hanya sekedar pembayaraan biasa sekolah tetapi juga beasiswa penuh, seperti buku, kos, dan lain-lain.
Dia juga menyampaikan beberapa harapan beliau kepada generasi millennial dan zillenial agar tidak hanya berprestasi dibidang fashion, kepandaian digital, dan wawasan. Dia mengatakan bahwa memiliki akhlak atau attitude yang baik merupakan hal yang utama. Karena sepandai apapun orang tapi tidak memiliki akhlak yang baik, dia akan terluka ketika menghadapi kejamnya dunia kerja yang sebenarnya. Selain itu, seberapa jauh menuntut ilmu tetaplah ingat dimana kalian berasal untuk membangun desa. Jangan malu untuk membangun desa, karena negara tidak akan maju kalau desanya masih tertinggal. Setinggi apapaun pangkat atau kekayaanmu nanti, tetap ingat seberapa besar manfaatnya bagi orang lain.
Leave a Reply