BATU (SurabayaPost.id) – Petani bunga di Kota Batu menjerit. Pasalnya, tiket pesawat terus melambung. Sehingga, para petani bunga di Kota Wiaata Batu tak bisa mengirimkan bunga tanam atau bunga hias ke daerah lain.
Hal itu diakui Koordinator Petani Bunga Kota Batu, Abdul Kholik, Sabtu (26/1/2019). Menurut dia, jeritan komunitas petani tersebut, karena harga tiket terus naik melambung tinggi.
“Harga tiket pesawat yang naik terus itu tidak setimpal dengan harga jual bunga. Para petani rugi kalau dipaksakan,” jelas Abdul Kholik.
Dijelaskan dia selama ini petani bunga di Kota Batu setidaknya sekali mengirim bunga ke luar daerah. Disebutkan dia seperti ke Bali, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Medan, Palembang dan lain sebagainya.
Pengiriman tersebut, kata pria yang akrab disapa Kholik ini, dama sepekan empat kali. Tiap kali kirim minimal 1.500 bunga. Itu menggunakan jasa pesawat. Kalau tiket pesawat mahal, kata dia, terpaksa pengiriman dihentikan.
Dampak dari naiknya tiket pesawat itu, kata dia, pengiriman bunga hasil budaya petani Kota Batu mengalami penurunan hingga 50 persen. “Itu jika dibandingkan dengan pengiriman saat tiket pesawat belum naik,” katanya.
Makanya, kata dia, kelangsungan petani bunga di Kota Batu mengalami ancaman serius. Jika tidak ada terobosan baru, dia yakin para petani bunga akan kolap.
Untuk itu, dia berharap Pemkot Batu bisa mencarikan jalan keluar sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi petani. Sehingga para petani yang sudah 20 tahun menggeluti pertanian bunga bisa tetap bertahan.
Kholik yang warga Bulukerto, Bumiaji, ini mengusulkan agar Pemkot Batu menggunakan bunga tanam dan hias dari petani. Itu untuk teman-teman kota, instansi dan lain sebagainya.
“Kalau kebijakan Itu dilaksanakan, berarti Pemkot sudah memberdayakan para petani bunga. Selain itu bisa mempercantik Kota Batu dengan hasil karya putra dan putri daerah asli Kota Wisata Batu,” harapnya. (gus)
Leave a Reply