Catatan DLH Kota Malang di Musim Kedatangan Maba dan Kualitas Udara

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, Noer Rahman Wijaya. (ft.dok Surabayapost)
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, Noer Rahman Wijaya. (ft.dok Surabayapost)

MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Catatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, disaat musim kedatangan mahasiswa baru (Maba) dan perubahannya kualitas udara.

Kedatangan mahasiswa baru di Kota Malang menjadi catatan sendiri bagi DLH Kota Malang. Hal itu karena berdampak pada kualitas udara yang ada di Bhumi Arema.

Kepala DLH Kota Malang, Noer Rahman Wijaya mengaku bahwa pihaknya saat ini sedang mengamati padatnya aktifitas kendaraan di Kota Malang. Terlebih dengan kedatangan maba.

Menurutnya, kedatangan maba juga mempengaruhi kualitas udara. Sebab, banyak maba yang membawa kendaraan pribadi yang menimbulkan emisi gas buang.

“Tentu kondisi diakibatkan oleh gas buang kendaraan akan mempengaruhi sekali parameter kualitas udara di Kota Malang. Catatannya, apabila kondisi emisi gas buangnya itu buruk,” ujar Rahman, Jumat (25/08/2023).

Dari catatan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, saat ini ada 100 unit kendaraan yang turun dari kargo setiap harinya. Disinyalir, kendaraan tersebut milik para Maba dari berbagai universitas yang ada di Kota Malang.

Diperkirakan dalam tahun ajaran baru, ada puluhan ribu maba yang bakal tinggal di Kota Malang. Universitas Brawijaya (UB) Malang sendiri menyumbang 15.488 maba di tahun 2023 ini.

Untuk mengantisipasi kualitas udara yang berpotensi buruk itu, DLH Kota Malang memiliki cara sendiri. Yakni akan secara rutin mengimplementasikan program dari KLHK tentang pencanangan langit biru.

“Kami sudah terus melakukan pengecekan emisi gas buang kepada kendaraan. Memang ada yang kita temukan kondisi diesel, yakni solar yang secara emisi gas buang besar sekali,” ujarnya.

“Kemudian yang sudah kita beri stiker tanda saat uji emisi, itu harapannya tetap terpasang agar kita tahu kalau sudah diuji,” sambungnya.

Sementara, untuk kondisi kualitas udara di Kota Malang sendiri saat ini masih dinilai baik. Hal ini sesuai dengan hasil catatan melalui pengukuran Indeks Pencemaran Udara (ISPU). Data saat ini, indeks kualitas udara di Kota Malang masih berwarna hijau dengan prosentase indeks 2,5.

“Terakhir kita cek Senin (21/8/2023) lalu. Parameter indeks lingkungan kita masih di 2,5. Jadi masih bisa dikatakan baik, warnanya hijau,” beber Rahman.

Disisi lain, untuk indeks parameter kualitas udara yang dinilai buruk, yakni berada di angka 5,6 atau lebih dari 2,5 dengan warna merah. “Pengukuran ini telah terhubung resmi dan kita akan lakukan pengecekan terus sesuai arahan pak Walikota, sehingga kekuatiran kita soal kualitas udara yang beredar di masyarakat bisa kita tepis,” tutur Rahman.

Disinggung soal warna langit yang saat ini rata-rata mendung, Rahman menepis jika hal itu disangkut pautkan dengan kualitas udara. Sebab, menurut Rahman, cuaca dan kualitas udara merupakan dua hal yang berbeda.

“Ini kan terkait kondisi cuaca lagi berangin dan berawan. Kan gak bisa disamakan. Soal cuaca berbeda dengan kualitas udaranya,” terangnya.

Untuk cuaca dan warna langit yang cenderung gelap, Rahman menduga hal itu karena adanya El Nino. Dan hal itu juga akan berdampak pada kesehatan.

“El Nino ini memang berdampak ya ke kesehatan juga. Jadi harus bisa bedakan soal kualitas udara dan cuaca,” pungkasnya. (*)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.