Merasa Dipojokkan, Ibu Melahirkan di Kamar Mandi Beri Klarifikasi Lagi

Fitri bersama Ustadi pada saat memberi keterangan pada wartawan di rumahnya.

BATU (SurabayaPost.id) – Ibu yang melahirkan di kamar mandi, Fitria Rohmatika (26) melakukan klarifikasi lagi. Itu setelah warga Dusun Segundu, Desa Sumbergondo, RT 5, RW 1, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ini merasa dipojokkan.

Untuk itu ibu dua anak yang akrab disapa Fitri ini mengundang para wartawan di rumahnya, Selasa (4/8/2020). Fitri menegaskan jika sampai melahirkan di kamar mandi itu bukan karena maju mundurnya masa kehamilan.

“Saya melahirkan di kamar mandi karena banyak bidan enggan memberi pertolongan. Sebab, perawat yang bernama Liani di Puskesmas Pandanrejo menulis Covid-19+ di kartu berobat saya. Masalah pokoknya itu. Bukan soal maju mundurnya masa kelahiran,” jelas Fitri.

Makanya dia keberatan kalau Dinas Kesehatan Kota Batu bersama Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko di berbagai media mengatakan soal maju mundurnya masa kehamilan. Sehingga, melahirkan di kamar mandi.

Puskesmas Pandanrejo yang menerangkan Fitri terpapar Covid-19 di kartu berobat ibu hamil milik Fitri.

Berdasarkan fakta tersebut Fitri yang diklaim secara tertulis terpapar Covid – 19 + ( plus) oleh petugas Puskesmas Pandanrejo, Kota Batu mengaku merasa dipojokkan. Menurut Fitri setelah membaca di beberapa media online maupun cetak, dirinya malah merasa dipojokkan oleh penjelasan pihak dinas terkait.

“Isi pemberitaan yang saya baca malah maju dan mundurnya terkait waktu proses kelahiran saya. Padahal kalau terkait kelahiran yang tau hanya yang di atas. Semuanya kalau orang hamil itu pasti ada maju-mundurnya. Itu hal yang lumrah,” katanya.

Seperti halnya, lanjut dia, termasuk kelahiran anaknya yang pertama. Menurut Fitri juga tambah maju waktunya dalam satu minggu.

“Tapi setelah diperiksakan pada bidan, kemudian diketahui sudah buka satu. Itu langsung bidannya menyarankan agar ngamar atau menginap saat itu juga disitu,” paparnya.

Sedangkan kasus yang dialami saat ini, kata dia, beda. Sebab, papar dia, akar persoalannya pada tulisan Covid – 19 + (plus) yang ditulis pada buku kesehatan ibu hamil miliknya.

Fitri berharap yang tidak terjadi lagi dikemudian hari pada kaum ibu – ibu yang lain. “Persoalannya kalau memang saya positif terpapar Covid- 19, pada saat itu disampaikan pada saya oleh petugas Puskesmas. Bahkan menjanjikan bakal ada tim medis mau datang ke rumah saya. Faktanya tidak ada yang datang sampai saat ini,” ngaku Fitri.

Menurut Fitri seharusnya kalau dirinya benar – benar terpapar Covid- 19 ada yang mendampingi dari tim medis setempat, tidak malah dibiarkan begitu saja. “Kenyataannya tidak ada pengawalan pada saat saya menjalankan isolasi mandiri selama seminggu. Maaf setidaknya dari tim medis ada yang datang atau memberi apa – apa, dan maaf lagi, meski saya tidak berharap pemberian itu,” ungkapnya.

Saat itu dia terkena flu, ditambah dengan tulisan Covid – 19 +. Sehingga membuat Fitri panik. Apalagi tak ada penjelasan terkait tulisan Covid – 19 + itu.

“Saat itu yang menulis bidan Liati dan didampingi dengan dua temannya di Puskesmas. Liati saat itu ngomong saya positif Covid – 19. Saya disuruh isolasi mandiri di rumah dan itu sudah saya jalankan,” terangnya.

Saat ditanya kedatangan Dewanti bersama beberapa pegawai Pemkot Batu yang berseragam, Fitri mengaku tidak membahas tentang Covid – 19. Tapi hanya masalah maju dan mundurnya kelahirannya. “Bu Wali ngomong, yang penting itu bayinya sehat dan tidak terjadi apa,” ujar Fitri menirukan ucapannya Dewanti.

Menariknya lagi, terkait kedatangan Dewanti Rumpoko ke rumah Fitri dengan beberapa ASN yang berseragam itu, menurut Fitri, ada salah satu ASN yang menanyakan terkait wartawan dan anggota DPRD Batu. Dia menanyakan mereka kok tahu, mendapat informasi dari siapa.

” Ya saya jawab tidak tahu. Terkait wartawan dan anggota DPR itu mendapat informasi dari siapa saya tidak tahu,” ucapnya.

Dari sisi lain, Fitri mengaku sering mendapat informasi dari berbagai media bahwa kalau di Batu untuk ibu hamil bakal mendapat tunjangan dan sebagainya. Kabar itu, menurut Fitri tidak pernah ada realisasinya. Sebab dirinya tak pernah mendapatkan.

“Selama saya hamil 9 bulan sampai melahirkan ini, baru mendapat biskuit dua kali,dan susu satu kali pada saat tercatat positif covid – 19 dan kemarin pada saat Bu Wali datang kerumah baru dapat susu lagi,” bebernya.

Hal senada disampaikan saudaranya Fitri Ustadi. Menurutnya yang menjadi pemicunya bidan enggan membantu proses kelahiran Fitri. “Persoalannya karena tulisan Covid – 19 + itu,” jelas dia.

Makanya, lanjut dia, beberapa bidan terkesan enggan membantu proses kelahiran Fitri. “Bukannya malah mencari pembenaran dan dinas terkait menyampaikan di media bahwa yang menjadi masalah justru maju dan mundurnya kelahiran.

“Penjelasan seperti itu justru memojokkan Fitri. Bahkan terkesan pula wartawannya yang dianggap menggoreng-goreng berita tidak benar, ” sergah Ustadi heran.

Sementara itu, para wartawan mendatangi Puskesmas Pandanrejo. Tujuannya untuk mengkonfirmasi bidan Liati yang disebut-sebut Fitri bahwa dia yang menulis Covid – + di buku kesehatan Fitri.

Sayangnya saat wartawan ingin konfirmasi, salah satu petugas Puskesmas Pandan mengatakan bila Liati tidak ada di tempat. Petugas Puskesmas jenis kelamin perempuan itu justru langsung ruangan Puskesmas. Dia menghindar dari beberapa wartawan kala ditanya namanya. (Gus)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.