Patung Kwan Sing Tee Koen Ambruk

TUBAN (SurbayaPost.id) Patung Kwan Sing Tee Koen di kompleks Klenteng Kwan Sing Bio di Jalan RE Martadinata, Tuban, Jawa Timur ambruk, Kamis (16/4/2020) pukul 10.15.

Patung Kongco (bahasa Hokkian, secara hafiah berarti Kakek Buyut) dari klenteng yang menghadap langsung ke laut Jawa itu, runtuh berkeping menyisakan tiang pancang yang semula menjadi penopang di tengah badan patung. Tampak hanya tangan patung memegang pedang bergelantung diantara tiang penyangga.

Belum ada keterangan resmi dari pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwang Sing Bio, tentang penyebab ambruknya patung setinggai 30 meter yang menelan biaya Rp2,5 miliar tersebut. Klenteng yang biasa dipadati peziarah untuk berdoa itu sendiri juga tutup, sejak Covid-19 merambah Bumi Ranggalawe.

Ketua TITD Kwan Sing Bio, Gunawan Putra Wirawan, yang biasanya komunikatif dengan wartawan juga sulit dimintai konfirmasi. Polisi pun sejak mendengar patung abruk, hingga pukul 11.30 WIB tak bisa memasuki komplek tempat ibadah yang tertutup. Petugas dari Polres Tuban yang ditemui di lokasi menyatakan, klenting ditutup atas perintah atasannya.

Sejumlah warga sekitar klenteng yang ditemui mengatakan, tak tahu menahu penyebab ambruknya patung di klenteng dengan simbul Kepiting raksasa tersebut. Mereka tiba-tiba mendengar suara runtuhnya patung yang mulai dibangun tahun 2015 dan berdiri dua tahun kemudian itu.

“Suara runtuhnya seperti ada pesawat jatuh, ternyata patung di klenteng yang ambruk,” kata Hardi, dan sejumlah warga saat ditemui di belakang klenteng.

Menurut beberapa referensi, Kwan Sing Tee Koen, yang sebagian umat Konghucu di Tuban dianggap sebagai Dewa Kebajikan dan Keadilan itu, terlahir dengan nama Guan Yunchang atau Kwan Yintiang.

Ia dikenal pula sebagai Guan Yu, Kwan Kong, Guan Gong atau Kwan Ie. Tokoh yang kemudian sebagai Panglima Perang tersebut lahir di Kabupaten Jie, wilayah Hedong kini bernama Yuncheng di Provinsi Shanxi, Tiongkok (China). Guan Yu dikenal sebagai Jendral utama dari negara Shu Han.

Dalam roman klasik Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong berlatar era Dinasti Han, Guan Yu disebut sebagai sosok tangguh dan pemberani. Pada masa pemberontakan Sorban Kuning tahun 188, ia bersama tokoh lainnya Liu Bei, dan Zhang Fei berjuang mengembalikan kejayaan dan ketentraman negara.

Kebesaran nama Guan Yu hingga disebut sebagai Paling Perang besar, setelah mengalahkan ligiun tentara kekaisaran Wei yang dipimpin Raja Cao Cao. Sejak itu pula namanya terkenal di seluruh Tiongkok, bahkan hingga diyakini sebagai perwujudan Dewa. tbu

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.