MALANG (SurabayaPost.id) – Wali Kota Malang Sutiaji enggan berkomentar soal prestasi Porprov Kota Malang yang anjlok. Dia memilih diam dan menghindari saat dikonfirmasi masalah tersebut usai Rapat Paripurna di kantor DPRD Kota Malang, Kamis (18/7/2019).
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Malang Heri Susanto mengaku prihatin. Sebab prestasi Kota Malang anjlok di posisi keempat setelah Surabaya, Kediri dan Sidoarjo.
Padahal menurut Sekkota Malang Wasto dari aspek anggaran KONI Kota Malang lebih besar ketimbang Kediri dan Sidoarjo. “Anggarannya lebih besarlah dibanding mereka,” kata Wasto.
Makanya, Ketua DPRD Kota Malang Heri Susanto meminta pengurus KONI dievaluasi besar-besaran. Sebab kata dia sudah dianggarkan sangat besar Rp 12,5 miliar. Sementara prestasi tidak maksimal.
“Itu sangat memprihatinkan. Ini pasti ada yang salah, sudah diberi anggaran besar prestasinya jelek. Makanya harus ada langkah tegas dan berani untuk melakukan evaluasi bahkan kalau perlu pengurusnya dilakukan penyegaran,” tukasnya.
Dia mengakui bila sebenarnya Pemkot Malang itu memiliki program yang sangat bagus untuk mengembangkan pembinaan olahraga. Tapi kalau prestasinya jelek bagaimana bisa mendukung program pemerintahan Kota Malang.
“Saya kira Pemkot memberikan perhatian penuh, dengan anggaran yang cukup besar, tapi tidak sebanding dengan torehan prestasinya. Ini pasti ada yang salah dalam melakukan pembinaan,” ujarnya.
Pihaknya berjanji akan segera membahas masalah ini dengan komisi D dan akan memanggil pengurus KONI untuk meminta penjelasan langsung. Mengapa prestasi Kota Malang berada di urutan ke empat, di bawah Kediri dan Sidoarjo yang notabene anggarannya lebih kecil.
KONI, kata dia dibiayai APBD. Sehingga harus mempertanggungjawabkan kepada masyarakat. Pengurus tidak melempar kesalahan kepada pihak lain untuk menyelamatkan diri. Apalagi menyalahkan cabor.
Ia mengingatkan bagaimana seharusnya KONI menyusun rencana strategis dengan menggali data kelemahan, kekuatan, tantangan dan peluang untuk meraih prestasi. Alur sebenarnya adalah strategi bagaimana rekrutmen atlet pelatih, tahap selanjutnya bagaimana dimatangkan mereka baru tahap selanjutnya uji coba, keikutsertaan turnamen atau kompetisi dan TC.
Hal yang sama juga disampaikan Dito Arif Anggota Fraksi PAN DPRD Kota Malang. Dia menyatakan anggaran yang besar prestasi minim. Satu satunya jalan kata Dito adalah regenerasi di tubuh KONI.
Dito lebih tajam menyebut, sudah jadi persepsi umum bahwa di KONI banyak orang-orang sudah waktunya ganti. Apalagi ia juga menyebut banyak orang yang tidak paham olahraga, perlu direformasi dan ada regenerasi.
“Saya kira perlu orang yang paham dengan olahraga, jangan sekedar administrasi saja. Orang yang paham olahraga dan manajemen olahraga, agar kepedulian atas cabor itu tulus. Makanya dibutuhkan orang yang bisa komunikasi dengan segala lini,”tandas Dito. (lil)
Leave a Reply