GRESIK (SurabayaPost.id)–Setelah hampir 50 tahun budaya ‘mengarak’ pengantin keliling kampung hilang ditelan zaman, tradisi warga Desa Sukorejo, Kecamatan Kebomas Gresik itu kembali bergema.
Tradisi kampung nelayan pesisir di Kota Gresik ini kembali muncul saat Kepala Desa Sukorejo Farkhur Rokhman menikahkan warganya yang sama-sama berusia lanjut.
Fatkhur panggilanya mengatakan, arak-arakan pengantin adalah budaya warga pesisir khususnya di desa Sukorejo. Tetapi tradisi yang sebenarnya memiliki nilai budaya luhur ini menghilang puluhan tahun lalu.
“Ada kesempatan yang unik, karena yang menikah sudah sama-sama berumur dsn sudah punya cucu, dan pasangan pengantin ini juga warga satu RT. Akhirnya kita rancang kembali untuk menghidupkan budaya arak pengantin keliling kampung,” jelas Fatkhur, Kamis (4/7/24).
Fatkhur mengungkapkan, pengantin pria brnama Bambang Sampurno (63) dan pengantin perempuan bernama Asmuah (62). Keduanya adalah warga Sukorejo dan satu RT dan sudah memiliki cucu.
“Sama-sama warga RT 02. Karena ini pasangan unik akhirnya kami kembali terinspirasi untuk kembali mencoba menghidupkam budaya luhur yang lama tenggelam,” jelasnya.
Dijelaskan Fatkhur, soal umur manusia adalah rahasia Tuhan. Tetapi kata dia agama Islam mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia.
“Cak Bambang dan Bu Asmuah sama-sama memiliki semangat membangun rumah tangga. Karena nikah memang memiliki beberapa nilai yang tinggi dan beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan menjauhi dari ketimpangan dan penyimpangan,” tuturnya
Dan ternyata kata Fatkhur, budaya yang sebenarnya memberikan kabar atau mengumumkan bahwa sedang memberi tahu seluruh warga bahwa Fulan dan Dadap telah menikah.
Tradisi yang sebenarnya dalam Islam sunnah ini menggunakan kendaraan tossa roda tiga di hias ala andong pengantin yang sama-sama berusia lanjut itu naik duduk berdampingan diatas.
“Kita arak keliling kampung. Tujuanya memberi tahu bahwa si Fulan dan Dadap telah menjadi pasangan suami isteri yang sah. Dan mengumumkan pernikahan asalah sunah rosul. Agar tidak timbul fitnah. Inilah nilai dan pesan moral yang harus kita lestarikan,” tandasnya.
Ditambahkan Fatkhur, arak pengantin ini mengandung singkronisasi adat jawa dan sunnah rosul. Misalnya warga yang mengarak juga membawa perabotan yang menandakan kesiapan mempelai dalam membangun rumah tangga. Sambil menyampaikan pesan moral bagi yang belum menikah segera menikah utamanya yang memcapai umur.
“Di arak sambil sholawatan plus tongklek. Warga yang mengiringi membawa berbagai peralatan kebutuhan rumah tangga. Ada gayung, bantal selimut dan membawa uang logam untuk ditebarkan dijalanan kampung pertanda menuju kehidupan gemah ripah loh jinawi,” imbuhnya.
Adik kandung Bambang Sampurno, Muslimin (49) mengungkapkan rasa syukur atas pernikahan kakak kandungnya. Apalagi pernikahan yang di helat oleh sang kepala sesa itu mendapat respon meriah dari ratusa warga ikut mengarak keliling kampung.
“Satu kampung ikut mengarak. Alhamdulillah warga sepertinya rindu budaya yang saat kita masih anak-anak setiap ada pernikahan seluruh kampung tahu. Sangat positif, karena mengarak pengantin akan lebih afdhol dan tidak membutuhkan baiaya yang besar. Sederhana dan warga guyub dam rukun,” ujarnya.