Oleh : Prof.Daniel Mohammad Rosyid
Durio zibethinus. Itulah nama latin ratu segala buah tropis yang lazim disebut durian. Kulitnya keras dengan tonjolan-tonjolan tajam, namun buahnya sungguh menakjubkan : gurih campur manis dengan bau khas yang tajam yang jika dimasukkan ke mobil baunya ini bakal bertahan berhari-hari. Sering disebut sebagai buah terlarang di bawa ke hotel atau pesawat terbang. Satu buah durian lazim tersusun menjadi beberapa “kompartemen” yang terpisah. Setiap kompartemen ini harus dibuka tersendiri, berisi 4-6 biji buah durian. Setelah dagingnya yang lembut kita nikmati, tersisa bijinya. Orang Semarang menyebut biji buah durian ini pongge. Sebagai ratu segala buah, durian termasuk kategori buah kaum ellite.
Sohib saya Yusron Aminullah asal Jombang adalah sosok yang mengenalkan saya lebih dekat dengan ratu segala buah ini. Bersama Muhammad Gurning seorang pemuda asal Medan alumni Farmasi Unair, Yusron punya beberapa proyek menarik fruit estate : menawarkan kavling kebun yang ditanami dengan buah-buah eksotis semacam durian atau zaitun atau kurma. Sambil meneriakkan yel-yel Aku Bangga Jadi Petani, masyarakat diajak untuk kembali berkebun naik ke beberapa kawasan lereng gunung.
Upaya kedua sosok ini perlu saya apresiasi sebagai semacam ajakan hijrah. Ketika banyak pemuda desa tidak krasan tinggal di kawasan pertanian karena Nilai Tukar Petani secara ajeg stagnan jika tidak menurun, lalu berbondong-bondong menuju kawasan perkotaan untuk menjadi buruh pabrik dan penjaga toko-toko, ajakan kembali ke desa ini penting karena beberapa alasan.
Kekayaan sumberdaya hayati kita adalah karunia Tuhan yang seharusnya disyukuri dengan menjadikan sektor agro sebagai sektor kunci, terutama dalam perspektif kemandirian pangan. Dengan membangun sektor ini, kita harus memastikan bahwa ekosistem pertanian ini terjaga, terutama dari ancaman konversi menjadi kawasan industri, penggundulan dan pembakaran yang akhir-akhir ini terjadi di banyak tempat. Kawasan pegunungan sebagai kawasan konservasi air harus dijaga mati-matian.
Warga muda perlu dididik kembali agar mencintai pertanian*, termasuk perikanan. Sektor *agro-maritim* adalah sektor yang paling kuat untuk menjadi basis bagi perekonomian nasional di negara kepulauan ini. Pendidikan bagi warga muda ini tidak boleh lagi diserahkan pada persekolahan yang sering urban-biased. Pesantren bisa menjadi tulang punggung hijrah ke sektor agro-maritim ini.
Patut disyukuri jika hari ini kita juga memperingati Hari TNI. TNI adalah seperti pohon durian. Buahnya tampak sangar berbobot, namun di dalamnya tersembunyi kelembutan yang gurih manis dan lezat. Pohonnya tinggi rimbun memberi keteduhan bagi siapapun yang berada di bawahnya.
Kita mesti perlakukan TNI seperti pohon durian ini. Kita mesti pastikan TNI tumbuh subur di tanah dengan nutrisi yang cukup agar menghasilkan pohon dedaunan yang rimbun sekaligus buah yang gurih-manis dan lezat. Jangan sampai dia tumbuh di tanah yang tandus lalu daunnya kering mudah terbakar.
Vivat TNI, jadilah durian bagi kami.
Jatingaleh, 5/10/2019
Leave a Reply