GRESIK (SurabayaPost.id)-Pemberlakuan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) di Gresik tidak berpengaruh terhadap penularan virus Corona atau Covid-19. Sejak diterapkan PSBB sepekan lebih yang lalu jumlah orang terpapar Covid-19 di Kota Santri mengalami kenaikan signifikan.
Saat PSBB diberlakukan di Gresik pada 28 April yang lalu angka positif Covid-19 terdapat 24 kasus positif Covid-19. Rinciannya, lima dinyatakan sembuh, empat meninggal, dan 15 pasien masih dirawat. Sebanyak 175 orang tanpa gejala (OTG) dan 1.100 orang dalam pemantauan (ODP) tercatat di Kabupaten Gresik.
Adapun pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 136 orang, dengan rincian 87 orang masih diawasi, 44 orang selesai diawasi, dan lima meninggal.
Sedangkan hari ini Rabu (6/5) rilis yang dikeluarkan oleh Satgas Covid-19 orang positif mencapai 36 orang. Kasus ODP mencapai 1132 orang, PDP 156 sedangkan OTG 180 orang. Artinya alih-alih PSBB bisa menurunkan,menghambat laju penularan saja tidak terjadi. Justeru yang terjadi adalah jumlah penularan semakain menggilan.
Rinician sebaran mata rantai penularan Covid-19 yang dikeluarkan oleh Satgas Covid perhari ini ada enam orang positif yang tersebar sebagai berikut.
Desa Betoyoguci Kecamatan Manyar, Desa Suci Kecamatan Manyar, Desa Randegansari kecamatan Driyorejo, Desa Kroman Kecamatan Gresik dan Desa Karangcangkring Kecamatan Dukun.
“Konfirmasi positif satu (1) berasal dari OTG, dua (2) dari Cluster Surabaya dan tiga (3) dari cluster pelayaran.
Satu (1) dirawat di RS Gresik dan lima (5) dirawat di RS Surabaya,” ungkap Satgas Covid Gresik melalui Kabag Humas Pemkab Gresik, AM Reza Pahlevi, Rabu (6/5) petang.
Akibat penerapan PSBB karena wabah ini banyak dikelukan masyarakat. Pasalnya usaha mereka dibatasi buka sampai jam 21.00 sehingga pendapatan mereka bukan hanya menurun tetapi hancur.
“Katanya PSBB hanya pembatasan. Tapi warung kok hanya boleh buka sampai jam 21.00. Faktanya PSBB tidak bisa menghambat mata rantai penulara tapi, justeru konomi rakyat kecil mati,” ujar Kerin Ikanto pemilik warung kopi di Pasar Senggol Gresik.
Ia mengaku stres melihat fonomena PSBB ini. Pasalnya sudah mematikan ekonomi masyarakat kecil tetapi tidak mampu menghambat laju mata rantai penularan. Menurutnya PSBB adalah kebijakan yang sia-sia tapi memakan anggaran ratusan milir rupiah bahkan triliunan rupiah.
“Masyarakat sekarang itu kritis kritis. Termasuk kami ini sangat memahami bahwa ini adalah kebijakan pemerintah yang harus ditaati bersama. Tetapi ketika sudah kita taati namun tidak menyelesaikan masalah tetapi mematikan ekonomi bagaimana. Bantuan untuk covid mana sampai sekarang, tetapi orang diobrak-obrak untuk taat. Apa ada orang yang tertular karena sholat jamaah misalkan atau orang dari pasar, warung kopi lalu mereka positif. Justeru penularan dari kluster Haji Sukolilo Surabaya dan Sampurn Surabaya lalu menyebar. Ironisnya disaat PSBB sudah berlangsung. Hari ini bahkan ada kluster baru dari pelayaran kan, bukan dari pasar,” ujar pria pengusaha warkop dan wartawan Harian Birawa ini.
Leave a Reply