Oleh : Prof. Daniel Mohammad Rosyid
Di Republik ini ada partai yang slogannya adalah partainya _wong cilik_; Memperjuangkan kepentingan _wong cilik_ agar menjadi _wong gedhe_. Namun dalam alam demokrasi pilihan langsung liberalistik _one-man one-vote_ ini, partai ini tidak mungkin menjadi partai penguasa, kecuali dengan harus mengingkari slogannya sendiri.
Mengapa ? Jika partai ini sungguh-sungguh berjuang meningkatkan kesejahteraan _wong cilik_, maka keberhasilannya akan diukur dari seberapa banyak dukungan suara dari _wong cilik_ ini. Artinya, partai ini berhasil jika jumlah _wong cilik_ ini berkurang dari tahun ke tahun.
Artinya basis suara partai ini justru digerogoti oleh keberhasilannya sebagai partai yang memperjuangkan _wong cilik_ menjadi _wong gedhe_. Di sinilah terjadi paradoks itu, sebuah _contradictio in terminis_. Kenaikannya sebagai partai penguasa justru menjadi pintu kejatuhannya sendiri.
Penulis adalah Guru Besar ITS
Bawean, 16/11/2018
Leave a Reply