Berjuang Datangkan PMA, Disnaker Tekan Konflik Industrial

Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMTSP-Naker) Kabupaten Rembang saat berkunjung ke Disnaker Kabupaten Malang.
Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMTSP-Naker) Kabupaten Rembang saat berkunjung ke Disnaker Kabupaten Malang.

MALANG (SurabayaPost.id) – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang kini berjuang untuk mendatangkan penanam modal asing (PMA). Untuk itu, Disnaker yang dikepalai Yoyok Wardoyo ini berusaha semaksimal mungkin menekan konflik industrial.

Kepala Disnaker Kabupaten Malang Yoyok Wardoyo mengakui hal itu saat menerima kunjungan dari Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMTSP-Naker) Kabupaten Rembang, Senin (11/3/2019). Dalam kunjungan yang dipimpin oleh Kepala Dinas, Teguh Gunawarman SSos itu juga hadir Komisi B DPRD Kabupaten Rembang yang diketuai Imroatu Sholihah.

Yoyok Wardoyo dalam pertenuan itu menjelaskan beberapa terobosan baru yang dirancang. Dia contohkan, di bidang hubungan industrial misalnya. Bidang ini tengah berjuang untuk mendatangkan perusahaan modal asing (PMA).

Kemudian, Disnaker Kabupaten Malang melalui bidang hubungan industrial memiliki program zero conflict antara perusahaan dan karyawan. Dari data Disnaker, di tahun 2018 kurang dari 10 konflik hubungan industrial yang tertangani dengan baik. Tanpa harus menempuh jalur hukum.

Terobosan lain untuk mewujudkan zero conflict adalah, dengan rutin menggelar outbond ketenagakerjaan. Outbond ini mengikutsertakan para karyawan, manajemen dan perwakilan perusahaan di pusat. Tujuannya, untuk meningkatkan kekompakan dan menekan angka konflik.

“Saat ini sudah ada lima PMA, dan kami berjuang untuk terus mendatangkan investor di Kabupaten Malang. Tujuannya, meningkatkan iklim investasi,” papar Yoyok.

Selanjutnya, pada bidang pelatihan produktivitas (Lattas). Bidang yang dipimpin oleh Yekti Murcoyo ini memiliki terobosan untuk meningkatkan kualitas penyandang disabilitas. Sehingga, lanjut Yoyok, bidang ini tidak hanya menyiapkan pelatihan bagi para lulusan SMK saja, melainkan juga bagi difabel.

“Kami tidak mengambil alih, melainkan bersinergi dengan dinas terkait, perusahaan dan LSM yang menaungi urusan disabilitas. Salah satunya dari USAID dengan Ayo Inklusif!,” beber Yoyok.

Selain itu, dia juga meminta kepada para perusahaan untuk memberikan kuota bagi difabel. Tujuannya, agar para penyandang disabilitas memiliki kesempatan kerja yang sama. Maka dari itu, untuk menyukseskan program ini, Disnaker juga bekerja sama dengan Apindo.

Yoyok juga memaparkan beberapa terobosan di bidang lain. Pada intinya, lanjut kepala dinas berpembawaan tegas itu, inovasi di dinasnya lebih menekankan pada model jemput bola. Sehingga dengan demikian, pelayanan publik dapat lebih ditingkatkan.

Sementara itu, Kepala DPMTSP-Naker Kabupaten Rembang, Teguh Gunawarman menjelaskan, pihaknya memilih Disnaker Kabupaten Malang, karena menilai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang dikomandani Yoyok ini memiliki keunggulan, jika dibandingkan dengan dinas yang dia pimpin. Selain itu, diharapkan, pihaknya mampu mereplikasi terobosan pelayanan publik dari Disnaker Kabupaten Malang dan meningkatkan pelayanan publik di dinas yang dipimpin.

“Kami rasa, bisa mempelajari banyak hal untuk meningkatkan pelayanan publik di tempat kami. Apalagi ada beberapa program yang belum kami miliki, tapi di Kabupaten Malang sudah dijalankan. Selain ke Dinas Tenaga Kerja, kami juga akan ke BLK Wonojati Singosari,” tandas dia. (lil)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.