MALANG (SurabayaPost.id) – Joko Widodo alias Jokowi menjadi Presiden RI karena takdir. Sedangkan takdir tersebut dinilai sangat baik.
“Takdir baik itu hanya milik orang yang baik. Jika tidak baik, tentu tak akan mendapatkan takdir baik. Takdir baik itu ternyata dititipkan pada Pak Jokowi,” kata Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Agama, Dr Pradana Boy ZTF, saat membuka Soft Declaration & Bedah Buku “Di Balik Layar Jokowi” di Hotel Sahid Montana 2 Kota Malang, Jatim, Sabtu (9/3/2019).
Penilaian Pradana Boy ZTF tersebut tampaknya bukan hanya isapan jempol belaka. Buktinya, Agus Rahmat selaku jurnalis yang meliput di Istana Negara sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengakui penilaian Pradana Boy tersebut.
Pengakuan wartawan viva.co.id tersebut dideskrifsikan lewat buku berjudul Di Balik Layar Jokowi. Agus Rahmat yang alumni Komunikasi UMM ini menceritakan secara gamblang dan detail soal kebijakan, kepribadian dan kesederhanaan Jokowi.
Semua itu dia catat dalam setiap momen dan kesempatan di luar tugas-tugas jurnalistiknya. Baik itu ketika Jokowi di istana maupun kala melakukan kunjungan di dalam negeri dan luar negeri.
Misalnya, kebijakan Jokowi terkait desakralisasi istana negara. “Jika di era Presiden SBY tak semua orang bisa masuk. Tapi, pada masa Presiden Jokowi pintu istana terbuka lebar untuk umum. Sehingga istana menjadi layaknya tempat wiaata,” kata Agus Rahmat.
Hal lain yang diceritakan Agus Rahmat dalam buku terbitan Renaissance Publishing 2019 itu tentang kinerja Jokowi. Menurut dia, kerja pagi sampai malam, Pergi gelap pulang gelap, Dari basah sampai kering.
“Selalu siapkan bekal makanan. Sebab, agenda internal yang super padat. Hasil kinerjanya banyak dirasakan masyarakat. Sehingga wajar jika banyak masyarakat berebut dekat Jokowi,” tulis Agus.
Kendati demikian, Agus Rahmat tak membantah bila masih banyak kalangan yang memberi penilaian miring terhadap Jokowi. Terutama yang berkaitan dengan Kebijakan – kebijakan kedepan.
“Ada suatu kekhawatiran yang berlebihan dan itu hanya asumsi. Seolah-olah itu fakta, padahal hanya imajinasi yang berlebihan,” jelasnya.
Menurut Agus, kekhawatiran yang berlebihan itu tak akan terjadi bila melihat dan merasakan secara dekat. Sebab, kata dia, Jokowi memiliki kepribadian yang sangat baik.
“(Jokowi) sangat memanusiakan manusia. Sangat dekat dan familiar dengan siapa saja. Kalau ketemu pasti selaman. Saat mau meninggalkan pertemuan pun pamitan dengan menyalami satu per satu,” kata dia.
Karena itu, Agus terinspirasi untuk menulis buku tentang kepemimpinan Jokowi. Sehingga, terbitlah buku berjudul Di Balik Layar Jokowi sebagai karya perdana Agus Rahmat.
Buku tersebut, mendapat apresiasi dari dosen UMM, Yunan Syaifullah MSc. Menurut dia, buku yang ditulis Agus Rahmat itu memberikan informasi yang tak terungkap di media massa.
“Makanya, buku tulisan Agus Rahmat ini membuka mata dan hati bagaimana kinerja Jokowi. Ya, meskipun tidak lakukan dengan riset yang detail dan metodologi yang sangat ilmiah,” katanya.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi UMM ini, buku karya Agus Rahmat itu alangkah dahsyatnya jika juga mengungkap model kepemimpinan Jokowi. “Apakah masuk model yang instruksional, transaksional atau malah transformasional,” katanya.
Dijelaskan Yunan Syaifullah bila model kepemimpinan transformasional sangat ideal. Sebab, tak hanya memberikan inspirasi tapi juga memberikan ruang yang cukup untuk berinovasi bagi yang dipimpin.
Karena itu, Yunan berharap buku yang ditulis Agus Rahmat bisa memberikan motivasi dan inspirasi untuk memilih pemimpin yang baik. “Pemimpin yang mendapat titipan baik,” pungkasnya. (aji)
Leave a Reply