GRESIK (SurabayaPost.id)–Miras oplosan kembali ‘membunuh’ empat remaja di wilayah Kabupaten Gresik setelah pada pertengahan Agustus 2018, sebanyak tiga pemuda asal Desa Hulakan, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik juga tewas usai menenggak ‘banyu setan’ tersebut. Tewasnya empat pemuda akibat miras oplosan itu diduga karena pengawasan peredaran miras di Kota Santri masih sangat longgar.
Ketua GP Anshor Gresik Agus Junaidi mengaku perihatin dengan tewasnya ramaja di Gresik akibat miras. Ia akan melakukan audensi dengan pihak-pihak yang memiliki kewenangan terkait dengan peredaran miras di Gresik yang mestinya bisa diantisipasi. “Kami akan melakukan audensi. Karena Agustus tahun lalu merenggut 3 nyawa. Saat ini 4 nyawa sia-sia, makanya harus ada ketegasan dari semua pihak agar kasus serupa tidak terjadi lagi. Aparat tidak tegas berantas miras,” ujar Agus saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Selasa (8/1).
Agus sepakat jika insiden meninggalnya remaja akibat miras ini adalah kejadian luar biasa (KLB). Karena kejadian tersebut hanya berselang beberapa bulan saja diwilyah ujung selatan dan utara. “Kami tidak menyalahkan siapa saja, tetapi ini harus ada sikap yang tegas dari pihak aparat. Karena jika tidak kejadian akan berulang dan akan meresahkan warga. Saya setuju bahwa ini adalah kejadian luar biasa agar ada tindakan tegas bagi pengedar miras yang selama ini berkeliaran. Padahal kita punya regulasi khusus tentang larangan beredarnya miras, tetapi nampaknya tidak efektif,” ungkapnya.
Ia berharap, meski tahun 2019 ini sudah terlanjur tercoreng dengan kejadian tewasnya 4 remaja akibat miras, kedepan diharapkan ada komitmen antara GP Anshor dengan aparat penegak hukum agar Gresik zero miras. “Aparat harus tegas. Sapu bersih penjual miras, karena selama ini masih banyak penjual miras bergentayangan dan bebas menjual miras. Jika aparat butuh bantuan Anshor siap membantu mengungkap dan menangkap pengedar mirad,” pungkasnya
Sebanyak empat remaja tewas usai menggelar pesta miras pada malam pergantian tahun di salah satu rumah di Desa Tanjung Widoro (Pulau Mengare), Kecamatan Bungah.
Para korban diketahui bernama Zain (17) dan Iqbal (18) keduanya warga Dusun Pereng Kulon, Desa Melirang, Kecamatan Bungah, Lisin (17) dan Arifin (40) warga Desa Tanjung Widoro, Kecamatan Bungah. Sementara, belasan pemuda yang lain selamat dari tragedi miras oplosan maut tersebut.
Berdasarkan keterangan pesta miras itu hasil oplosan antara arak dan vodka. Mereka ada sekitar 15 orang pesta tahun malam tahun baru hingga siang hari hingga pukul 11.00 WIB siang. Saat hendak membubarkan diri, mereka pun dikagetkan dengan salah satu temannya bernama Zain tiba-tiba tewas di lokasi pesta miras. Selang sehari kemudian, Iqbal dan Lisin diketahui meninggal dunia saat dirawat di RS Fathma Medika Sembayat. Lalu Arifin meninggal dunia di Klinik Mabarot Bungah. Dan ada beberapa rekan korban yang menjalani perawatan medis.
Kepala Desa Melirang Muwaffaq melalui Kepala Dusun Pereng Kulon Musamin ketika dikonfirmasi membenarkan bila dua warganya meninggal dunia usai menggelar pesta miras di Mengare, Bungah.
“Saya baru setelah dikabari oleh keluarga korban. Yang satu meninggal dunia di lokasi kejadian, dan satunya lagi sempat dirawat di rumah sakit Fathma Medika,” ujar Musamin saat ditemui di balai desa Melirang, Senin (07/01).
Untuk memastikan adanya dua korban tersebut, wartawan lalu diajak ke makam umum Dusun Pereng Kulon. Di situ tampak makam baru dengan ditanami pohon pisang milik Zain. Sedang makam Iqbal ditanami pucuk pohon kamboja.
Di tempat berbeda Kapolsek Bungah AKP Achmad Said saat ditemui membenarkan bila ada 4 korban tewas diduga akibat menenggak miras di Pulau Mengare. “Kita baru tahu setelah ada pemberitahuan dari pihak rumah sakit,” katanya.
Said menjelaskan, kasus miras oplosan tersebut kini sudah diambil alih Satreskrim Polres Gresik. Kabarnya sudah ada satu orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Leave a Reply