Oleh : Ulul Albab
Ketua ICMI Jatim.
Jangan-jangan anda termasuk kelompok ini. Yaitu menganggap bahwa menjadi anggota ICMI itu harus punya gelar akademik. Kalau ya, anda tidak perlu merasa bersalah. Karena yang menggap seperti itu banyak. Banyak banget malah. Hehehehe. Bahkan ada yang menganggap untuk bisa bergabung di ICMI bukan sembarang punya gelar akademik, tetapi minimal bergelar Doktor.
Faktanya memang demikian. Orang-orang yang bergabung di ICMI kebanyakan bergelar doktor, bahkan professor. Kalo anda ingin mencari narsum seminar atau sejenisnya dengan kualifikasi guru besar, silahkan hubungi ICMI. Dijamin anda akan bisa mendapatkan narsum yang anda inginkan. Mau cari guru besar dengan gelar doktor dobel-dobel juga ada. Apalagi gelar master dobel-dobel.
Pertanyaannya adalah apakah benar persyaratan menjadi anggota ICMI itu harus minimal doktor? Dengan spontan saya jawab; TIDAK. ICMI adalah organisasi CENDEKIAWAN. Siapapun mereka dan dari profesi apapun, silahkan bisa bergabung di ICMI, asalkan memenuhi syarat sebagai cendekiawan muslim.
Dalam referensi Al-Qur’an, yang dimaksud cendekiawan muslim adalah:
(1). Mereka yang senantiasa berdzikir mengingat Allah dalam posisi dan kondisi apapun (baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring).
(2). Mereka yang senantiasa menggunakan hati dan pikirannya untuk memikirkan segala sesuatu yang diciptakan Allah, baik yang ada dan terjadi di langit maupun yang ada dan terjadi di bumi.
(3). Mereka yang atas dzikir dan pikirnya tersebut kemudian pada akhirnya berkesimpulan bahwa sungguh tidak ada setitikpun sesuatu yang diciptakan Allah itu sia-sia. Semuanya ada manfaatnya. Semuanya mengandung hikmah dan pelajaran yang sangat berharga.
(4). Mereka yang karena itu semua lalu meMahaSucikan Allah dan bermohon agar mereka diselamatkan dari api neraka.
Memang untuk bisa mencapai gelar cendekiawan muslim, sebagamana dijelaskan dalam Al-Qur’an tersebut, seseorang harus berilmu.
Itulah sebabnya maka bagi setiap muslim diwajibkan mencari ilmu. Hukum mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim, bahkan mulai dari saat dia di gendongan ibunya hingga dia dimasukkan di liang lahat.
Proses mencapai level cendekiawan dengan demikian harus melalui Pendidikan, sekolahan, madrasah, pesantren dan sejenisnya. Tak boleh otodidak. Harus berguru, berustadz, berulama’, hingga bersanad. Kalua otodidak maka gurunya adalah syetan. Dan itu dilarang dalam Islam.
Adakalanya seseorang mencapai level cendekiawan itu lewat sekolah formal, dan karenanya mereka diberi gelar, untuk menandai keahlian dan kepakarannya dalam bidang tertentu. Tetapi tidak sedikit orang yang mencapai level cendekiawan itu melalui proses non formal. Berguru dan mengabdi kepada gusunya dalam waktu relative lama, yang dengan cara itu mereka memperoleh ilmu, keahlian, bahkan karomah.
Para wali yang berjasa mengembangkan Islam dan memerdekakan Indonesia dari penjajahan adalah para cendekiawan. Cendekiawan di jamannya. Berpola dan berproses sesuai jamannya. Menebar kemanfaatan dan kemaslahatan dengan caranya. Bahkan berjihad turut serta secara aktif memerdekakan Indonesia dengan gaya dan cara mereka sesuai jamannya.
Tak satupun kita menyangkal bahwa mereka tidak menyandang gelar akademik, bukan doctor, juga bukan profeor. Tapi kontribusi kecendekiawanannya sangat luar biasa. Melebihi jasa yang pernah dilakukan oleh para guru besar jaman sekarang.
Diskusi akan hal ini akan menjadi menarik jika dilakukan dalam forum terbuka. Karena itu saya tidak memperpanjang pembahasan hal ini, biar nanti menjadi kajian tersendiri dalam forum terbuka di ICMI yang diselenggarakan oleh bidang kajian keislaman atau bidang pengembangan oragisasi dan kaderisasi.
Yang mendesak untuk disampaikan adalah, bahwa KECENDEKIAWANAN itu tidak selalu identik dengan gelar akademik. Bahkan ada banyak kasus orang punya gelar akademik panjang (bahkan panjang lebar kali tinggi), tetapi dalam urusan menebar kemanfaatan dan kemaslahatan ummat dan bangsa, tidak ada apa-apanya, sepi, sunyi, alias nol besar.
Maka dengan demikian, cendekiawan adalah mereka yang karena ilmu pengetahuannya, mereka membangun dan menebarkan kemanfaatan dan kemaslahatan seluas-luasnya kepada sebanyak-banyaknya ummat dan bangsa.
Jadi siapapun anda, jika memenuhi persyaratan tersebut, maka bisa dan boleh menjadi anggota ICMI. Silahkan segera bergabung dengan para cendekiawan muslim lainnya di ICMI. Mari Bersama-sama membangun dan menebar kemanfaatan dan kemaslahatan kepada ummat dan bangsa.
Karena ICMI adalah organisasi yang juga mengembangkan kaderisasi, maka siapapun anda yang ingin mengasah diri menjadi lebih hebat dan bermartabat, kami undang segera bergabung dengan kami di ICMI. Mari secara berjamaah berproses mengkualitaskan diri melalui program-program pengembangan SDM yang kita rencanakan dan laksanakan Bersama-sama.
Di bagian akhir dari tulisan ini ingin saya sampaikan kabar gembira, bahwa di ICMI Jatim kami sedang mengembangkan tradisi bahwa penyebutan gelar formal dalam forum-forum ICMI tidak lagi diperlukan. Bahkan dalam penerbitan surat-surat, termasuk SK-SK sebisa mungkin kami tidak menyebut gelar akademik.
Karena ICMI bukan Ikatan Sarjana Muslim se-Indonesia.
Leave a Reply