BATU (SurabayaPost.id) – Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu tak henti-hentinya mencari terobosan untuk berinovasi. Sehingga, masing-masing desa memiliki ikon wisata sendiri.
“Kami memang harus melakukan beberapa terobosan. Sehingga setiap desa punya ikon wisata. Itu sesuai visi dan misi Walikota (Hj Dewanti Rumpoko) dan Wakil Walikota (Punjul Santoso),” kata Plt Kepala Disparta Kota Batu, Imam Suryono, Senin (11/3/2019).
Dijelaskan Imam Suryono bila visi dan misi Walikota dan Wawali Batu itu Desa Berdaya, Kota Berjaya. Demi mewujudkan Kota Wisata Batu sebagai Agrowisata Internasional yang berkarakter, berdaya saing dan sejahtera, maka Pariwisata Batu wajib menyesuaikan dengan misi Walikota Batu, Dewanti Rumpoko.
Untuk itu, kata dia, sasaran prioritas kinerja dari Disparta adalah pengembangan destinasi desa yang berkearifan lokal. Potensi desa-desa tersebut dikembangkan dan dikemas agar menjadi desa wisata. Termasuk pengembangan kebudayaannya.
“Agar sasaran itu tercapai, kami punya empat program terobosan. Yang pertama adalah, pengembangan destinasi wisata desa, kedua pengembangan SDM pariwisata. Ketiga pengembangan seni budaya daerah, yang terakhir adalah pengembangan promosi wisata,” tandasnya.
Dari empat program tersebut, tandas dia, Disparta tidak bisa berjalan sendiri. Menurut dia, perlu dukungan peran dari beberapa SKPD terkait secara terintegrasi di dalam melaksanakan beberapa program tersebut.
Dia sebutkan Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup (LH), Dinas Perumahan, Dinas Kesehatan, Pemberdayaan, Bagian Hukum serta instansi terkait lainnya.
Itu karena, lanjut dia, dalam pengembangan potensi wisata di desa dibutuhkan kajian secara khusus. Sehingga lewat kajian tersebut bisa terlihat potensi apa yang paling menonjol.
“Potensi yang menonjol di tiap desa itu bisa dijadikan sebagai ikon. Sebab, ikon itu akan menjadi daya tarik yang luar biasa bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara,” papar dia.
Jika tiap desa memiliki ikon wisata, Imam Suryono optimistis kunjungan wisatawan ke Kota Batu bakal semakin meningkat. Peningkatan jumlah wisatawan itu diyakini dia akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Alasannya, masyarakat di masing-masing desa tersebut akan berdaya. Sebab, UMKM yang berkaitan dengan kuliner dan souvenir yang melibatkan masyarakat setempat bakal tumbuh dengan sendirinya.
Kondisi semacam itu kata Imam Suryono sudah terbukti. Dicontohkan dia seperti di Desa Pandan, Gunungsari,Tulungrejo, dan desa – desa lain yang dikelola dengan sistem paket.
Misalnya, di Desa Gunungsari ada petik mawar di Gua Pandawa. Desa Tulungrejo petik apel. Desa Pandanrejo petik stroberi dan sebagainya. Sehingga, dari 19 desa dan 5 kelurahan berkembang menjadi suatu destinasi yang sangat bagus dan memiliki ikon sendiri.
Memang dalam mengembangkan desa tersebut, menurut dia, tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Karena, kata dia, dalam pengembangan desa destinasi, harus didukung SDM yang mumpuni.
“Makanya kami seringkali melakukan pembinaan pendampingan terhadap desa – desa wisata yang lagi dikembangkan. Itu sudah kami lakukan sejak tahun 2018 silam,” tuturnya.
Kalau semua itu sudah berkembang, tutur dia, kesenian di desa – desa wisata tersebut juga harus mendapat perhatian. Paling tidak, menurut dia, ada suatu spis untuk menampilkan kesenian dan budaya di masing – masing desa.
Menurut dia, soal seni dan budaya itu juga digali dan dikaji. Sebab, hal itu berkaitan dengan pelestariannya.
Itu mengingat, tegas dia, seni dan budaya juga cagar budaya, naskah-naskah kuno dan lain sebagainya. Semuanya harus diinventarisasi.
“Kalau semuanya sudah siap, baru menginjak pada tahapan promosinya. Sebab, promosi itu sangat penting,” jelasnya.
Promosi itu menurut dia bisa menggunakan peid, media serta on media, sosial media dan sebagainya. Untuk itu, kata dia, pemuda desa bisa dilibatkan. Terutama yang berkaitan dengan wisata event. “Baik itu di dalam maupun luar daerah, “ tuturnya.
Begitu juga, terang dia, jika melakukan sales mission dengan fantripnya. Misalnya seperti Majapahit travel frel seperti yang dilakukan di Surabaya, topiknya kota batu. Nah itu butuh partisipasi kaum milenial,” katanya.
Ditegaskan dia, jika program pengembangan desa wisata dengan ikonnya jalan, maka pengembangan kota juga harus dilakukan. Sehingga terjadi pengembangan yang seimbang.
Makanya dia sangat berharap pembangunan kereta gantung bisa cepat terealisasi. Dia yakin, kereta gantung tersebut selain sebagai sarana wisata juga bisa mengurangi kemacetan.
Karena itu, dia sangat optimistis pariwisata akan mendongkrak perekonomian masyarakat Kota Batu. Sebab, lewat pariwisata pengangguran dan kemiskinan akan berkurang. “Karena masyarakat sejahtera,” pungkasnya. (gus)
Leave a Reply