BATU (SurabayaPost.id ) – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), PT Batu Wisata Resource (BWR) tahun 2017 silam dapat kucuran penyertaan modal sebesar Rp 3 miliar. Penggunaan dana yang bersumber dari APBD Kota Batu itu dipertanyakan LSM Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Republik Indonesia (GNPK RI ) Jatim karena dinilai misterius.
Kepala Biro Pengaduan LSM GPNKRI Jatim, Mohandiono mengungkapkan penilaian tersebut, Kamis (8/8/2019). Menurut Mohandiono, dengan besaran anggaran yang digelontorkan terhadap BWR senilai Rp 3 miliar pada tahun 2017 silam, belum jelas progresnya.
“Kami khawatir peristiwa yang sebelumnya terkait keberadaan BWR terulang kembali terkait anggarannya. Peristiwa BWR yang lalu, sampai menyeret Direkturnya jadi pesakitan lantaran penggunaan anggarannya tak bisa dipertanggung jawabkan. Kami harap BWR yang dinahkodai Bagyo Prasasti Prasetyo ini tidak sampai jadi sesi kedua seperti sebelumnya,” harap dia.
Oleh karena itu, Mohandiono, berharap terhadap penegak hukum, supaya melakukan penyelidikan terkait anggaran BWR itu. Sehingga tidak menimbulkan pertanyaan banyak pihak yang bersifat spekulatif. Dia berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera menelisik terkait anggaran miliaran yang diduga menyimpan misteri itu.
“Untuk apa saja uang itu dan bukti fisiknya apa. Sebab anggaran itu bersumber dari APBD. Nilainya mencapai miliaran rupiah. Itu bagaimana pertanggung jawabannya,” tanya Mohandiono.
Sementara itu, Direktur PT BWR Bagyo Prasasti Prasetyo, yang sapaan akrabnya Bagyo, tidak membantah terkait besaran kucuran dana yang pernah didapat dari APBD Kota Batu, senilai Rp 3 miliar itu.
“Pada tahun 2017 silam, BWR mendapat kucuran dana dari APBD Kota Batu senilai Rp 3 miliar. Itu penganggarannya tahun anggaran 2016,” kata Bagyo.
Saat disinggung terkait besaran anggaran yang didapat dan digunakan untuk apa, Bagyo yang mantan Ketua KPU Kota Batu itu memaparkan secara rinci. Menurut dia uang tersebut dibutuhkan modal usaha.
“Pertama kita punya usaha grosir bahan pokok di toko rakyat atau toko warga. Tokonya di daerah Sidomulyo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dan bahan – bahan pokok tersebut dikulak oleh toko – toko rakyat,” jelas dia.
“Selain itu, kami punya pasar digital, dan produk petani lewat pihak online serta pertanian pupuk organik. Dana penyertaan modal itu ya masuk di situ, ” katanya.
Saat disinggung soal bahan pokok yang dikulak oleh toko rakyat mencapai berapa ton, Bagyo terkesan tidak hafal. Sebab menurut dia tergantung kemampuannya berapa.
“Yang jelas ada sekitar 3 sampai 5 ton bahan pokok setiap minggunya. Termasuk juga menyediakan minyak goreng telor dan kebutuhan pokok lainnya,” urainya.
Kendati demikian, Bagyo mengakui bila hasil dari uang miliaran rupiah tersebut memang tidak seberapa. Namun Bagyo menegaskan jika dari hasil usahanya itu sudah menyumbang PAD Kota Batu.
“Ya, hasilnya belum luar biasa, tapi tiap tahunnya sudah ada sumbangan ke PAD Kota Batu,” ujar Bagio tanpa merinci besaran yang disumbangkan ke PAD Kota Batu itu dengan detail. (gus)
Leave a Reply