Suroan, Warga Tunjungsekar Gelar Selamatan Bersih Desa

Sali (70), selaku sesepuh desa Tunjungsekar Lowokwaru Kota Malang, didampingi warga saat mengarak nasi tumpeng menuju sumber air (Punden) Dukuh Babatan, Tunjungsekar Lowokwaru, Minggu (30/08/2020).

MALANG (SurabayaPost.id) – Warga Jalan Ikan Gurami RT 05 dan 06 RW 6 Pedukuhan Babatan, Desa Tunjungsekar, Lowokwaru Kota Malang menggelar Bersih Desa. Selamatan bersih desa yang ke sekian ratus tahun itu digelar di sumber air (Punden) setempat, Minggu (30/08/2020).

“Bersih Desa itu, dalam rangka memperingati bulan Muharram (Suro) 1442 Hijriyah. Sebanyak 150 warga dari RT 05 dan 06 mengarak nasi tumpeng, dibawa ke Punden pedukuhan tersebut,” terang Darsono, panitia acara bersih desa.

Sementara, masyarakat pemerhati Budaya Kota Malang, Nurul Setyowati, SE mengatakan, selamatan desa ini bagian dari uri – uri pelestarian kebudayaan. Bertujuan menghormati peninggalan sesepuh desa yang sudah babat alas atau membuka desa sini.

“Disisi lain, memberikan dampak saling menghormati dan menghargai serta saling mengasihi. Termasuk, menguatkan dan meningkatkan nilai gotong royong di masyarakat, khusunya di Desa Tunjungsekar,” kata Nurul.

“Harapan, kepada pemuda desa bisa melanjutkan uri – uri budaya ini, namun tidak mengarah ke nilai mistis. Selain dari itu, kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar warga sini diberikan keselamatan dan keberkahan dalam hidupnya,” tambah Nurul.

Nurul menginformasikan, selain memperingati bersih desa Tunjungsekar. Giat ini sekaligus mendoakan para pejuang dan pahlawan RI, bagian dari peringatan HUT Kemerdekaan RI ke – 75.

Ditambahkan pula, memohon kepada Yang Kuasa, agar warga Malang Raya segera dikeluarkan dari wabah covid-19. Pun demikian, warga diharapkan mematuhi plus disiplin jalani protokol kesehatan. “Bertujuan terhindar serta turut memberantas covid-19,” bebernya.

Ditempat sama, tokoh Budaya Kota Malang asli Warga Tunjungsekar, Iwan Sunaryo memaparkan, Kota Malang bukan Kota yang baru lahir, akan tetapi sudah berada di abad 56 silam yakni Desa Dinoyo.

“Artinya desa desa penyangga di Kota Malang adalah desa kuno, dibuktikan adanya banyak prasasti melalui kultur dan struktural yang masih terjaga dan terlestarikan hingga saat ini,” paparnya.

Tak bisa dipungkiri, ritual jawa dan tradisi juga tetap terlestarikan dan tidak bersinggungan dengan ritual agama. “Contoh nyata, budaya begitu kuat dan melekat di Kota Malang, setiap hari Kamis Pemkot mewajibkan ASN memakai pakaian adat budaya seperti kebaya atau udeng,” pungkasnya. (one)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.