‘Waktu’

Oleh : Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D.

Ramadhan ini mengajarkan banyak hikmah, salah satunya adalah waktu. Paling tidak kita saat ini sering melihat jam sebagai penunjuk waktu, tapi bukan waktu. Kapan buka tiba dan kapan sahur berakhir. Waktu adalah satu konsep fisika yang paling sulit dipahami. Konsep yang sama sulitnya adalah ruang. Ruang dan waktu adalah dua konsep penting untuk memahami pengalaman. Untuk bergerak dalam ruang, kita butuh waktu, juga energi. Selama ramadhan ini, kita diminta hemat energi melalui pembatasan konsumsi. Ditambah PSBB akibat Covid-19 ini, di tengah banjir propaganda betapa mematikannya virus ini, sempurnalah pengalaman ruang dan waktu kita.

Mengapa pengalaman penting ? Kata bijak mengatakan bahwa pengalaman adalah guru atau pelajaran terbaik. Memang pengalaman adalah papan lontar belajar sebagai sebuah proses. Tanpa pengalaman, belajar hampir pasti sulit dilakukan. Belajar sebagai proses harus dimulai dengan mengalami. Lalu berbicara, membaca dan menulis. Belajar adalah sebuah siklus mengalami- berbicara-membaca-menulis yang diputar terus makin besar dan makin dalam.

Ada beda pendapat para Fisikawan soal waktu. Newton mengatakan waktu itu seperti ether yang mengalir terus secara linier ke depan. Leibniz mengatakan bahwa waktu adalah hanya konsep untuk mengurutkan peristiwa. A concept in ordering of events. Itulah mengapa selama kita dipaksa mengulang-ulang kegiatan di ruang yang sempit rumah kita, waktu terasa panjang. Membosankan. Agar tidak bosan, kita harus menciptakan rangkaian peristiwa kesibukan. Makin padat kesibukan, waktu terasa lebih pendek. Orang sibuk mengatakan life is damned too short.

Allah bersumpah demi waktu berkali-kali dalam al Qur’an. Bagi setiap jiwa telah ditetapkan rizki dan ajalnya. Kematian adalah saat jiwa habis waktu dan rizkinya. Tidak bisa diperpanjang dan dipersingkat. Tapi kita tidak pernah tahu seberapa banyak jatah kita itu. Oleh karena itu kita diminta senantiasa waspada kalau2 jatah waktu dan rizki kita habis agar kita bisa mengakhiri jatah itu dengan keadaan terbaik husnul khaatimah.

Oleh karena itu tidak terlalu penting panjang umur kalender. Lebih penting adalah panjang amal yang menciptakan banyak peristiwa dalam jatah waktu kita masing-masing. Sebagian orang mengatakan good men die young. Orang baik sibuk berbuat baik dalam waktu yang memendek. Menunda adalah kebiasaan para pecundang, berpikir seolah esok masih ada. Kebaikan perlu disegerakan dan diperbanyak.

Banyak orang ingin hidup berumur panjang lalu melakukan banyak hal yang buruk karenanya. Orang ini menyangka umurnya bisa diperpanjang. Padahal umurnya sudah dijatah. Secara kalender Muhammad Rasulullah umurnya pendek untuk ukuran zaman ini. Tapi karena beliau banyak berbuat baik dalam umurnya yang pendek, umurnya justru sangat panjang seolah beliau masih hidup hingga saat ini karena namanya selalu kita sebut dalam doa-doa kita.

Subhaanallah, alhamdulillah, laa ilaaha illa Allah, wa Allahu akbar. Yaa Allah jadikan kami orang yang sibuk mengabdi sesuai tuntunan-Mu, sebagai pendukung satu-satunya kehidupan yang agung yang saling sayang menyayangi, yaitu Islam.

Ya Allah, akhiri hidup kami bersama orang2 yang berbuat yang terbaik. Sungguh Kami tidak mau menghabiskan waktu kami kecuali sibuk sebagai muslim. Aamiin Allahumma aamiin.

Gunung Anyar, 12/5/2020.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.