GRESIK (SurabayaPost.id)–Destinasi wisata Malioboro Kota Yogjakarta menjadi rujukan DPRD Gresik dan Komunitas Wartawan Gresik (KWG) penataan destinasi Wisata Bandar Grissse karena memiliki karakterisitik dan kesamaan yakni kawasan Heritage.
Legislatif dan jurnalis itu berkepentingan
membuat penataan PKL dan regulasi kepada Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Ketua DPRD Kabupaten Gresik, Much Abdul Qodir, mengatakan, Bandar Grisse adalah kawasan Heritage yang memiliki kesamaan dengan Malioboro. Tentu kata Qodir memiliki kesamaan cara memanajemeni dan penglolaanya.
“Kita harus memaksimalkan Bandar Grisse agar menjadi salah satu pendukung pendapatan asli daerah (PAD) kita. Kita ya harus belajar kepada yang berpengalaman, salah satunya ke manajemen Malioboro karena sama-sama kawasan Heritage,” kata Qodir, Kamis (23/2/23).
Dikatakan Qodir, pihaknya berharap studi banding ke Malioboro ini mendapatkan regulasi yang bisa dibuat acuan. Karena tidak mungkin kondisi Malioboro dan Bandar Grisse sama persis meskipun sama-sama kawasan Heritage.
“Insya Allah kita akan mendapat gambaran manajemen dan regulasinya yang nanti kita sesuaikan dengan kondisi Bandar Grisse. KWG harus mengawal dan memberikan masukan melalui berita berita agar masyarakat memahami apa yang hendak pemerintah lakukan terhadap Bandar Grisse,” tandasnya.
Misalnya kata Qodir, penataan PKL di Bandar Grisse agar tertata rap. Yang lebih penting lagi adalah soal penataan parkir yang sampai hari ini semrawut. “PKL dan Parkir adalah masalah krusial yang selalu menjadi problem. Tetapi jika keduanya tidak asa kawasan wisata juga bakal sepi. PKL dan Parkir menjadi tolok ukur kawasan wisata,” tambahnya.
Anggota Komisi II (Bidang Perekonomian dan Keuangan) DPRD Kabupaten Gresik, Muhammad Syahrul Munir mendukung inisiatif KWG dalam penataan PKL di Bandar Grissee. Karena PKL memiliki peranan strategis sebagai pilar perekonomian Indonesia yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan.
“Kita nanti akan pelajari bagaimana penataan PKL di Malioboro yang baru saja dilaksanakan oleh pengelola di sana. Jika memungkinkan, kita usulkan untuk diadobsi mana-mana saja konsep yang cocok untuk diterapkan di Bandar Grissee. Tapi dengan tetap menguatkan karakter dari Bandar Grissee itu sendiri,” tandasnya.
Ia pun mengungkapkan saat ini memang sudah ada konsep dari penataan PKL di Bandar Grissee, yaitu memanfaatkan rumah-rumah warga yang memiliki arsitektur bangunan tua untuk menjadi tempat PKL. “Jika ada konsep yang lebih menarik lagi kenapa tidak? Kita pelajari mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kesejahteraan PKL dan mampu menarik minat kunjungan wisatawan,” terangnya.
Terpisah, Ketua KWG, Miftahul Arif mengungkapkan, sebelumnya banyak PKL berdiri di Jl Basuki Rahmat, tapi sejak ruas jalan itu dipercantik menjadi Bandar Grissee, para PKL belum tertata dengan optimal. Mereka pindah ke ruas jalan lain dan saat ini omzetnya menurun.
“KWG terus berupaya menebarkan banyak manfaat lebih banyak lagi bagi masyarakat. Semoga konsep penataan PKL yang nanti kita prakarsai bersama DPRD Gresik dan dukungan dari Pemkab Gresik mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Gresik,” pungkasnya. (adv)
Leave a Reply