‘Petik Laut’ Jadi Tolok Ukur Kemakmuran Nelayan Campurejo

Kegiatan sedekah laut atau petik laut di Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik

GRESIK (SurabayaPost.id)- Sedekah laut atau yang diistilahkan dibeberapa daerah disebut ‘Petik Laut’ menjadi tradisi yang tetap terjaga sebagai warisan leluhur di Desa Campurejo Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Hal itu cukup membanggakan, karena ditengah arus modernisasi yang mengancam eksistensi sebuah tradisi, Desa di pesisir laut yang berbatasan dengan Kabupaten Lamongan tersebut masih mempertahankan kearifan lokal itu.

Kegiatan tersebut biasanya dilaksanakan Pemerintah Desa (Pemdes) dan Rukun Nelayan (RN) setempat, tiap tahun di bulan Agustus, sekaligus untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI).

Saat ditemui di Kantornya, Kepala Desa Campurejo, Amudi, menyampaikan, acara itu memang sudah turun temurun dilaksanakan di desanya. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur atas hasil rejeki laut yang diberikan kepada nelayan yang dinikmatinya setiap hari, berupa ikan maupun yang lain.

“Ini kegiatan rutin yang terus kita pertahankan, supaya tidak melupakan nikmat yang diberikan. Selain itu juga tujuannya melestarikan budaya. Kebiasaan nenek moyang yang dulu ya seperti itu. Mungkin dalam keyakinannya orang terdahulu (nenek moyang red-) ,kalau kita banyak bersyukur kepada Allah maka nikmatnya akan ditambah,” ujarnya, Rabu (30/10/3024)

Ia juga menerangkan, acara petik laut tersebut merupakan event besar yang menyedot animo ribuan masyarakat. Sehingga bisa menjadi sarana untuk mempererat kerukunan masyarakat nelayan, Perangkat Desa serta para tokoh setempat.

“Event itu efeknya positif. Dapat menjalin ukhuwah, kebersamaan, persatuan nelayan. Karena nelayan kita ada dari beberapa sektor. Ada sektor jaring ada sektor kursin, ada nelayan tradisional. Jadi ketika ada event seperti itu mereka jadi satu menyatu, kompak untuk menyelenggarakannya,” jelasnya.

Adapun dalam kegiatan itu, Ia menyebut, rangkaiannya tiap tahun hampir sama, yakni diawali dengan tumpengan tasyakuran atau bahasa jawanya, “Selametan” yang diisi dengan istighotsah, Yasinan, tahlilan, serta doa meminta keselamatan dan rejeki melimpah serta doa untuk tokoh masyarakat Desa yang telah wafat.

Setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan lomba perahu hias dimana perahu-perahu yang dilombakan di hiasi dengan berbagai model yang menarik, setalah itu diparadekan ke tengah laut.

Kemudian, malam harinya diadakan sholawatan bersama atau kegiatan hiburan yang lain.

“Tahun lalu, kita undang Habib Syech bersholawatan disini. Itu perkiraan 10.000 ribu jamaah yang hadir kesini,” urainya.

“Karena masyarakat kita mayoritas Islam jadi kegiatan itu isinya perpaduan antara nilai tradisi budaya dan religi.Namun juga ada hiburan lain, seperti elekton,” sambungnya.

Ia juga menerangkan, kegiatan petik laut di desa Campurejo setiap tahun semakin meriah, seiring waktu dan bertambahnya jumlah nelayan. Untuk itu, Ia bertekad ingin membesarkan event tersebut sehingga bisa menjadi icon tahunan yang menarik perhatian umum.

“Masyarakat sangat-sangat antusias. Biasanya ribuan yang hadir. Kalau ada event event seperti itu antusiasme masyarakat sangat luar biasa,” jelas Kades.

Saat ini, Kades memperkirakan, ada sekitar 600 hingga 700 pemilik perahu, dengan jumlah ribuan warganya yang bekerja di sektor nelayan. Itu merupakan sektor pekerjaan moyoritas dari warganya.

Untuk itu, Ia berharap dengan kegiatan tersebut, nelayan warganya diberikan rejekinya melimpah dan diberi keselamatan dalam bekerja dan tetap bersyukur atas limpahan rejeki yang diperolehnya.

“Harapan kami nelayan kami mendapatkan hasil laut yang melimpah. Bahasa nelayannya itu ALONG dan mereka diberi keselamatan dalam bekerja,” pungkasnya.(***)