MALANG (surabayapost.id) – Bank Indonesia (BI) Malang menggelar bazar khusus yang transaksinya memakai QRIS (non-tunai). Bazar tersebut digelar pada puncak Pekan QRIS Nasional (PQN) 2020 di Lapangan Rampal, Kota Malang, Jatim, Sabtu (14/3/2020).
Beraneka ragam merchant dengan berbagai produk mewarnai bazar tersebut. Mulai dari produk UMKM berupa busana hingga kuliner seperti makanan dan minuman.
Misalnya minum kopi dari Kolega Kopi. Stand kopi yang dikelola beberapa mahasiswa itu sempat dikunjungi Wali Kota Sutiaji, anggota Komisi XI DPR RI, Ali Ahmad S.H. & Ir. Andreas Eddy Susetyo, MM dan Kepala BI Malang Azka Subhan Aminurridho.
Wali Kota Sutiaji sempat melakukan transaksi pakai QRIS di stand Kolega Kopi. Dia sempat memuji dan membeli kopi produk Kolega Kopi yang berhome base di Jl Gede dan Jalan Soekarno-Hatta Malang itu.
Setelah itu, Wali Kota Sutiaji mengunjungi stand – stand merchant lainnya. Mereka juga melakukan transaksi memakai kanal QRIS alias non-tunai dalam bazar yang dimeriahkan juga dengan senam zumba dan musik dangdut Sodiq (Monata).
Menurut Kepala BI Malang, Azka Subhan Aminurridho pembayaran non-tunai itu menggunakan aplikasi yang dibuat penyedia jasa sistem pembayaran (PJSP). Disebutkan seperti LinkAja, OVO, GoPay, Shopeepay dan lain sebagainya.
Sistem pembayaran non-tunai itu diberlakukan, kata pria yang akrab disapa Azka ini karena dampak perkembangan teknologi yang tak mungkin dihindari. Sehingga terjadi transformasi digital di berbagai aspek kehidupan.
Menurut mantan pejabat BI Bandung ini, digitalisasi telah mengubah konsep bagaimana proses bisnis dilaksanakan “Bagaimana perusahaan berinteraksi dan bagaimana konsumen mendapatkan layanan, informasi dan barang yang dibeli,” Kata dia.
Menurut dia, semua itu sebagai dampak dari inovasi teknologi yang berkembang pesat. Sehingga perubahan perilaku masyarakat dan dunia usaha ke arah digital tak bisa dihindari.
“Merespon perkembangan ekonomi digital tersebut, Bank Indonesia melaunching QRIS pada 17 Agustus 2019 lalu. QRIS merupakan standar pembayaran berbasis QR Code yang akan menjadi rujukan berbagai penyelenggara pembayaran dengan menggunakan handphone,” katanya.
Dijelaskan dia bila QRIS itu sangat bermanfaat bagi pelaku usaha, konsumen, termasuk pemerintah mulai pusat sampai daerah. Sebab dengan satu QR Code, bisa menerima pembayaran dari aplikasi penyelenggara manapun, baik dari bank atau non-bank, bahkan akan dapat menerima pembayaran dari turis mancanegara.
Makanya, kata dia, QRIS bakal mendorong kemajuan sektor UMKM termasuk koperasi, instansi dsn lain sebagainya. Sebab bisa mempercepat akses keuangan bagi pelaku usaha dimanapun dan kapan pun.
“Gampang dan tidak ribet selain itu aman dan nyaman. Itu karena bisa terhindar dari uang palsu,” tutur mantan pejabat BI Denpasar Bali ini.
Sedangkan manfaat QRIS bagi Pemda, kata Azka lumayan banyak. Sebab, kata dia, UMKM bakal terdatanya dengan baik. Bahkan bisa menjadi sumber data baru dalam mengeluarkan kebijakan baru yang tepat.
Selain itu, kata Azka, bakal tersedia alternatif pembayaran retribusi dan pajak yang murah dan efisien. Apalagi QRIS juga bisa dimanfaatkan untuk menerima donasi untuk kegiatan keagamaan serta mendorong pertumbuhan ekonomi mulai dari lapisan bawah atau inklusi ekonomi.
Sementara itu, Wali Kota Sutiaji merespons positif sistem pembayaran model QRIS. “Ya, karena saya lihat manfaatnya memang sangat banyak. Tidak ribet, mudah dan bisa terhindar dari uang palsu,” kata dia.
Karena itu dia mendorong transaksi non-tunai itu bisa dilakukan di seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari Pemda, sekolah, bisnis hingga donasi keagamaan dan lain sebagainya.
“Kalau semua itu berjalan sesuai harapan saya yakin pertumbuhan ekonomi bakal bagus. Kalau pertumbuhan ekonomi bagus, kesejahteraan masyarakat juga bakal meningkat,” pungkasnya. (aji)
Leave a Reply