BATU (SurabayaPost.id) – Warga Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, menggelar olahraga tradisional tarik tambang. Olahraga yang sudah Engadget tradisi itu diyakini sebagai simbol keperkasaan dalam bertani di daerahnya.
Event yang sudah digelar kali ke- 4 itu sangat seru. Makanya, penutupan lomba tarik tambang itu dihadiri Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko, Minggu (10/11/2019).
Selain itu Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso serta Ketua 2 DPRD Kota Batu, Heli Suyanto ikut hadir. Kabag Humas Pemkot Batu Suliyanah dan beberapa OPD yang lain juga hadir.
Praktis, tradisi olahraga yang digagas panitia desa setempat bersama Dinas Pendidikan Bidang Pora Kota Batu tersebut, mendapat respon positif. Bahkan dipuji oleh Wali Kota Pertama perempuan di Malang Raya, yang sapaan akrabnya Dewanti itu.
“Olahraga unik, sebetulnya membawa dari daerah Malang Selatan,Kabupaten Malang. Kemudian di bawa tradisi ini di Desa Sumber Brantas, jadilah kegiatan yang sangat favorit,” puji Wali Kota Batu Dewanti.
Untuk itu, Dewanti berharap olahraga yang memiliki keunikan lokal tersebut harus bisa difasilitasi dengan baik. “Mudah – mudahan kita bisa memperkenalkan tradisi olahraga unik ini di Kota Batu dengan baik,” kata ia.
Supaya orang – orang yang belum pernah melihat tarik tambang seperti itu, kata dia, bisa menjadi hiburan. “Kita bisa mencarikan tempat yang bagus,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua 2 DPRD Kota Batu, Heli Suyanto, juga memberikan apresiasi. Menurut dia, event tersebut tidak hanya untuk mengawali untuk bercocok tanam. Namun juga bisa dijadikan sebagai event dalam rangkaian HUT Kota Batu.
“Pesertanya ada 80 kelompok dari Malang Raya. Itu digagas panitia desa setempat, dalam satu klub tarik tambang tradisional. Hal itu bekerjasama dengan Pemkot Batu, leading sektornya di Dinas Pendidikan Kota Batu, di Bidang Pora,” papar politisi partai Gerindra ini.
Dijelaskan dia bila olahraga tersebut merupakan olahraga tradisional.
“Meski tak masuk dalam KONI , tapi ini masuk dalam olahraga tradisi yang harus tetap dilestarikan. Dan kita cari pelaga – pelaga di daerah yang handal,” tegasnya.
Menurut Heli, olahraga tradisi yang tidak masuk dalam catatan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) tersebut, masih kental dengan aroma mistik. Sehingga menurut dia, pada saat berlaga, sama – sama menunjukan kebolehannya, bahkan tambang yang ditariknya sempat berasap dan panas.
“Jadi seru. Apalagi pesertanya banyak dari luar darah. Misalnya dari Singosari, Pakis, Pujon, dan Gondang Legi, serta dari Kota Batu,” jelasnya.
Dalam lomba tarik tambang tersebut diambil juara satu, dua dan tiga. Para juara itu diborong Klub – klub asal Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Sedangkan juara empat, dimenangkan klub dari Desa Sumberejo, Santrean Kota Batu.
Karena itu, tegas dia, sebagai simbol keperkasaan darah, menjadi sebuah kebanggaan. “Mereka yang merupakan petani untuk tes kesehatannya sebelum bertani bisa lewat tarik tambang ini. Jadi sebelum menyongsong musim tanam tiba, mereka harus menyiapkan fisiknya dulu,” pungkasnya Gus)
Leave a Reply