BATU (SurabayaPost.id) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu menggelar festival jamu nusantara. Tujuannya agar kearifan lokal yang ada di Indonesia dikenal ke luar negeri. Sehingga generasi milenial Kota Wisata Batu tidak harus mengikuti trend budaya barat.
Festival yang melibatkan pelajar SMA/SMK tersebut dihelat di halaman Balai Kota Among Tani Kota Batu. Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko membuka langsung acara tersebut.
Dalam Festival Jamu Nusantara yang melibatkan pelajar SMA dan SMK tersebut, Dewanti menekankan untuk generasi milenial khususnya di Kota Batu. Mereka diharap tidak selalu mengikuti trend budaya barat.
“Kearifan lokal yang ada di Indonesia harus bisa dikembangkan dan dikenalkan ke luar negeri.Dengan mengenalkan serta mengembangkan jamu tradisional yang menjadi warisan leluhur terdahulu,” katanya.
Lantas, kata dia, Kota Batu memiliki banyak lahan yang berpotensi tinggi untuk ditanami bahan-bahan dasar membuat jamu tradisional. Karena, kata dia, jamu tradisional tersebut sangat bagus untuk menjaga kesehatan bagi anak-anak muda.
“Acara ini merupakan bagian dari mensosialisasikan jamu tradisional yang banyak manfaatnya.maka kami ingin petani di Kota Batu bisa menanam bahan baku jamu tradisional,karena selama ini, konsentrasi pertanian di Kota Batu hanya terfokus pada sayur dan buah,” harapnya.
Untuk itu,lanjut dia, bahan yang biasanya digunakan bahan dasar jamu tradisional,sepertihalnya jahe, kunyit, kencur dan laos, serta yang lainnya, itu masih belum dibudidayakan secara maksimal,padahal.
“Kota Batu punya peluang besar menanam pertanian semacam itu.Ada potensi lain, yang harus dicoba,agar bisa memiliki hasil pertanian yang beragam,” tandasnya.
Itu, tandas dia, sedang berencana bakal menyediakan jamu di setiap ruang tamu Kantor Dinas yang berada di Kota Batu. Karena menurut dia, hanya ada minuman sari buah saja yang ada di sejumlah ruang dinas Pemkot Batu.
Sementara itu, Charles Saerang generasi ketiga keturunan pengusaha Jamu Nyonya Meneer menilai Kota Batu bisa menjadi kota pertama yang menjadikan jamu sebagai gaya hidup generasi milenial. “Konsep jamu sebagai gaya hidup milenial justru muncul dari Kota Batu,” jelasnya.
Padahal menurut dia, konsep tersebut sebelumnya sudah pernah diusulkan di tingkat nasional. Meski begitu, kata dia, tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan.
“Saya berharap progres seperti ini jangan hanya berhenti hanya di sini saja, tapi harus jadi program nasional,” harapnya.
Selain itu, menurut Charles bahan dasar jamu itu, dijelaskannya, berasal dari bahan masakan di dapur. Dengan perputaran waktu, menurut dia, para Ibu-Ibu yang menguasai resep dapur meracik bahan tersebut menjadi sebuah ramuan.
” Untuk pengobatan yang saat ini dikenal dengan sebutan Jamu.Hanya dari empat bahan masakan, yaitu, jahe, kunyit, kencur dan laos. Berawal dari empat bumbu ini untuk bahan dasar masak, kemudian muncul pemikiran untuk kesehatan,” terangnya.
Akhirnya ,terang dia, tercetuslah adanya jamu tradisional.Dengan begitu, ia berpesan, kedepannya dalam membuat jamu supaya bisa disukai oleh khalayak muda atau bisa disebut generasi milenial saat ini.
“Proses pembuatannya harus ada inovasi dengan menggunakan bahan buah buahan,” pungkasnya (Gus)
Leave a Reply