Pupuk Bersubsidi Langka, Petani di Kota Batu Menjerit

Heli Suyanto bersama petani

BATU (surabayapost.id) – Pupuk subsidi di Kota Batu langka selama ini mengalami kelangkaan. Sehingga ,para petani menjerit. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua 2 DPRD Batu Heli Suyanto, Jumat (14/3/2020).

Menurut Heli dirinya mendapat keluhan dari beberapa petani terkait penyediaan pupuk bersubsidi di Kota Batu sangat langka karena ada penurunan pasokan pada tahun ini.

“Pupuk subsidi langka jenis ZA, Urea dan SP. Itu sudah kami lihat di kios – kios, dan mereka mengaku kuotanya untuk tahun ini menurun mencapai 50 persen.Padahal para pemilik kios – kios itu mengaku sudah maksimal untuk memperjuangkan itu. Tapi karena kuotanya ini diturunkan menjadi 50 persen,jadi kalau pupuknya datang,ya langsung habis,” katanya.

Sedangkan, kata dia di bulan – bulan ini sedang musim tanam. Maka dari itu Heli berharap kepada pemerintah Kota Batu melalui Dinas Pertanian agar bisa menjembatani kebutuhan pupuk bersubsidi ini.

“Mengingat kuota pertanian di Kota Batu masyarakatnya sekitar 70 persen berprofesi sebagai petani.Maka Dinas Pertanian Kota Batu segera turun dan mencarikan solusi keluhan para petani ini,” mintanya.

Heli Suyanto

Karena menurut politisi partai Gerindra ini, keluhan para petani tersebut diyakini bakal menjadi resahnya petani di Kota Batu. Kelangkaan pupuk subsidi jenis ZA, Urea sama SP karena kuotanya menurun hingga mencapai 50 persen. Ini akan jadi ancaman serius buruknya pertanian.

“Setiap tahun kita buat rancangan definitif kebutuhan kelompok (RDKK) untuk bisa tebus pupuk subsidi selama 1 tahun. Kita minta dari kelompok dengan aturan – aturan tertentu. Terkait kebutuhan kuota per petani harus sesuai dengan luas lahan berapa yang didapat,” katanya.

Kemudian yang lebih dari luas lahan 2 hektar, sejak diberlakukannya E-RDKK sekarang yang membuat PPL dari dinas yang bekerjasama dengan para kelompok tani susah mendapatkan pupuk bersubsidi.

“Untuk alokasi yang menentukan pihak pusat, pupuk Indonesia ( petro + Kaltim ), kalau tahun sebelumnya menyesuaikan sama RDKK , namun sekarang alokasinya terbatas. Entah alasannya apa, keterbatasan bahan baku, hingga produksi menurun atau memang mau dikonversi ke non subsidi, ini yang menjadi pertanyaan kami dan para petani menjerit,” tanya Heli heran.

Sementara itu, Kasi Pupuk Pestisida dan Peralatan Dinas Pertanian Kota Batu Imron Arifianto tidak membantah terkait kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut. Menurutnya pemerintah pusat saat ini memang telah membatasi untuk pasokan pupuk bersubsidi.

“Pemkot Batu biasanya mendapatkan pasokan sebanyak 6800 ton dengan empat jenis pupuk yang berbeda setiap tahunnya.Biasanya kami mendapatkan pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk Poskha, dan pupuk Petroganik dengan masing” jenis sebanyak 1700 ton,” katanya.

Dengan penyusutan supply pupuk organik dari pemerintah pusat tersebut, menurut Imron karena ingin petani yang ada di Indonesia bisa berdiri secara mandiri.Meski begitu,Imron mengaku dalam satu minggu terakhir Dinas Pertanian Batu telah mendapatkan hasil evaluasi dari kementrian pertanian dan pupuk bersubsidi.

“Akan kembali di supply.Jadi kami hanya tinggal menunggu SK dari Pemprov untuk menurunkan pupuk tambahan ini. Kalau SK turun maka akan kami supply pada 11 kios resmi di Kota Batu agar bisa digunakan kembali oleh 24 gapoktan yang ada di Kota Batu,” janjinya (Gus)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.