
Oleh : Suparto Wijoyo
Guru Besar Hukum Lingkungan dan Wakil DIrektur Bidang Riset, Pengabdian Masyarakat, Digitalisasi dan Internasionalisasi Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga
TEPAT 29 Januari 2025 dirayakan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili. Sungguh suatu kebahagiaan dan menandakan adanya kebangsaan yang semakin teguh. Hujan dan gerimis mewarnai berbagai daerah di Nusantara. Suasana Peringatan Isra Mikraj 1446 H juga meriah dengan lantunan sholawat yang tersiar darui berabagai masjid maupun mushallah di kota serta di desa. Suasanyanya meriah dan semakin penuh keakraban dengan sahutan Imlek 2576 Kongzili. Ingat perayaan Imlek ingat sosok yang telah memberikan restu hadirnya perayaan ini sebagai lambang paripurna keragaman. Sebuah narasi indah pembauran dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Gus Dur adalah insan pembauran itu yang mengintrodusir Imlek lebih terang-terangan.
Gus Dur dan imlek itu tiada terpisahkan. Bukan karena imlek itu mendahului Gus Dur atau sebaliknya melainkan Gus Dur, KH Abdurahman Wahid memperkenankan merayakannya. Perkenan dari seorang sosok yang telah lama menjadi pengayom setiap jiwa warga negara itu untuk selanjutnya menduduki jabatan selaksa penguasa puncak dalam tahtah kepresidenan, bertekad melahirkan kebijakan untuk menyempurnakan kebhinekaan. Muncullah kemudian perayaan imlek yang niscaya amat berarti bagi warga Tionghoa. Inilah kata hati yang sekarang sedang menemukan momentumnya. Perayaan tahun baru China yang bertepatan dengan suasana Isra Mikraj 1446 yang kian menggelombang. Luncur ucap happy new year yang meriahnya Rabu, 29 Januari 2025, sungguh menggetarkan sukma. Ada damai dan sekaligus cinta yang menggelembungkan riak kehangatan yang menggoda. Umat biar saling berbaur memberikan sapanya untuk sama-sama merasakan diri sebagai anak-anak Ibu Pertiwi Indonesia.
Semua pihak terutama para pemimpin apapun level jabatan yang embannya, tentu menyerukan untuk selalu berbuat yang maslahat bagi kepentingan masyarakat. Seruan untuk memaknai secara substansial Peringatan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili. Hal ini perlu dilakukan sebagai bentuk pengejawantahan tugas publik yang diemban setiap individu dalam menjalankan peran fungsional untuk menjamin kenyamanan sesama, sanak saudara, tetangga dan handai taulan. Saya pun dengan bangga melalui kolom ini, mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2576 KOngzili, Gong Xi Fa Cai.
Sewaktu ucapan ini saya lontarkan sejatinya saya sedang menikmati hari bahagia dengan ragam kolega. Kumpul keluarga dan bersama tetangga belakang kompels perumahan untuk menata taman rumah, serta diskusi bersama kolega yang beragam profesi. Saya merasakan sentuhan dan nuansa yang menyenangkan dalam kalkulasi paseduluran tanpa batas di antara warga. Tugas-tugas kemanusiaan yang saya emban di wilayah nusantara menyimpulkan adanya rangkaian mencermata isu-isu lingkungan yang menghentak di sana sini. Peristiwa banjir, longsong, pemagaran laut atau mutilasi yang meghebohkan, termasuk pencurian motor yang masih marak. Semua problem harus dapat dipungkasi dan harapan ternyata dapat dirajut dalam balutan hukum yang elegan dengan basis utamanya: cinta sesama. Aparatur penegak hukum musti berjaga tanpa tertidur sebab hukum tidak boleh lelap dalam menjaga negara. Sengketa lingkungan (environmental dispute) pun yang menyeruak di banyak titik Indonesia dapat dikemas dalam penyelesaian yang saling menyapa. Banjir, longsor dan di Surabaya sendiri menciptakan “genangan kolektifnya” tetap harus membuncahkan semangat duduk lesehan bareng untuk menuntaskan yang perlu dientas dengan kasih sayang (rahman rahim) sejurus perayaan imlek.
Apa yang terjadi pada dasarnya adalah bentuk kemaslahatan untuk saling bertegur sapa. Warga menerima kenyataan banjir dan longsor sambil mengiyakan pemenuhan cita warga secara terukur. Tugas saya menjadi terasa ringan dengan catatan utama berdiri adil di antara mereka yang hendak protes-protes kepada kekuasaan yang dipandang tidak tanggap bencana. Namun dalam situasi hari ini tiadalah menggoreng untuk sesuatu yang “menodai” kenyamanan dalam damai imlek yang telah diperkenankan Gus Dur. Jangan usreg tentang kampus yang akan menerima konsesi tambang versi RUU Minerba yang dibahas DPR RI, yang sesungguhnya dapat dirembug bersama. Merangkul dan menyuarahan kehendak untuk selalu mau berbagi itulah yang harus diteladani. Saat Imlek dengan damai sebaiknya dilakukan setiap waktu. Damai mustinya menjadi jiwa keseharian yang terus perlu dipupuk untuk memberikan apa yang menjadi hak sesama.
Hukum lingkungan secara tematik harus pula mengajarkan kemaslahatan bagi manusia. Dengan hukum manusia selayaknya samakin kokoh dalam bersahabat untuk jalinan humanisme yang tidak bertepi. Apabila hukum membuat manusia saling mencurigai dan berprasangka dengan implikasi terbesar berupa permusuhan, maka hukum tidak lebih dari sampah peradaban. Hukum yang tidak menjalin kasih sayang antara sesama anak manusia adalah hukum yang tidak bermakna. Hukum tidak dibangun atas nama hukum sebab hukum bukanlah produk dari hukum dalam takaran asalinya. Hukum adalah produk kemanusiaan yang tanpa manusia tidak ada hukum. Manusia dapat hidup tanpa hukum dalam artian yang memahami hukum seperti sekarang yang ditakar berupa jahitan aturan yang dibalut dengan nama undang-undang.
Manusia menyadari dalam perkembangan sejarahnhya bahwa hidup perlu ditata dan untuk menatanya manusia membutuhkan hukum. Dengan demikian hukum adalah sekadar alat untuk menata manusia dan manusia boleh menggantinya apabila hukum hadir justru tidak mensejahterakannya. Hukum yang tidak membahagiakan manusia jelaslah sebagai hukum yang kehilangan dirinya sendiri. Hukum yang tidak berkeberpihakan pada penebaran kasih sayang manusia adalah hukum yang tidak berguna. Janganlah atas nama hukum kita amputasi cinta kasih sesama manusia Indonesia yang lagi berbelah pilihan politiknya. Imlek tidak perlu dibenturkan dengan merajut historisnya yang lahir dari rekaan. Semua diterima saja sebagai pesan bahwa ada pembaruan saat peringati Imlek. Kita selalu menebarkan kasih sayang kepada sesama setiap saat. Maka hari-hari kita adalah hari-hari penuh kasih dan syarat makna bagi kecintaan bagi sesama. Marilah berhukum dengan cinta dan Imlek 2576 Kongzili menorehkan pesan: kita selalu terlahir baru dalam setiap saatnya. Gong Xi Fa Cai. Jugacái yuán g n g n – semoga kemakmuran terlimpahkan selalu. Selamat berimlek dan doa untuk almarhum Gus Dur. Alfatihah.