BATU (SurabayaPost.id) – Kompleks makam Mbah Batu sebagai pendiri cikal bakal Kota Batu bakal dimaksimalkan. Sehingga, makam di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tersebut bisa menjadi penyeimbang wisata modern.
Hal tersebut, dikatakan Kepala Desa (Kades) Bumiaji, Eddy Jabo, Senin (21/9/2020). Bahkan dia sempat mengunjungi lokasi kompleks Mbah Batu tersebut.
Menurut Eddy Jabo, kompleks Mbah Batu yang terletak di Dusun Banaran, Desa Bumiaji, akan menjadi penyeimbang wisata modern.
“Dengan luas sekira 500 meter persegi bakal dimaksimalkan. Harapannya agar lebih indah dan bertambah menarik sebagai jujukan wisata religi di Kota Wisata Batu,” katanya.
Pihak desa, kata dia, bakal merenovasi taman dan membangun fasilitas musholla sebagai tempat ibadah. Karena, lanjut dia, makam tersebut, salah satu cikal bakal sejarah Kota Batu yang diambil dari seorang tokoh.
“Hal itu demi memberi pelayanan yang terbaik bagi wisatawan religi. Jadi perlu kerjasama dengan Dinas Pertanian dari Provinsi yang berada di seputaran kompleks Makam Mbah Mbatu,” ungkapnya.
Karena, ungkap dia, pada hari dan bulan tertentu, di Kompleks makam tersebut, dipenuhi peziarah. Mereka berasal dari segala penjuru di nusantara.
“Para pelaku wisatawan religi tersebut, selain menambah wawasan, kehadiran juga menjadi sarana beribadah umat muslim.Di dalamnya kompleks makam Mbah Mbatu terdapat tokoh-tokoh yang diyakini warga sebagai penyebar Islam di Kota Batu,” paparnya.
Lantas, papar dia, bangunan makam itu dilengkapi dengan tempat shalat dan mengaji bagi para peziarah tersebut, Mbah Mbatu sendiri merupakan nama panggilannya.
“Pangeran Rojoyo yang merupakan putra Sunan Kadilangu, cucu Sunan Mulyo, dan cicit Sunan Kalijogo. Ia melakukan penyebaran agama Islam dengan cara berkumpul bersama warga untuk membahas dan berdiskusi tentang Islam,” tandasnya.
Selain itu, tandas dia, Pangeran Rojoyo menurutnya, termasuk penyebar agama Islam yang terkenal, sehingga mendapat julukan Syekh Abul Ghonaim.Pangeran ini mendapat panggilan lain, yang menurutnya Mbah Wastu dan Kiai Gubuk Angin.
“Nama panggilan Mbah Wastu inilah yang disebut-sebut menjadi asal mula kata Mbatu.Konon, Pangeran Rojoyo ini dsri salah satu seorang ulama murid dari Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke timur Pulau Jawa untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda,” bebernya.
Selanjutnya, beber dia, karena dinilai terlalu panjang, dengan sebutan nama Mbah Wastu, maka menurut dia, disingkatnya menjadi Mbatu sekaligus untuk mengelabui Belanda.
“Selain itu, Mbah Mbatu juga mendirikan sebuah padepokan di kaki Gunung Panderman sebagai tempat untuk mengajarkan berbagai ilmu, termasuk menyebarkan Islam kepada masyarakat,” jelasnya.
Menurut Eddy Jabo, semua itu hanya sepenggal sejarah yang dipaparkan. Yakni, seputar sejarah dari Mbah Mbatu.
Meski begitu dia yakin Kota Wisata Batu akan semakin beragam. Banyak destinasi wisata yang bakal menjadi pilihan. Termasuk kompleks makam Mbah Batu yang akan jadi penyeimbang wisata modern di bumi Kota Batu.
“Dan wisata religi ini saya yakini bakal menjadi jujukan para wisatawan religi yang hijrah ke Kota Wisata Batu,” pungkasnya. (Gus)
Leave a Reply