Oleh : Suparto Wijoyo
Akademisi Hukum Lingkungan dan Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga
DUNIA tengah memandu peradaban kaum milenial. Mereka beradu kreasi-inovasi atau tersisih masa depannya. Zaman sedang membentangkan optimisme agar 10 November 2045 menghadirkan Indonesia yang unggul. Kondisinya sangat ditentukan oleh mutu hidup Generasi Z maupun Generasi Alpha. Perayaan Hari Pahlawan ini merupakan momentum penting untuk membuai lahirnya pahlawan yang akan memanen kehebatan Indonesia di 10 November 2045, anak kandung Generasi Alpha.
Memaknai waktu dalam kerangka teori generasi (generation theory) niscaya menuntun kita mempersiapkan agenda besar ke arah mana perjalanan bangsa ini. Apakah Indonesia di tahun 2045 mampu melahirkan gerakan kolektif yang heroik seperti 10 November 1945, ataukah sekadar penonton yang menyaksikan kekayaan alamnya dirampok, lalu menepi di pinggir arus utama peradaban abad-21, sangatlah ditentukan oleh kualitas generasi sekarang.
Referensi internasional memberi rujukan periodesasi titik penyemaian Generasi Alpha dari 2011-2025. Ini merupakan tenggat lanjut Generasi Z yang berkurun1995-2010, suatu generasi yang beratribut iGeneration, Generasi Net, yaitu Generasi Internet. Generasi Z yang sekarang ini sedang membuncah secara tematik adalah anak sah Generasi Y yang berbilangan 1981-1994. Generasi Y luaran dari Generasi X yang bertarikh 1965-1980. Generasi X merupakan lnjutan dari Generasi Baby Boomer, yang hadir dari rahim waktu usai Perang Dunia II, 1946-1964.
Generasi Z berkapasitas penguasaan teknologi dan jaringan yang multitasking sebagaimana terhelat sekarang ini. Generasi milenial-digital yang serba gadget dengan beragam vitur dan akses informasi yang tidak terkendala apapun. Bagi Generasi Z, dunia ini sungguh tak berbatas. Gerakannya disupport teknologi internet yang amat gamblang dalam melahirkan dunia baru (new world), bahkan dunia dikendalikan cukup dari kelincahan jemari tangannya sambil melirik titik kosmologi lainnya.
Kemampuan Generasi Z adalah energi besar yang dapat digunakan untuk membangun karakter kepahlawanan sebuah bangsa. Teknologi adalah alat manusia yang harus difungsikan untuk mengkonstruksi nilai luruh bangsanya. Kapabilitas Generasi Z saatnya diakumulasi dan disupremasikan ke dalam koridor makna kepahlawanan. Generasi milenial mutlak menata diri agar dunia mengenal Indonesia sebagai bangsa yang berperadaban tinggi.
Lahirnya Generasi Alpha yang memiliki keunggulan (supra) teknologi yang terus dinamis kini harus dipompakan ke Generasi Z agar nilai-nilai kejuangan para pahlawan menjadi nilai aksi, bukan fiksi. Inilah Indonesia, bangsa yang berintegritas, berkemanusiaan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial yang dipandu pesan ketuhanan. Jiwa ini mutlak terus ditanamkan dalam ruang penyemaian Generasi Alpha.
Kita berterima kasih bahwa kaum milenial yang sangat digital kini menggelorakan gerakan go green tanpa kenal batas waktu dan ruang jeda. Apa yang dilakukan di perkampungan nusantara dapat ditengok masyarakat internasional. Maka saya yakin bahwa kualitas ekologis Indonesia ke depan pastilah sangat ramah lingkungan. Tanda-tanda zaman ekologis itu telah ada di Generasi Z yang menaburkan benih pembuatan embiro Genarasi Alpha. Asal kepemimpinan hari ini berkomitmen membuat kebijakan negara prolingkungan.
Solidaritas sosial yang dibangun dari Generasi internet telah menunjukkan kuasanya. Aplikasi tindakan pelestarian lingkungan juga mengurai konteksnya. Kehancuran ekosistem dengan cepat dapat diakses dan kemudian menimbulkan tindakan kolektif yang tidak dapat kita sebelumnya. Beragam bencana dengan cepat diantispasi dan direspon untuk melahirkan pahlawan-pahlawan lingkungan. Apa yang terjadi sewaktu banjir di Kota Batu dan aneka bencana di Indonesia dengan sangat mengagumkan anak-anak Generasi Z tampil menyebarkan ujaran solidaritas. Inilah era eco-heroes generation. Ini yang harus terus dilekatkan.
Semangat go green yang terus berkumandang merupakan aset besar Generasi Z dalam melahirkan Generasi Alpha. Dan genap seabad NKRI nanti di tahun 2045, sangatlah ditentukan Generasi Alpha yang kini tengah kita buai bersama. Generasi yang kreatif, inovatif, bahkan dalam bahasa motivator Kerry Patterson, ini adalah era generasi influencer atau generasi sang inovator model Steve Jobs. Generasi Alpha merupakan generasi the new inovators sekaligus selaku pahlawan yang sedang dipersiapkan. Inilah ruang sejarah yang tersedia untuk memahami kurun waktu sekarang. Seperti diajarkan dalam karya klasik Seni Perang Sun Zi (abad ke-6 SM), seorang leader memang harus mengantisipasi terjadinya perubahan dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri.
Dalam hal mengikuti arus, kami tetap tersadar sebagaimana ungkapan sufistik Jan-Fishan: Kau bisa mengikuti suatu arus/Pastikan bahwa arus itu menuju Samudera/Tetapi jangan kacaukan arus dengan Samudera. Narasi ini menghantarkan kepada rute perjalanan bangsa ini untuk mengingat terus-menerus sumber otoritasnya yang tetap dialirkan pada cawan kaum milenial yang sanggup menjadi obor Generasi Alpha. Sehubungan dengan ini, ada syair yang sering dikutip Bung Karno untuk menjadi peneguh: De toorts/Ontstoken in de Nacht/Reiken wij Voorts/Aan het Nageslacht. Artinya: Obor yang kita nyalakan/Dalam malam gulita/Kita terus serahkan/Kepada Tunas Bangsa.
Publik membutuhkan pahlawan yang menyalakan obor kehidupan yang berwawasan kerakyatan. Pahlawan ini tentu saja bukan hanya sosok pribadi tetapi juga dapat berupa institusi negara. Pemerintah dapat memproduksi kebijakan lingkungan (environmental policy) misalnya, yang akan menjadikan Republik ini harmoni secara ekonomi-sosial dan ekologi. Hal ini adalah kebutuhan masa depan negara berkelanjutan (sustainable state). Kita ingin kota-kota tidak mengalami ”kemalangan” terkena ”batunya” pembangunan. Melahirkan ”bayi-bayi pejuang lingkungan” (eco-heroes) adalah kebutuhan. Sejarah ke depan harus dapat menyediakan deret waktu bagi kiprah para pahlawan ekologi yang berkeadilan. Kita songsong lahirnya Pahlawan Generasi Alpha ramah lingkungan.
Leave a Reply